Sekecil apapun hal yang kita konsumsi akan memiliki dampak pada lingkungan, seperti halnya penggunaan tissue. Semua orang sering memakai tissue, namun mereka tidak tahu dan sadar bahwa tissue berasal dari kayu pohon di hutan mana yang mungkin sedang terbakar karena kekeringan. Prihatin akan kondisi tersebut, sebuah perusahaan aksesoris fesyen asal Bali, TRI Upcycle tergerak untuk membuat sapu tangan ramah lingkungan dari bahan kain sisa atau bekas sebagai pengganti tissue.
TRI Upcycle didirikan pada tahun 2016, berawal dari sebuah proyek sekolah seorang murid di Green School Bali yang bernama Ben Fijal saat usianya masih 15 tahun. Proyek ini awalnya bernama TRI Handkerchiefs karena tujuan pembuatannya untuk mengganti kertas tissue dengan sapu tangan (handkerchief) yang ramah lingkungan.
“Kenapa handkerchiefs? Karena pada awalnya TRI memang hanya ingin memproduksi sapu tangan mengunakan kain katun organik untuk menjadi pengganti kertas tissue.”ujar Annisa Fauziah, selaku Business Development Manager TRI Upcycle saat dihubungi Greeners pada hari Selasa kemarin (3/9/2019).
Menurut Annisa, saat itu dirinya bertemu dengan Ben yang sedang menjalani internship di Green School. Dia tertarik untuk menggerakan projek TRI Handkerchiefs dan mendapat dukungan financial dari ayahnya Ben, yaitu Tim Fijal.
Filosofi Bali
Nama TRI berasal dari filosofi Bali yaitu “Tri Hita Karana” yang memiliki makna Tiga Kunci Kebahagiaan manusia, yaitu keharmonisan hubungan dengan Tuhan dan semesta, sesama manusia, dan keseimbangan alam.
“Kami sangat terinspirasi oleh filosofi ini dan ingin orang-orang juga mengamalkan filosofi ini di kehidupan sehari-harinya.” ujar Annisa.
Annisa juga menambahkan bahwa perubahan nama TRI Handkerchiefs menjadi TRI Upcycle, karena produknya semakin berkembang dan tidak hanya memproduksi sapu tangan lagi. Ada transisi material yang sebelumnya menggunakan katun organik kemudian diganti dengan menggunakan bahan kain sisa atau bekas.
“Karena kami melakukan daur ulang dan melakukan penambahan nilai pada produknya atau biasa disebut dengan istilah upcycle, kami mengganti nama kami menjadi TRI Upcycle.”tambah Annisa.
Adapun bahan kain yang digunakan berasal dari limbah seprai dari hotel-hotel yang ada di Bali (atau kain perca dari pabrik garmen Bali dan Jawa). Sebelum dilanjutkan ke proses pembuatan, kain bekas tersebut disortir, dicuci terlebih dahulu untuk memastikan kebersihannya.
Sedangkan proses penjahitannya sendiri dilakukan oleh ibu-ibu dari yayasan Kasih Inspirasi Mandiri di Ubud, sebuah yayasan pemberdayaan perempuan marginal. Setelah itu, untuk proses pencelupan dan pencetakan TRI Upcycle bermitra dengan bisnis lokal di Bali dan Jawa.
Dukungan dan Respon Masyarakat
Tanpa disangka proyek ramah lingkungan ini kemudian mendapat dukungan besar, hingga saat ini produk aksesoris fesyen yang diluncurkan TRI Upcycle semakin meluas. Selain memproduksi sapu tangan, TRI Upcycle juga kini memproduksi dompet serbaguna, tas belanja, peralatan makan, hingga boneka.
“Respon masyarakat sangat positif, baik yang lokal maupun pendatang dari luar negeri. Mereka menyukai konsep upcycling, karena mulai menyadari permasalahan limbah di bumi terutama Indonesia. Mereka juga menyukai konsep social enterprise dan juga desainnya.”kata Annisa.
TRI Upcycle memiliki 3 misi yaitu, mengurangi limbah, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsumsi bijak dan bumi yang lebih hijau.
“Tidak mungkin jika kita tidak mengkonsumsi apapun, yang dapat kita lakukan adalah mengkonsumsi dengan bijak. Karena ada banyak sekali produk-produk yang lebih ramah lingkungan dan etis. Selain itu banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk menjadi konsumen bijak, contohnya tidak membeli barang baru, memperbaiki barang yang masih ada, bertukar barang dan lainnya.”tegas Annisa.
Kampanye
Selain melakukan produksi barang, TRI Upcycle juga memiliki 2 kampanye utama untuk customer retail yaitu, kampanye #TRIforTree, penanaman 1 pohon di Kalimantan (bekerjasama dengan fairventures.org) untuk setiap penjualan 1 produknya dan kampanye #TRISavesElephant yaitu 30% dari keuntungan penjualan produk Elephant dari TRI Upcycle disumbangkan ke konservasi gajah yang dilakukan oleh Hutan Alam dan Lingkungan Aceh.
Sedangkan kampanye lainnya untuk customer bisnis yaitu #GiveaDam, dimana bisnis-bisnis yang menjadi sponsor untuk TRI dapat sekaligus memberikan sumbangan untuk pembangunan dam (bendungan) dalam mencegah kebakaran hutan musiman di hutan Sebangau, Palangkaraya yang sudah mulai mengering. Adapun kampanye #TRIforTree yang didukung oleh bisnis-bisnis hotel dengan menyumbangkan limbah seprai dan melakukan penanam pohon mangrove di Taman Nasional Menjangan di, Bali Barat.
Saat ini produk TRI Upcycle dijual di secara offline dan online. Untuk online, tersedia di situs resminya yaitu, www.triupcycle.com dan di marketplace lokal. Sedangkan untuk offline produk TRI Upcycle tersedia di official store-nya yang berada di Ubud Bali dan 27 concept store di Bali, Jakarta dan Kalimantan. TRI Upcycle juga menerima pesanan custom untuk membuat merchandise dan suvenir.
Penulis: Diki Suherlan