Berbagai macam cara dilakukan untuk mengurangi limbah kemasan sekali pakai jenis styrofoam. Umumnya limbah ini dibiarkan menumpuk begitu saja dan lambat laun mencemari lingkungan. Seorang peneliti bernama Wei-Min Wu dari Stanford University memanfaatkan mealwarm atau dalam penamaan lokal disebut ‘ulat tepung’ sebagai pengurai styrofoam.
Seperti yang dilansir pada laman sains kompas, pemanfaatan hewan mungil ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah limbah styrofoam. Keunggulan dari ulat tepung (Tenebrio molitor) yaitu mampu mengurai plastik berbahan polysyrene. Hampir semua jenis plastik berbahan polysyrene dapat diurai ulat ini. Dijelaskan dalam hasil penelitian Min Wu bahwa ulat tepung mampu mengubah styrofoam menjadi karbon dioksida dan butiran-butiran materi yang bisa diuraikan.
Hasil uji kesehatan yang dilakukan pada ulat tepung menunjukkan styrofoam yang dimakan sama bergizinya dengan biji-bijian yang biasa dimakan ulat tepung, sehingga tidak berdampak buruk pada tubuh ulat ini. Meskipun menjadi serangga yang dimusuhi petani, ulat tepung mampu mengekskresikan hasil cernaan styrofoam yang mereka makan menjadi kotoran ramah lingkungan.
Secara morfologi, ulat tepung memiliki panjang antara 23-26 mm. Ulat ini memiliki tiga pasang kaki dan tubuhnya terbagi antara caput (kepala), thorax (dada) dan abdomen (perut). Warna tubuh ulat kecil ini hitam kemerahan mendekati hitam. Ketika baru keluar dari pupa (kepompong), ulat dewasa berwarna putih atau warnanya cenderung pucat (Borror et al., 1996). Bagian rangka luarnya memiliki lapisan kitin (kulit) dengan tekstur yang keras dan lentur.
Ulat tepung adalah serangga dengan metamorfosis sempurna. Siklus hidupnya terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Perubahan dari telur menuju larva membutuhkan waktu 1 -4 hari. Dari larva menuju pupa membutuhkan waktu 50-122 hari, dan dari pupa munuju kumbang membutuhkan waktu 6-8 hari.
Ulat tepung membutuhkan media bertelur untuk meletakkan telur-telurnya. Media bertelurnya adalah kulit kayu, kayu keropos, pasir, daun yang lebar dan di tanah (Jones, 2004).
Selain senang makan plastik dan styrofoam, ulat tepung memiliki nilai ekonomis karena dapat digunakan sebagai pakan ternak dan mudah dibudidayakan (Setiana, 2006). Selain pakan ternak, ulat tepung digunakan sebagai pakan kaya protein untuk hewan lain, diantaranya reptil, amfibi, burung, primata, dan ikan hias (Listiana, 2008).
Penulis: Sarah R. Megumi