Ular Kawat atau Ular Cacing adalah reptil berordo Squamata yang berasal dari famili Typhlopidae. Meski ahli masukkan dalam kelompok ular, hewan dengan nama ilmiah Indotyphlops braminus ini sering awam sama ratakan dengan spesies Lumbricina.
Tampilan fisik ular I. braminus dan cacing tanah atau Lumbricina memang cukup mirip. Ukuran kedua satwa tersebut sama-sama ringkas, yakni berkisar 10 – 20 cm saja.
Selain morfologinya, kebiasaan ular cacing juga menyerupai spesies cacing tanah. Kendati demikian, pakar memastikan bahwa keduanya berasal dari kelas dan ordo yang berbeda.
Melihat peta persebarannya, distribusi ular kawat terbilang sangat luas. Walau beberapa spesiesnya berasal dari Indonesia, jenis ular ini bisa kita temukan hampir di seluruh dunia.
Habitat dan Peta Persebaran Ular Kawat
Habitat ular kawat sebenarnya cukup dekat dengan manusia. Ia dapat kita jumpai di sekitar pekarangan rumah tepatnya di balik pot-pot tanaman, bawah perabotan, serta di bebatuan.
Karena kerap memangsa telur semut, ulat, cacing dan rayap tanah hingga berbagai serangga kecil, mereka umumnya membuat sarang di sekitar semak belukar atau kayu-kayu busuk.
Di Tanah Air, distribusi ular cacing merata nyaris ke seluruh wilayah. Meski begitu, hanya ular bermarga Typhlops ‘lah yang dapat kita temukan di wilayah Indonesia bagian Barat.
Ular cacing Cyclotyphlops mendiami wilayah Indonesia Tengah (Pulau Sulawesi), sedangkan reptil bermarga Acutotyphlops jamak pakar jumpai di Indonesia bagian Timur (Pulau Papua).
Secara internasional ular kawat menyebar mulai dari benua Afrika, kawasan Madagaskar, Kepulauan Comoro, Mascarenes, Seychelles, Mauritius, Reunion, serta Pulau Rodrigues.
Sedangkan di Asia, ia terdistribusi mulai dari Arab Saudi, Persia, India, Sri Lanka, Myanmar, Tiongkok, Jepang, Hongkong, Taiwan, Filipina, hingga pulau-pulau di Samudera Hindia.
Morfologi dan Ciri-Ciri Spesies Ular Kawat
Perbedaan terbesar antara spesies I. braminus dan Lumbricina terletak pada kulitnya. Tampilan ular cacing biasanya lebih berkilau dan tampak seperti kawat kecil kehitaman.
Di habitat yang berbeda, warna kulit tersebut bisa saja kecokelatan atau abu-abu kebiruan. Walau demikian, umumnya warna dorsal mereka terlihat lebih gelap daripada perutnya.
Ekor ular kawat terhitung sangat pendek, serta terdapat runcingan serupa duri pada bagian ujungnya. Terkadang, bagian kepala dan ekor ular berwarna lebih muda atau keputihan.
Sedangkan matanya hanya berupa bintik gelap tersembunyi di balik sisi kepala. Berkat keunikannya ini, spesies I. braminus juga publik juluki sebagai Blind Snake atau Ular Buta.
Meski begitu, ada pula yang menamai mereka sebagai Common Blind Snake, Brahminy Blind Snake, Flowerpot Snake, Bootlace Snake, atau Ula Duwel bagi masyarakat Jawa.
Sisik-sisik yang menutupi bagian tengah ular kawat tersusun dalam 20 deret. Permukaannya terasa amat halus dengan bentuk yang sama, baik di bagian punggung maupun perutnya.
Karakteristik dan Kebiasaan Ular Kawat
Dalam sebuah penelitian, ular cacing pakar sinyalir berbiak dengan cara parthenogenesis. Sehingga telur ular itu “muncul” dengan sendirinya, tanpa perlu dibuahi oleh penjantan.
Berkat keistimewaannya ini, distribusi blind snake menjadi sangat luas. Ia dapat berbiak di mana saja, bahkan dari dalam tanah pada pot tanaman yang dibawa oleh manusia.
Kebiasaan unik lain yang ular kawat miliki ialah caranya dalam merespon serangan. Berbeda dengan reptil lain, ular I. braminus biasanya akan terlihat menggelepar bila merasa terusik.
Karena itu, manusia terhitung aman jika bersentuhan dengan ular cacing. Lagi pula lihat saja ukuran mulutnya yang kecil, apa Anda benar-benar berpikir bahwa ia dapat melahap kita?
Pada penelitian berbeda, ahli juga mempublikasi bahwa spesies ule duwel tidak memiliki bisa berbahaya. Sehingga jangan lekas membunuhnya jika terlihat di sekitar rumah, ya.
Uniknya, di sejumlah daerah ular kawat justru dihantui cerita mistis. Banyak orang yang percaya bahwa satwa ini merupakan pertanda bencana, kematian, dan makhluk astral.
Taksonomi Ular Indotyphlops Braminus
Penulis : Yuhan Al Khairi