Udang Windu (Penaeus monodon) adalah spesies udang endemik Indonesia. Selain mengandung gizi yang sangat tinggi, hewan yang satu ini juga dikenal sebagai komoditi ekspor yang menguntungkan.
Bagaimana tidak, dibandingkan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) nilai jual spesies windu atau Giant Tiger terhitung lebih mahal, harganya bisa mencapai Rp150 ribu per kg di pasaran.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) Republik Indonesia tahun 2015, hasil ekspor udang tersebut bahkan mencapai 196 ribu ton per tahun atau setara dengan US$2,14 miliar.
Meski jadi primadona, budidaya udang windu di tanah air bukannya tanpa kendala. Populasi hewan ini terus menurun, seiring masifnya wabah penyakit dan rusaknya kelestarian habitat udang.
Morfologi dan Ciri-Ciri Udang Windu
Di beberapa daerah udang windu warga sebut sebagai Udang Pacet, sedang di pasar internasional hewan yang satu ini disebut sebagai Jumbo Tiger Prawn, Black Tigerprawn, atau Black Tiger Shrimp.
Dari sisi morfologinya, tubuh udang tersebut sebenarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada, serta abdomen yang meliputi bagian perut sampai dengan ekor.
Salah satu ciri dari fauna ini bisa terlihat dari kepala dan dadanya (cephalothorax) yang terbungkus kulit kitin tebal (carapace), serta terdapat lima segmen di kepala dan delapan segmen di bagian dada.
Pada bagian tersebut juga terdapat anggota tubuh lain yang saling berturut dan berpasang-pasangan, yakni sungut kecil (antennula), sirip kepala (scophocerit), serta sungut besar (antenna).
Tidak cuma itu, di bagian cephalothorax juga ada rahang (mandibulla) serta alat-alat pembantu rahang (maxilla) sebanyak dua pasang, maxilliped enam pasang, dan kaki (periopoda) lima pasang.
Cara membedakan udang windu jantan dan betina pun cukup mudah. Sang betina biasanya memiliki telikum di bagian kakinya, sedang yang jantan umumnya mempunyai petasma di antara kaki renang.
Habitat dan Sifat Black Tiger Shrimp
Meski dapat hidup di perairan berkadar garam 5-45% (dikenal juga sebagai Euryhaline), namun habitat terbaik untuk udang windu adalah perairan dengan tingkat keasinan 19-35% saja.
Selain itu, fauna yang satu ini juga mempunyai daya tahan tumbuh yang tinggi, sehingga ia bisa secara mudah beradaptasi dengan perubahan temperatur atau eurythemal.
Penting untuk kita ingat, jenis udang unggulan ini bersifat nokturnal, omnivora serta kanibal. Ia sering kali terlihat memakan udang-udang kecil yang sedang berganti kulit atau dalam proses moulting.
Moulting sendiri termasuk daur hidup udang windu, umumnya frekuensi pergantian kulit hewan ini bergantung pada jumlah dan kualitas makanan yang mereka konsumsi, usia serta kondisi lingkungan.
Pada tahap ini, biasanya kondisi udang pacet menjadi sangat lemah. Kendati demikian, pada kondisi ini pulalah pertumbuhan fauna tersebut berlangsung sangat pesat.
Baca juga: Udang Vaname, Primadona Budidaya Perikanan
Cara Budidaya Udang Windu untuk Pemula
Tak bisa kita pungkiri, melakukan budidaya udang windu memang susah-susah gampang. Oleh sebab itu, cara terbaik menyukseskan budidaya tersebut adalah dengan mematuhi setiap langkahnya, yakni:
1. Penentuan Lokasi Tambak
Menentukan lokasi tepat untuk budidaya giant tiger sangat penting, sebab hal ini berpengaruh besar terhadap perkembangbiakan serta baik-buruknya pertumbuhan udang tersebut ke depanya.
Banyak orang memilih daerah pantai sebagai lokasi pengembangbiakkan. Namun, pastikan suhu air tambak berkisar 25-29 C dengan kadar pH 7-8, agar pertumbuhan hewan tersebut semakin ideal.
2. Pembuatan Tambak Udang
Mengingat udang ini akan tumbuh secara bertahap, ada baiknya Anda menyiapkan tiga tambak saat proses pembiakkan; pertama untuk glondongan, kedua pendederan, dan ketiga untuk pembesaran.
Buatlah sebuah kanal untuk keluar-masuknya air di dalam tambak. Lalu, buat juga sebuah pintu air yang dapat menghubungkan antara tambak satu, dua dan tambak tiga.
Hal ini penting, agar Anda dapat dengan mudah mengontrol kualitas air dari masing-masing tambak. Selain itu, proses pembudidayaan pun bisa dilakukan secara terus-menerus serta berkelanjutan.
3. Pemilihan Bibit Udang
Memilih bibit udang windu yang unggul sebenarnya cukup mudah, ciri-cirinya bisa terlihat dari fisik bibit tersebut (tidak cacat), mampu bergerak lincah, bebas serta dapat berenang melawan arus air.
4. Penebaran Bibit Udang
Agar tidak stress dan mati, sebelumAnda itebarkan bibit udang harus beraklimitasi terlebih dahulu. Setelah itu, masukkan bibit ikan tersebut ke dalam tambak untuk proses adaptasi terhadap suhu tambak.
Sebentar saja kok, proses aklimitasi ini hanya membutuhkan waktu berkisar 15-20 menit. Selanjutnya, barulah kita bisa menebar bibit udang tersebut ke dalam tambak secara perlahan.
5. Pembesaran dan Pemeliharaan
Selain paling panjang, proses pembesaran dan pemeliharaan udang windu terbilang paling sulit. Pada tahap ini, kita akan melakukan kontrol tinggi air, pengendalian hama serta pemberian pakan udang.
Kontrol air sendiri harus secara rutin sebelum usia hewan mencapai 60 hari. Sedang pemberian pakannya, biasa memanfaatkan plankton, zooplankton dan pelet sebanyak 3-4 kali sehari.
Jangan lupa, setelah mencapai umur 3 bulan sebaiknya beri pakan tambahan kepada udang berupa dedak dengan campuran bekicot, siput atau ikan-ikanan yang telah tercincang secara halus.
6. Proses Pemanenan Udang
Setelah melewati serangkaian proses panjang, barulah udang-udang tersebut siap untuk dipanen. Agar kondisinya tetap segar, sebaiknya panen hewan tersebut pada saat malam hari, ya.
Rerata udang jenis windu dapat dipanen pada usia 150 hari atau kurang lebih 5-6 bulan. Umumnya, pada usia tersebut ukuran udang sudah mencapai 40-50 cm serta memiliki berat 7-8 ons.
Taksonomi Udang Windu
Referensi:
Purwanto, Universitas Muhammadiyah Malang
Laman Kementerian Kelautan dan Perikanan
Laman Dirjen Perikanan Budidaya KKP
Penulis: Yuhan Al Khairi
Editor: Ixora Devi