Tubuhnya yang lunak dan transparan seperti gelatin membuat ubur-ubur tak pernah gagal untuk memukau para wisatawan. Sayangnya, kenaikan suhu global berdampak buruk pada inveterbrata ini. Salah satu dampaknya sangat terlihat di Danau Lenmakana, Papua Barat.
Ubur-ubur tergolong hewan kelas Scyphozoa dan merupakan koelenterata (hewan berongga) yang hidup di laut.
Nama scyphozoa berasal dari kata “Skyphos” (bahasa Gerika) yang artinya cawan atau mangkok. Ubur-ubur memiliki banyak sekali jenis dari ordo dan famili yang berbeda-beda.
Dalam penamaan bahasa Inggris, awam memanggilnya jellyfish karena bentuknya mirip agar-agar. Meski demikian perlu kita ingat bahwa ubur-ubur bukan sejenis ikan.
Ubur-Ubur Mastigias Papua
Di Misool, Raja Ampat, Papua Barat, terdapat ubur-ubur yang menarik perhatian wisatawan yang berkunjung.
Mastigias papua adalah ubur-ubur yang umumnya hidup dan menjadi daya tarik danau laut di wilayah tersebut. Danau laut adalah suatu badan air yang dari permukaan tertutup oleh daratan dan terisolasi dari laut, tetapi tetap memiliki hubungan dengan laut.
Ubur-ubur Mastigias biasanya hanya hidup di air hangat dan memiliki warna fisik biru, kuning-oranye, coklat, beberapa bahkan memiliki sejumlah titik-titik putih dan hitam.
Di Misool terdapat tiga danau yang menjadi tempat tinggal ubur-ubur Mastigias sp., dalam kondisi melimpah dan sedang, yaitu Danau Lenmakana, Danau Karawapop, dan Danau Keramat.
Danau Lenkamana sendiri telah menjadi tujuan wisata utama untuk wilayah Raja Ampat bagian selatan.
Hanya saja, Danau Lenmakana pernah beberapa kali kehilangan Mastigias sp.
Baca juga: Hiu Berjalan, Hiu Endemik Halmahera penghuni Segitiga Terumbu Karang
Kenaikan Suhu Global tentukan Populasi Ubur-Ubur
Dari berbagai referensi diketahui ubur-ubur Mastigias hidup pada kisaran 27,50-31oC. Spesies ini bersimbiosis mutualisme dengan alga coklat zooxanthellae hingga membutuhkan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis.
Namun, akibat kenaikan suhu perairan menjadikan ubur-ubur ini sangat sensitif terhadap hubungan simbiosisnya dengan zooxanthellae. Kenaikan suhu terjadi karena siklus cuaca yang mengalami perubahan waktu, musim kemarau terjadi lebih cepat dan musim hujan lebih lambat.
Kenaikan suhu global ini sangat menentukan kelimpahan Mastigias di Danau Lenmakana.
Musim panas yang menjadi lebih panas karena kenaikan suhu global, membuat air danau tidak dapat dihidupi ubur-ubur. Sebaliknya, pada Musim Barat 2019/2020, Mastigias tetap ditemukan di danau.
Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, contoh kasus di Danau Hang Du I Vietnam, ubur-ubur Mastigias menghilang di bulan September 2003 akibat dari suhu yang naik 3oC dari pada musim semi 2003 dan 2004.
Kejadian yang sama pernah terjadi di danau laut Palau. Kondisi suhu air danau di Palau saat itu yang bertepatan dengan El Nino 1998/1999 adalah 34oC (April 1999) yang sebelumnya 32oC (Desember 1998) di kedalaman 5 meter.
Referensi
Gandi Y.S. Purba, Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik
Penulis: Sarah R. Megumi