Ubur-ubur adalah hewan yang mengagumkan. Selain mirip seperti jeli, beberapa spesiesnya juga memiliki bentuk unik dengan corak yang menyala. Contohnya ubur-ubur api, hewan ini mempunyai “lonceng” besar dengan “tentakel” berwarna kemerahan.
Ubur-ubur api memiliki nama ilmiah Rhopilema esculentum. Spesies ini tergabung ke dalam kelas Scyphozoa dan keluarga Rhizostomatidae, sehingga termasuk sebagai ubur-ubur sejati.
Penamaan ubur-ubur sejati sendiri bertujuan untuk membedakan spesies Scyphozoa dengan hewan-hewan lain yang juga disebut ubur-ubur, seperti Ctenophora, Cubozoa dan Physalia.
Bahkan, spesies Physalia diketahui mempunyai julukan yang sama dengan R. esculentum. Ini bukan karena corak tubuh yang merah, namun sensasi sengatannya yang mirip terbakar api.
Morfologi dan Ciri-Ciri Ubur-Ubur Api
Pada dasarnya, ubur-ubur tidak mempunyai kepala. Tubuh dewasanya pun terbagi atas dua bentuk, yakni medusa yang dapat berenang bebas atau polip yang menempel pada substrat.
Mulut dan anus hewan tersebut berada di satu lubang yang sama. Bagian ini disebut sebagai oral jika untuk makan, tetapi sebutannya berubah jadi aboral jika untuk membuang kotoran.
Khusus ubur-ubur dari keluarga Rhizostomatidae, seluruh spesiesnya tidak memiliki tentakel di tepian lonceng. Kendati demikian, terdapat delapan lengan mulut pada bagian bawahnya.
Ke delapan lengan mulut ini menyatu ketika mendekati bagian tengah ubur-ubur. Sedangkan bagian lonceng memiliki permukaan kaku, keras dan tebal, dengan warna putih kemerahan.
Secara keseluruhan, ukuran tubuh ubur-ubur api berkisar 2,5 hingga 8,5 cm lebih. Hewan ini sejatinya mempunyai sengat, tetapi sering diperjualbelikan sebagai peliharaan dan makanan.
Habitat dan Budi Daya Ubur-Ubur Api
Ubur-ubur api adalah penghuni asli perairan hangat Samudra Pasifik. Populasinya kemudian menyebar ke berbagai wilayah, mulai dari perairan barat Jepang sampai ke Laut Cina Timur.
Kawasan Laut Bohai, Laut Kuning, hingga Laut Malaya Utara juga termasuk habitat satwa ini. Mereka hidup di kedalaman dangkal dengan suhu lingkungan berkisar 24–28 derajat Celsius.
Tidak perlu menyelam ke laut untuk melihat ubur-ubur yang satu ini. Pasalnya mereka acap kali tersapu ke bibir pantai saat cuaca tenang, namun kembali hanyut ketika ombak pasang.
China merupakan salah satu negara pembudidaya R. esculentum. Hewan ini dibudidayakan di dalam kolam saat masih bayi, kemudian dilepaskan ke lokasi khusus hingga menjadi dewasa.
Di Teluk Liaodong, China, ubur-ubur ini dilepaskan pada bulan Mei dan Juni. Mereka tumbuh dengan cepat, sehingga dapat dipanen kembali di bulan Agustus atau dua bulan setelahnya.
Manfaat dan Cara Mengolah Ubur-Ubur Api
Ubur-ubur api setidaknya dimanfaatkan untuk dua hal; pakanan dan obat-obatan. Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara Asia Tenggara sangat familiar dengan menu ini.
Olahan ubur-ubur sendiri dipercaya mengandung protein tinggi, serta mempunyai sifat antioksidan dan insektisa. Mengonsumsi ini sangat baik untuk penderita nyeri sendi serta asma.
Berkat khasiatnya itu pula, banyak ahli pengobatan tradisional Tiongkok menggunakan ubur-ubur dalam proses pengobatan. Ini dipercaya ampuh menyembuhkan bisul serta luka bakar.
Walau begitu, mengolah ubur-ubur tidak boleh sembarangan. Ubur-ubur yang ada di pasaran biasanya terasa sangat asin, sehingga perlu dinetralisi terlebih dahulu sebelum dapat diolah.
Rebus ubur-ubur dengan air hangat selama 5 menit, lalu tiriskan dan cuci dengan air dingin. Ulangi langkah terakhir selama beberapa kali, hingga bau amis dan rasa asinnya menghilang.
Taksonomi Rhopilema Esculentum
Penulis : Yuhan al Khairi