Ubur-Ubur, Ada yang Mematikan Ada yang Berevolusi

Reading time: 3 menit
ubur-ubur totol
Ubur-ubur totol (Mastigias papua). Foto: wikimedia commons

Tubuh satwa laut satu ini memang unik karena transparan. Ya, satwa laut yang dimaksud adalah ubur-ubur. Sayangnya kini satwa predator kerap mengira sampah plastik sebagai ubur-ubur dan memakannya.

Ubur-ubur tergolong pada hewan kelas Scyphozoa dan merupakan koelenterata (hewan berongga) yang hidup di laut. Nama scyphozoa berasal dari kata “Skyphos” (bahasa Gerika) yang artinya cawan atau mangkok. Ubur-ubur memiliki banyak sekali jenis dari ordo dan famili yang berbeda-beda. Dalam penamaan bahasa Inggris hewan ini disebut jellyfish karena bentuknya mirip agar-agar. Meski demikian perlu diingat bahwa ubur-ubur bukan sejenis ikan.

Tubuh ubur-ubur lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air. Sebagian besar tubuhnya tersusun dari zat yang menyerupai lendir. Bentuk tubuhnya yang unik ini menjadikan ubur-ubur berbeda dari jenis koelenterata lainnya.

Secara morfologi tubuh ubur-ubur menyerupai payung atau lonceng, dengan sisi cembung di bagian atas (aboral) dan mulut terdapat di tengah sisi cekung yang berada di bagian bawah. Sebagian besar ubur-ubur jenis Scyphozoa mempunyai diameter lonceng antara 2-40 sentimeter, beberapa spesies bahkan lebih lebar. Seperti pada jenis ubur-ubur Cyanea capillata, diameter lonceng ubur-ubur jenis ini mencapai lebih dari dua meter dengan panjang tentakel lebih dari 36 meter.

Bagian tepi lonceng pada ubur-ubur biasa dilengkapi dengan tentakel dan organ indera, biasanya berjumlah empat atau kelipatannya. Di dalam tubuhnya terdapat rongga yang bernama gastrovascular. Rongga ini merupakan rongga luas yang berfungsi baik sebagai alat pencernaan maupun peredaran cairan tubuh. Rongga ini hanya mempunyai satu bukaan yang berfungsi baik sebagai mulut maupun pembuangan sisa pencernaan.

Ubur-ubur hidupnya soliter atau berkelompok, berenang bebas dengan bantuan kontraksi payungnya yang bekerja seperti pompa, beraturan dan berirama. Beberapa jenis juga tergantung dari arus dan ombak, bila keadaan ombak cukup besar mereka cenderung bergerak ke pantai. Umumnya mereka berenang lebih lama pada siang hari.

Ubur-ubur termasuk hewan karnivora, mereka mengonsumsi invertebrata kecil dalam ukuran tertentu, telur, larva, dan yang paling digemari adalah ikan-ikan kecil. Mangsa tersebut ditangkap dengan bantuan tentakel yang mengandung nematosis (penyengat), kemudian dibawa ke mulut dan siap untuk ditelan. Di dalam mulut, makanan tadi akan melalui benang-benang gastrik dan septa yang mengeluarkan enzim yaitu semacam larutan asam yang akan melarutkan protein dan kitin.

ubur-ubur totol

Sama dengan ubur-ubur yang ada di Danau Kakaban, sengat ubur-ubur totol (Mastigias papua) telah berevolusi sehingga sengatnya tidak efektif menyengat mangsa. Foto: wikimedia commons

Bagi beberapa orang ubur-ubur dikenal sebagai binatang pengganggu di perairan dekat pantai terutama pada tempat-tempat rekreasi. Sengatan ubur-ubur dapat menyebabkan rasa terbakar, sesak napas, bahkan kematian bila tidak mendapat penanganan yang tepat.

Ubur-ubur menyengat melalui tentakel yang berbentuk seperti sulur. Tentakel yang dimiliki ubur-ubur mengandung sel-sel penyengat atau nematosis. Sel penyengat jika mengenai tubuh manusia akan mengeluarkan racun. Racun kemudian menyebar melalui pembuluh darah, menuju paru-paru dan menyebabkan kerusakan jaringan.

Ubur-ubur yang dikenal memiliki sengatan yang mematikan dan berbahaya berasal dari ordo Cubomedusae atau dinamakan sea wasps. Jenis ini ditemukan di perairan Australia. Bersinggungan dengan tentakel sea wasps dapat menyebabkan kerja jantung terhenti yang berujung pada kematian dalam waktu tiga menit atau kurang.

Akan tetapi di Indonesia juga terdapat ubur-ubur yang tidak menyengat, tepatnya di Danau Kakaban yang terletak di Pulau Kakaban, gugus Kepulauan Derawan di Provinsi Kalimantan Timur. Danau Kakaban telah dimasukkan sebagai salah satu daerah Kawasan Konservasi Laut di Kabupaten Berau dan diusulkan sebagai salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site). Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, danau ini memiliki ubur-ubur yang yang populasinya sangat mencolok, sampai-sampai danau ini pun populer disebut sebagai danau ubur-ubur.

Danau Kakaban memiliki setidaknya empat jenis ubur-ubur antara lain ubur-ubur bulan Aurelia aurita (5-50 cm), ubur-ubur totol Mastigias papua (1-20 cm), ubur-ubur kotak Tripedalia cystophora (7-10 mm) dan ubur-ubur terbalik Cassiopea ornata (15-20 cm).

Alasan mengapa rata-rata jenis ubur-ubur di Danau Kakaban tidak menyengat adalah bukan dikarenakan morfologinya, melainkan karena satwa ini mengalami evolusi sehingga karakter fisiknya berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut.

Berdasarkan kajian ilmiah yang dikutip dari oseanografi.lipi.go.id, kurangnya predator menyebabkan kelenjar sengat pada ubur-ubur ini mengalami reduksi sehingga berukuran sangat kecil dan tidak efektif lagi sebagai senjata penyengat mangsa.

Meskipun banyak orang awam menyebutkan satwa ini berbahaya, ubur-ubur merupakan salah satu sumber daya laut yang dapat diekspor dan dapat menambah penghasilan kaum nelayan. Dibeberapa negara di Asia Tenggara, Jepang, Hongkong dan Korea, ubur-ubur telah dikenal sebagai salah satu bahan makanan bergizi karena mengandung kadar protein yang cukup tinggi.

ubur-ubur totol

Penulis: Sarah R. Megumi

Top