Hampir setiap orang di Indonesia pasti mengenal tokek. Hewan melata ini memiliki suara khas yang menjadi asal-usul namanya. Reptil ini pun populer dengan sederet mitos yang masyarakat Bumi Pertiwi percayai.
Tokek adalah hewan reptil yang berkerabat dengan cecak karena keduanya berasal dari famili yang sama yaitu famili Gekkonidae. Itulah kenapa tokek warga juga kerap memanggil satwa ini sebagai cecak besar.
Di Indonesia, hewan ini terkenal dengan beragam nama mulai dari tokkek (Sulawesi), toke (Sunda), hingga teko atau tekek (Jawa).
Kehadiran hewan melata ini di sekitar manusia sering kali identik dengan berbagai mitos. Salah satunya yakni mitos tokek sebagai obat mujarab berbagai macam penyakit.
Hal tersebut membuat hewan ini semakin menjadi objek perburuan, bahkan angka perburuannya meningkat dari tahun ke tahun. Baik itu dalam skala nasional ataupun dalam skala internasional.
Sebelum Anda menelan bulat-bulat berbagai mitos yang beredar, sebaiknya kenali terlebih dahulu seperti apa cecak besar ini sesungguhnya.
Morfologi dan Ciri-Ciri Umum
Sebetulnya, ciri-ciri dan karakteristik tokek secara umum sangat mudah karena memiliki perbedaan yang cukup signifikan ketimbang anggota family Gekkonidae lainnya seperti cecak ataupun kadal.
Misalnya pada ukuran tubuhnya, tokek umumnya memiliki ukuran yang lebih panjang dan lebih besar ketimbang cecak dengan panjang sekitar 17-35 cm.
Tokek juga memiliki kulit bertekstur kasar bersisik samar (granular) dengan warna corak beragam mulai dari abu kebiruan hingga abu kecoklatan. Kulitnya juga penuh bintik-bintik besar dan menonjol.
Satu lagi perbedaan lainnya yaitu tokek memiliki gigitan yang sangat kuat, gigitan gecko bisa sangat dalam dan menyakitkan bagi manusia.
Hal inilah yang menjadi salah satu mitos populer di masyarakat yang menyebut gigitan Gekko Gecko tidak akan lepas kecuali ada geledek.
Seperti anggota Gekkonidae lainnya, hewan ini juga hidup sebagai insektivora atau hidup dengan memakan serangga.
Selain itu, tokek dan cecak memiliki persamaan pada bagian kakinya yang berlapis bantalan pelekat (scansor) untuk berjalan di berbagai jenis permukaan serta ekor yang dapat putus dan tumbuh sendiri (autotomi) yang mereka gunakan untuk menghadapi musuhnya.
Binatang melata ini biasanya tinggal di lingkungan bersuhu sekitar 30 derajat Celcius dengan kelembapan sekitar 35% dan berada di dataran rendah dengan ketinggian 0-850 mdpl.
Tak heran, kerabat cecak ini tersebar luas di wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, hingga Kepulauan Maluku dengan habitat mulai dari kebun, hutan, hingga permukiman manusia.
Jenis Tokek Paling Populer
Di dunia ini ada lebih dari 2.000 spesies gecko yang telah ilmuawan temukan. Ahli pun percaya masih banyak spesies lainnya yang masih belum mereka identifikasi. Hingga tahun 2017, tercatat ada sekitar 52 genus serta 950 spesies yang termasuk ke dalam famili Gekkonidae.
Di Indonesia sendiri, setidaknya ada 13 genus dan 50 spesies gecko. Dari jumlah tersebut, hanya beberapa jenis tokek yang paling umum kita kenali.
1. Tokek Rumah (Gekko gecko)
Berbicara soal jenis tokek, maka anggapan umum masyarakat sebetulnya mengarah ke jenis gecko rumahan ini.
Gekko gecko, atau dalam bahasa Inggris Tokay Gecko, adalah satwa yang sering muncul di rumah/pemukiman manusia.
Jenis inilah yang paling populer, kental dengan berbagai mitos, dan banyak warga buru. Masyarakat menganggap fauna ini adalah obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit berat. Mulai dari asma hingga HIV/AIDS –meskipun belum terbukti kebenarannya.
2. Leopard Gecko (Eublepharis macularius)
Leopard Gecko memiliki tampilan yang sangat berbeda dengan Gekko gecko, yakni dengan kulitnya yang berwarna cerah dan motif unik.
Keluarga Gekkonidae ini bukanlah hewan asli Indonesia karena berasal dari wilayah gurun seperti Pakistan, India, Afghanistan, serta Iran.
Reptil ini biasanya warga jadikan hewan peliharaan karena tubuhnya yang unik, tidak bersuara seperti Gekko gecko, serta mudah perawatannya.
3. Lined Gecko (Gekko vittatus)
Sama seperti Leopard Gecko, Lined Gecko atau tokek bergaris juga banyak dijadikan hewan peliharaan karena memiliki kulit yang unik dengan corak garis putih yang khas melintang di tubuhnya.
Hewan yang juga mempunya nama lain yaitu skunk gecko ini cukup jinak, sehingga sangat cocok sebagai peliharaan di rumah.
Perbedaan perawatan tokek bergaris terletak pada kandangnya (terarium) yang harus cukup tinggi untuk menunjang pergerakannya yang gemar memanjat.
Selain dari ketiga jenis gecko tersebut, masih banyak jenis lainnya yang ada di Indonesia namun kurang begitu akrab di telinga seperti Gekko albofasciolatus, Gekko athymus, Gekko auriverrucosus, serta Gekko badenii.
Mitos Tokek yang Banyak Dipercaya
Berbicara tentang tokek, pasti selalu identik dengan berbagai mitos yang melekat pada hewan melata ini. Mulai dari mitos klenik hingga mitos terkait khasiat medisnya.
Mitos tentang Suara
Pertama, mitos terkait suara tokek yang konon merupakan pertanda kehadiran makhluk halus atau bisa meramal masa depan. Mitos ini sebetulnya berasal dari kepercayaan zaman dulu.
Mitos: Cuma Ada Satu Jenis
Kedua, anggapan bahwa hanya ada satu jenis tokek adalah salah besar. Seperti disinggung di awal, setidaknya di dunia ini terdapat sekitar 2.000 spesies gecko.
Mitos: Gigitannya Beracun
Ketiga, gigitannya sulit lepas dan beracun. Gigitan fauna memang sulit lepas tapi tak beracun.
Hal ini terjadi karena cecak besar ini memiliki rahang yang kuat sehingga gigitannya sulit dilepaskan dan harus dilepaskan secara perlahan.
Mitos: Merupakan Obat Asma
Terakhir, mitos tokek sebagai obat mujarab untuk penyakit asma, penyakit kulit, hingga HIV/AIDS. Inilah salah satu alasan terbesar melonjaknya angka perburuan tokek di Indonesia.
Mitos ini pun sebetulnya belum terbukti secara ilmiah, bahkan pihak WHO (World Health Organization) pun telah menyangkal mitos ini.
Status Konservasi
Akibat semakin maraknya perburuan tokek, reptil ini pun telah masuk ke dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) apendiks II.
Melansir berbagai sumber, kini tokek masih bisa diperdagangkan namun dengan adanya pembatasan kuota agar spesies gecko tidak punah.
Demikian seluk-beluk mengenai tokek yang perlu diketahui. Semoga Anda tak mudah percaya dengan mitos yang beredar. Lebih baik kita sama-sama menjaga populasinya di sekitar, ya!
Taksonomi Tokek Rumah
Referensi:
Rury Eprilurahman dalam Laman UGM
Siti Nur Halimah dalam Laman IAIN Walisongo
Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah. R. Megumi