Walaupun mata bolanya begitu menggemaskan, siapa sangka hewan ini bisa melahap burung, bahkan ular! Dia lah Tarsius Barat, Tarsius bancanus. Hewan ini dikenal juga dengan nama mentilin, western tarsier, maupun Horsfield’s tarsier. Hewan bermata besar ini adalah hewan asli daerah Sumatra. Di Sumatra sendiri, spesies tarsius terbagi menjadi dua sub-spesies, yakni Tarsius bancanus bancanus yang hidup di pulau utama dan Tarsius bancanus saltator subspesies endemik yang hidup terpisah di Pulau Bangka.
Tarsius merupakan salah satu jenis primata nocturnal, artinya dia aktif di malam hari. Dia juga merupakan spesies yang hanya tidur sepanjang hari, dan menghabiskan hampir seluruh waktunya di pepohonan. Hewan ini merupakan satu-satunya primata pemakan daging atau karnivora. Tarsius barat gemar mengonsumsi beragam jenis makanan, mulai dari serangga, burung, hingga ular.
New England Primate Conservancy mengatakan, spesies ini biasanya sabar menunggu mangsanya di malam hari. Mereka berburu menggunakan suara, sebab hewan ini memiliki pendengaran yang tajam. Hewan dapat memutar kepalanya sebanyak 180 derajat ke setiap arah. Hal ini memudahkan mereka memata-matai dan menyergap mangsanya.
Baca juga: Rumput Belang, Tanaman Obat dari Meksiko
Tarsius Barat Masuk dalam Daftar Hewan Terancam
Animal Diversity Web menyebutkan bahwa fauna ini menyukai hutan primer dan sekunder, tetapi mereka juga dapat ditemukan di hutan bakau dan tepi hutan. Umumnya, primata ini tidak menjelajah ke daerah yang lebih terbuka, kecuali bila mereka menemukan mangsa dan pohon berdiameter kecil yang bisa mereka lekati. Walaupun hewan ini digambarkan sebagai spesies yang hidup di dataran rendah di bawah ketinggian 100 meter, beberapa dari mereka terpantau hidup di atas ketinggian 1200 meter.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan Tarsius bancanus masuk dalam spesies yang terancam (vulnerable), dilihat dari jumlah mereka di alam liar yang semakin berkurang. Ancaman utama tarsius datang dari hilangnya habitat asli mereka. Selain itu, spesies ini juga menderita efek racun dari pestisida pertanian yang ada di dekat habitatnya.
Secara morfologi, hewan ini cukup kecil, tetapi memiliki mata yang besar sebagai ciri khasnya. Pejantan hewan ini rata-rata memiliki panjang 12 cm dan berat berkisar dari 122 gram hingga 134 gram. Sementara itu, betinanya memiliki berat 10 gram lebih ringan dari jantan.
Mereka memiliki bulu berwarna coklat dan abu-abu, dan memiliki ekor yang sangat panjang, hampir dua kali lebih panjang dari kepala dan tubuhnya. Hal menarik lainnya adalah spesies ini memiliki kaki panjang, yang berkontribusi sebagai alat gerak dalam membantu mereka melompat dan menggantung di pohon.
Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari
Editor: Ixora Devi