Walau tergolong sebagai gulma, manfaat tanaman kirinyuh nyatanya sangat banyak. Flora ini kerap warga manfaatkan untuk mengobat penyakit lambung hingga luka bakar. Bahkan berkat kandungan alelokimianya, tanaman ini berguna sebagai herbisida alami.
Kirinyuh merupakan tanaman semak berbunga yang berasal dari keluarga Asteraceae. Ia ahli masukkan dalam genus Chromolaena, sehingga memiliki nama ilmiah Chromolaena odorata.
Secara taksonomi, kirinyuh sejatinya berkerabat dengan bunga matahari. Namun keduanya memiliki tampilan berbeda, sebab spesies ini cenderung lebih invasif dan bercabang banyak.
Pertumbuhan tanaman kirinyuh memang cukup cepat. Jika tidak dikontrol secara baik, flora ini akan sulit untuk dikendalikan serta dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman lainnya.
Morfologi dan Ciri-Ciri Tanaman Kirinyuh
Kirinyuh atau rumput minjangan bisa kita kenali dari daunnya yang berbentuk oval. Bagian bawah daun tersebut tampak melebar, dengan panjang keseluruhan mencapai 6-10 cm.
Tangkai daun berkembang antara 1-2 cm dan lebar 3-6 cm. Terdapat tiga tulang daun yang terlihat jelas, sedangkan batangnya berbentuk tegak, berkayu dan ditumbuhi rambut halus.
Selain itu, batang kirinyuh juga punya corak bergaris-garis membujur dan paralel. Tingginya mencapai 5 meter lebih, dengan bentuk cabang yang berhadapan serta berbunga majemuk.
Hati-hati, jangan asal menyentuh atau meremas daun tanaman kirinyuh. Karena kandungan getahnya, daun ini dapat memberi sensasi lengket serta bau menyengat pada tangan kita.
Daun tanaman kirinyuh sendiri umumnya berwarna hijau atau hijau muda. Warna bunganya tampak putih kecokelatan, namun mampu menghasilkan biji atau tunas yang cukup banyak.
Habitat dan Distribusi Tanaman Kirinyuh
Kirinyuh merupakan gulma padang rumput, yang dapat pula kita jumpai di area kering atau pegunungan. Ini memang sangat adaptif, bahkan mampu berbiak di lahan rawa dan basah.
Di Indonesia sendiri, peta persebaran tanaman kirinyuh sebenarnya sangat merata. Spesies ini merupakan tanaman asli Amerika Utara, namun menyebar ke Asia, Afrika dan Australia.
Berkat distribusinya pula, tumbuhan semak satu ini dikenal memiliki banyak julukan seperti siam-Kraut, agonoi, bitter bush, chromolaena, hagonoy, herbe du Laos, hingga huluhagonoi.
Warga Indonesia juga mengenalnya sebagai rumput belalang, rumput golkar, serta rumput putih. Flora ini masuk ke Tanah Air pada tahun 1910-an, lalu berkembang sampai sekarang.
Pembiakkan tanaman kirinyuh dapat dilakukan melalui bijinya. Tumbuhan dewasa mampu memproduksi 80.000 biji, sedang pertumbuhannya hanya membutuhkan waktu dua bulan.
Guna dan Manfaat Tanaman Kirinyuh
Sejak dahulu kala, tanaman kirinyuh memang dikenal memiliki banyak manfaat. Salah satu yang paling populer hingga saat ini, ialah daunnya yang berguna sebagai penyembuh luka.
Tidak asal klaim, kirinyuh sendiri ahli ketahui menyimpan senyawa berupa tanin, fenol dan flavonoid. Ia juga mengandung saponin dan steroid, sehingga baik sebagai obat antiradang.
Melansir laman berita Universitas Gadjah Mada, ekstrak daun C. odorata berpotensi sebagai obat kolesterol. Flavonoid-nya pakar nilai ampuh menekan enzim HMGCR pada tubuh kita.
Jika kita konsumsi sebagai sayuran, daun tanaman kirinyuh juga efektif sebagai obat cacing. Karena itu, jangan heran jika tumbuhan ini jamak diperjualbelikan sebagai obat tradisional.
Dalam dunia pertanian, herbisida daun kirinyuh berguna sebagai pengendali hama bekicot, rayap dan kecoa. Bahkan, aromanya bersifat racun bagi spesies serangga seperti nyamuk.
Taksonomi Spesies Chromolaena Odorata
Penulis : Yuhan al Khairi