Di Indonesia sendiri, susu kambing masih kalah populer bila dibandingkan dengan susu sapi. Itu terlihat dari jumlah peternakan sapi yang ada di mana-mana. Bahkan, susu kambing kalah populer dengan susu kuda liar Sumbawa, yang terkenal akan khasiatnya menambah stamina kaum lelaki.
Dari segi promosi, susu kambing memang kalah. Namun secara khasiat, susu kambing memiliki banyak keunggulan dibanding susu yang dihasilkan oleh mamalia lain. Susu kambing memiliki butiran lemak yang lebih kecil dan mudah diadaptasi oleh pencernaan manusia. Sehingga jarang orang yang baru pertama meminum susu kambing akan merasakan masalah pada perutnya. Salah satu faktor yang meningkatkan kualitas susu kambing adalah pola makannya yang bersih.
Secara medis, susu kambing berfungsi untuk mempercepat regenerasi sel tubuh manusia. Itu sangat baik untuk menjaga stamina atau pada proses penyembuhan. Namun, banyak khasiat yang beredar dari mulut ke mulut tentang khasiat susu kambing. Ada yang mengatakan bisa mengobati TBC, menambah kemampuan seksual, hingga menjaga kehalusan kulit. Itu baru sedikit dari khasiat yang beredar.
Berbicara tentang struktur mineral pembentuknya, susu kambing tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan Air Susu Ibu (ASI). Tak heran, banyak yang menyarankan memakai susu kambing sebagai pengganti ASI, setelah masa menyusui eksklusif.
Dalam menghasilkan susu, kambing betina harus berada dalam masa laktasi. Itu artinya berada dalam keadaan siap menyusui. Untuk proses ini, kambing dara harus dikawinkan terlebih dahulu. Kambing dara siap untuk kawin saat berusia 10 bulan.
”Biasanya di peternakan ini kami mengawinkan kambing saat usianya 14 bulan,” tutur Gatot AW (27), salah seorang peternak di Lakta Tridia. Setelah berhasil dibuahi, kambing mengalami masa bunting sekitar 147-160 hari, lalu betina biasanya melahirkan 2 anak kambing. Dalam 2 tahun, kambing PE bisa melahirkan hingga 3 kali, dan bisa tetap subur hingga usianya 7 tahun. Sehabis melahirkan, produksi susu akan optimal.
“Cobain aja,” ujar Dian (21), pemuda yang setiap hari bertugas di peternakan itu, sambil menyodorkan gelas logam berisi susu kambing yang baru diperah. Hanya sekitar 200 ml yang didapat, karena saat itu tengah hari, sementara waktu perah biasanya dilakukan pada pukul 8 pagi dan 4 sore setiap harinya. Dian harus mencari dengan teliti, puting yang masih bisa diperah. Susu itu dikuras dari betina bernama Nancy, bukan Pamela seperti dugaan saya sebelumnya. ” Tinggal ini, yang lain mah udah kosong,” ucap Dian.
Rasa susu itu gurih dan lemaknya memang terasa lebih lembut di mulut dibanding susu sapi segar. Namun saya tak dapat membauinya, karena saat itu saya meminumnya tepat di depan kandang Pamela yang berbau lebih tajam. Saya menyarankan, tak ada salahnya mencoba susu kambing. Selain rasanya gurih, manfaatnya pun amat banyak. Satu lagi saran saya, jika ingin mencium aroma aslinya, jangan meminumnya di depan kandang. (end)