Bagi pecinta tanaman hias, spesies Stapelia gigantea agaknya cocok untuk dipelihara. Tumbuhan ini memiliki bentuk yang unik karena mirip seperti bintang. Namun saat sedang mekar, bunganya mengeluarkan bau busuk menyengat yang disukai oleh lalat.
Stapelia gigantea tergolong sebagai tanaman bangkai (carrion plant). Tumbuhan ini mengeluarkan bau menyengat untuk menarik spesies lalat, yang notabene-nya membantu penyerbukan mereka.
Melihat klasifikasinya, flora bersuku Apocynaceae itu berkerabat dengan Stapelia lepida. Keduanya merupakan jenis tanaman sukulen, tetapi tidak termasuk sebagai salah satu kelompok kaktus.
Seperti yang kita tahu, semua kaktus adalah tanaman sukulen. Namun, tidak semua sukulen tergolong kelompok kaktus. Beberapa tanaman sukulen memiliki kelopak seperti daun, misalnya saja genus Stapelia.
Morfologi dan Ciri-Ciri Stapelia Gigantea
Stapelia gigantea memiliki batang yang tebal dan tegak berwarna hijau. Tingginya bisa mencapai 20 cm, sedangkan diameternya berkisar 3 cm. Dari bagian batang, muncul kelopak bunga yang memiliki ukuran besar.
Diameter kelopak tersebut rata-rata berkisar 25 cm, meskipun ada pula yang mencapai 41 cm. Ini merupakan bagian terpopuler dari tumbuhan tersebut, sebab kelima kelopaknya memiliki corak yang indah.
Ada yang bilang corak sukulen ini mirip seperti batik mega mendung. Polanya tampak seperti awan, meski hanya berupa garis putus-putus. Warnanya sendiri tak kalah menarik, yakni merah atau kekuningan.
Permukaan “bintang darat” itu tampak berkerut seperti spesies Stapelia lepida. Namun mereka mempunyai bulu-bulu halus di sepanjang tepi kelopaknya, yang dapat berkembang hingga sepanjang 8 mm.
Di alam liar, tanaman berjuluk zulu giant tersebut dapat bersifat invasif. Pertumbuhannya terbilang sangat cepat, bahkan mereka dapat bertahan hidup di wilayah-wilayah yang kering dan gersang.
Habitat dan Karakteristik Stapelia Gigantea
Spesies Stapelia gigantea justru tidak menyukai daerah yang lembap dan basah. Mereka tumbuh di zona beriklim sedang yang cukup panas, distribusinya meliputi wilayah gurun Afrika Selatan hingga Tanzania.
Di habitatnya, zulu giant umum ditemukan di kawasan padang rumput, sabana yang teduh, serta singkapan bebatuan atau celah-celah. Mereka tumbuh secara berkelompok dengan jumlah yang relatif banyak.
Spesies Stapelia juga dapat dipelihara di dalam pot. Tumbuhan ini biasanya diletakkan di luar ruangan atau rumah kaca, sebab dapat mengeluarkan bau busuk yang mirip seperti bangkai hewan.
Melansir berbagai sumber, aroma busuk tersebut berasal dari senyawa diamina (putresin dan kadaverin), belerang dan molekul fenolik. Saking menyengatnya, aroma itu dapat memengaruhi selera makan manusia.
Selayaknya tanaman sukulen, spesies ini menyimpan air pada bagian batangnya. Mereka tidak memerlukan asupan air yang banyak, bahkan cenderung menyukai paparan sinar matahari penuh dan langsung.
Manfaat dan Kegunaan Stapelia Gigantea
Selain tanaman hias, tidak banyak yang mengetahui kegunaan lain dari Stapelia gigantea. Namun menurut South African National Biodiversity Institute, flora ini juga jamak dimanfaatkan sebagai tumbuhan herbal.
Bagi masyarakat lokal, zulu giant berkhasiat sebagai obat mual dan muntah akibat histeria. Spesies ini juga diklaim memiliki sifat analgesik dan pencahar, sehingga baik dikonsumsi oleh penderita konstipasi.
Tidak cuma itu, bagian batang yang telah ditumbuk dan dicampurkan dengan tanaman lain juga berguna sebagai obat mujarab. Ini umumnya dioleskan ke sekujur tubuh untuk menangkal segala macam penyakit.
Bahkan, tumbuhan ini kerap ditanam di pekarangan rumah sebagai penangkal petir. Ramuannya juga dimanfaatkan untuk berburu, sebab diyakini mengandung racun yang cukup mematikan.
Sebagai catatan, belum ada yang bisa menjamin kebenaran dari klaim kesehatan di atas. Senyawa yang terkandung pada tanaman sukulen ini masih perlu diteliti, sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.
Taksonomi Spesies Zulu Giant
Penulis : Yuhan al Khairi