Psilotum nudum merupakan salah satu spesies paku purba yang sudah ada sejak 360 juta tahun silam. Tanaman ini ahli golongkan dalam keluarga Psilotaceae, sehingga berkerabat dekat dengan spesies paku Tmesipteris atau pakis gantung.
Marga Psilotum dikenal sebagai paku yang menempati posisi dasar dalam perkembangan evolusi. Namanya ahli ambil dari bahasa Yunani ‘psilos,’ yang berarti ‘telanjang atau polos.’
Karena itu, jangan heran jika sebagian orang menyebutnya paku telanjang. Ia tidak memiliki daun dan akar, sporangiumnya terbuka sehingga tak tampak seperti tumbuhan kebanyakan.
Spesies paku purba pada umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Mereka pernah pakar temukan di kepulauan selatan Jepang, Florida, Texas, Hawaii, hingga Selandia Baru.
Ciri-Ciri dan Karakteristik Paku Purba
Tumbuhan paku umumnya tidak berbiji, namun mereka memiliki jaringan pembuluh xilem dan floem. Spesies paku purba seperti P. nudum dapat tumbuh hingga setinggi 60 cm.
Xilem berfungsi mengangkut air dan mineral tanah, sedangkan floem berguna mengedarkan hasil fotosintesis. Hampir seluruh tubuhnya berwarna hijau serta mengandung klorofil.
Karena tergolong tanaman purba, jaringan Psilotum ahli ketahui masih sangat sederhana. Dari batangnya tumbuh bagian kecil seperti sisik, yang sering awam sebut sebagai ‘daun’.
Perkembangbiakkan P. nudum berlangsung secara vegetatif dan generatif. Jika terjadi secara vegetatif, tunas baru akan muncul pada bagian samping tumbuhan atau melalui rhizoma.
Sedangkan generatif, umumnya dilakukan melalui spora yang tersimpan di dalam sporangia.
Tak banyak yang tahu bahwa paku purba melakukan simbiosis mutualisme dengan mikoriza. Ini berguna untuk mempermudah serta memperluas area resapan mineral di dalam tanah.
Baca juga: Paku Tanduk Rusa, Tumbuhan Berdaun Unik Penghias Rumah
Habitat dan Syarat Tumbuh Paku Purba
Di alam liar, jenis paku purba tumbuh secara epifit atau menumpang pada tanaman lainnya. Mereka ilmuwan temukan pula tertanam di celah-celah batu, tepatnya di area perbukitan.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman paku. Merujuk berbagai sumber, proses ini biasa terjadi apabila syarat pertumbuhan mereka terpenuhi, seperti:
- Kadar air pada media tanam mencukupi
- Kadar air pada udara sekirar memadai
- Kandungan hara mineral yang banyak
- Kadar cahaya untuk fotosintesis mumpuni
- Suhu lingkungan yang optimal
- Perlindungan dari angin
- Perlindungan dari cahaya yang terlalu kuat.
Memang, berbagai faktor di atas tidak selalu berpengaruh pada semua jenis paku. Flora ini berbiak sesuai dengan spesies, lingkungan hidup, serta tingkat ketahanan gametofitnya.
Beberapa paku dapat bertahan di daerah yang ekstrem seperti wilayah kering dan panas. Akan tetapi, ada pula jenis paku yang hanya mampu berkembang dalam kondisi normal.
Jarang sekali ahli temukan paku purba yang tumbuh di luar habitatnya. Pembudidayaan tumbuhan ini terbilang sulit, karena lingkungannya harus sesuai dengan habitat mereka.
Sejarah dan Pemanfaatan Paku Purba
Tanaman paku purba dulunya banyak publik budidayakan sebagai tanaman hias. Mereka awam sebut sebagai ‘matsubaran’ atau “anggrek jarum pinus” dalam bahasa Jepang.
Tidak main-main, P. nudum sendiri tergolong sebagai tanaman mulia pada periode Edo tahun 1603 – 1867. Karena itu, namanya cukup dekat bagi kebudidayaan Negeri Sakura.
Spesies ini secara alami ahli temukan di semua Kepulauan Hawaii. Ia warga lokal sebut sebagai ‘Moa’, karena tampilan batangnya yang cukup mirip dengan kaki ayam.
Orang Hawaii mengumpulkan paku purba dalam jumlah besar, serta memanfaatkannya sebagai bubuk pencegah lecet. Flora ini juga digunakan sebagai obat dan juga pembersih.
Anak-anak memainkan permainan yang mereka sebut ‘moa nahele’ atau sabung ayam. Permainan ini biasanya menggunakan batang P. nudum yang diikat secara berlawanan.
Melansir IUCN Red List, spesies paku P. nudum berada pada level ‘Critically Endengered’ atau kritis. Populasinya pakar sinyalir makin menurun akibat aktivitas alih fungsi hutan.
Baca juga: Paku Pedang, Satu Lagi Jagoan Penghalau Polusi Udara
Taksonomi Spesies Psilotum Nudum
Penulis : Yuhan al Khairi