Sonokeling merupakan salah satu tanaman agroforestri yang populer di Indonesia. Pohon ini ditanam dalam sistem tumpangsari dan diselingi dengan aneka tanaman pangan seperti padi ladang, jagung, ubi kayu, atau kacang. Tanaman ini juga menjadi pohon penyusun wanatani, bercampur dengan mangga, nangka, sirsak, jambu biji, dan lain-lain.
Pohon kayu keras ini termasuk ke dalam famili Papilionaceae dengan nama latin Dalbergia latifolia Roxb. Kayunya sering digunakan oleh industri alat musik sebagai bahan finger atau tumpuan untuk menekan senar gitar. Pohon sonokeling juga biasa digunakan untuk membuat mebel, almari, aneka perabotan rumah berkelas tinggi, kayu perkakas, lantai, papan, alat olahraga dan musik, seni ukir atau pahat, hingga finir merah.
Balai Penelitian Teknologi Agroforestri (2012) menyebut sebaran tanaman kayu ini antara lain di Nepal, bagian barat dan timur laut India, hingga Jawa. Tumbuhan ini ditanam di daratan Asia Tenggara, Jawa, dan Afrika.
Baca juga: Srikaya, Buah Beraroma Manis yang Kaya Gizi
Secara morfologi, tajuk sonokeling berbentuk bulat dan berdaun jarang. Tinggi pohon mencapai 43 meter dengan panjang batang tanpa cabang 3 sampai 5 meter. Diameternya mencapai 150 cm dengan batang berjumlah 15 yang umumnya tidak lurus (kebanyakan berlekuk) dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna putih mengelupas kecil-kecil (Martawijaya et al., 1981).
Akarnya tunggang dan berwarna putih kecokelatan. Daun sonokeling majemuk, menyirip ganjil, berseling dengan anak daun oval, lonjong, asimetris. Panjang daun sekitar 5-10 cm, lebar 3-6 cm, berujung tumpul, berpangkal runcing, bertepi rata, bertulang daun menyirip, berpermukaan licin, alus, dan berwarna hijau. Anak daun berbentuk tumpul (obtusus) lebar dengan corak hijau di atas dan keabu-abuan di sisi bawahnya. Bunganya bersifat majemuk, berbentuk malai, terletak di ujung atau di ketiak daun. Bunganya juga sempurna dengan dasar kelopak berlekatan dan membentuk tabung.
Buah sonokeling berupa polong dengan bentuk pipih atau lanset memanjang dan meruncing di pangkalnya. Panjang buah 3-5 cm dengan warna hijau waktu muda dan cokelat ketika masak. Di dalam buah terdapat 1-3 biji berbentuk ginjal, pipih, polong tidak memecah ketika masak, dan berwarna cokelat.
Akaran sonokeling mengikat nitrogen sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah. Daun-daunnya juga dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Sedangkan kulit batangnya yang segar digunakan untuk membersihkan darah, sebagai obat mual dan obat pendarahan.
Baca juga: Temu Kunci, Herba Alami untuk Kesehatan
Kualitas yang tinggi telah mendorong pemanfaatan yang berlebihan. Akibatnya populasi alami pohon ini menghadapi kepunahan. Sejak 1998 Badan Konservasi Dunia IUCN telah memasukkan sonokeling ke dalam kategori Rentan (VU, vulnerable).
Notifikasi CITES tanggal 7 November 2016 dan 14 November 2016 perihal Amandment to Appendices I and II Convention yang diadopsi pada COP 17 CITES pada 24 September hingga 4 Oktober 2016 di Johanessburg Afrika Selatan, menyebut bahwa tanaman jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) telah masuk ke dalam daftar Appendix II CITES.
Penulis: Sarah R. Megumi