Banyak yang bilang bahwa daun semanggi berhelai empat sulit sekali ditemukan di lahan atau pekarangan. Nah, konon, bagi yang menemukannya pertanda orang tersebut akan mendapatkan keberuntungan atau kemujuran.
Tapi benarkah demikian? Nyatanya cerita itu hanya sekedar legenda yang belum pasti kebenarannya. Namun demikian, ada keuntungan lain bagi yang menemukan tanaman ini, tumbuhan ini ternyata memiliki khasiat sebagai tanaman obat.
Semanggi (Marsilea crenata) yang terkenal juga sebagai nama suatu wilayah di Jakarta ini, merupakan tumbuhan air golongan hydrophyte, yang banyak tumbuh di area persawahan, kolam, danau, rawa, dan sungai.
Tumbuhan ini biasanya tumbuh dengan jenis-jenis tumbuhan air lainnya seperti eceng kecil, genjer, rumput air, serta teki alit dll (Sastrapradja dan Afriastini 1985).
Semanggi memiliki beberapa nama seperti jukut calingcingan (Sunda), tapak itek (Malaysia), upat-upat (Filipina), chutul phnom (Kamboja), pak vaen (Laos), phak waen (Thailand), dan water clover fern (Inggris).
Tumbuhan ini sering dianggap sebagai hama pada tanaman padi namun dipercaya memiliki nilai kegunaan yang beraneka ragam.
Tanaman ini tumbuh merambat di lingkungan perairan dengan tangkai mencapai sepanjang 20 cm dan bagian yang muncul ke permukaan air setinggi 3-4 cm. Di perairan yang lebih dalam tangkai entalnya dan jarak antar buku jauh lebih panjang daripada di perairan yang dangkal.
Secara morfologi, daun semanggi memiliki empat helai anak daun dengan ukuran rata-rata panjang 2,5 cm dan lebar 2,3 cm. Daun tersebut teksturnya tipis dan lembut, berwarna hijau gelap.
Semanggi memiliki tiga jenis daun, yaitu tipe daun yang mengapung (floating leaves), tipe daun tenggelam dalam air (submerged leaves), dan aerial leaves. Pada tipe daun floating leaves dan submerged leaves hidup di air sedangkan tipe aerial leaves hidupnya di daratan. Jaringan penyusun daun diantaranya yaitu jaringan epidermis, palisade, bunga karang, parenkim, dan jaringan pengangkut.
Sebagian besar tumbuhan semanggi memiliki tangkai yang tegak lurus dan melingkar simetris yang disebut caudex. Batang tidak tumbuh tegak di atas tanah, kecuali pada tumbuhan paku tiang (Alsopila sp. dan Cyathea sp.).
Akarnya memiliki anatomi yang hampir sama dengan sistem anatomi pada batang, dimana tersusun dari epidermis (rhizodermis), korteks, endodermis, dan silinder vaskuler. Akar pada tanaman semanggi air tertanam dalam substrat di dasar perairan.
Di Thailand, tanaman ini dimakan segar dengan sambal lokal. Di Filipina daun semanggi air digunakan sebagai bahan obat untuk neurasthenia dan oedema. Sedangkan di India daun semanggi air digunakan melawan kusta, demam, dan keracunan pada darah.
Di Australia tanaman ini banyak digunakan sebagai tepung dan dimakan. Sedangkan New Zealand mengonsumsinya sebagai obat dan tanaman hias pada akuarium.
Di Indonesia khususnya di Jawa, daun semanggi air yang masih muda digunakan sebagai sayuran untuk makanan (pecel di Surabaya). Dan jika dikonsumsi secara teratur, daun semanggi dapat meningkatkan kualitas tulang agar terhindar dari osteoporosis.