Kekayaan laut Indonesia menyimpan beragam potensi. Tidak cuma sektor perikanan, wilayah bahari Nusantara juga menyediakan berbagai komoditas yang bermanfaat bagi manusia. Salah satunya adalah selada air, organisme laut yang berpotensi sebagai obat antikanker.
Selada air dikenal juga sebagai ganggang hijau. Spesies ini tergabung ke dalam kelompok klorofita (Chlorophyta), sebab sel-selnya mengandung banyak klorofil A atau zat pewarna hijau.
Secara klasifikasi, ganggang hijau digolongkan ke dalam famili Ulvaceae dan genus Ulva. Mereka mempunyai nama ilmiah Ulva lactuta, sehingga berkerabat dengan U. fasciata, U. pertusa, U. rigida, serta U. linza.
Dari morfologinya, kelima jenis Ulva ini memang memiliki bentuk yang mirip. Lembaran “daun” tampak seperti selada, berwarna hijau, dengan bagian “batang” yang berfungsi sebagai tempat melekat ke substrat.
Morfologi dan Ciri-Ciri Selada Air
Jangan salah, selada air sejatinya tidak memiliki struktur rangka berupa daun, batang maupun akar. Mereka merupakan sejenis tanaman talus, dengan lembaran yang tipis dan licin, serta tepian yang bergelombang.
Di bagian pangkal talus terdapat penebalan, terkadang penampilannya terlihat transparan. Warna hijaunya pun tidak selalu cerah, beberapa individu juga mempunyai corak yang sedikit gelap atau kehitaman.
Karena tidak memiliki batang, alga ini melekat menggunakan alat bantu berbentuk cakram pada batuan. Tangkai atau “batang” bantuannya itu berukuran pendek, serta terhubung dengan bagian talus yang tipis.
Jika diukur, ketebalan tanaman ini rata-rata berkisar 0,1 mm saja. Tidak cuma melekat, spesies U. lactuta juga mampu bertahan hidup dengan cara sessile atau mengembang bebas di perairan.
Untuk bereproduksi, setidaknya ada dua metode yang biasa digunakan oleh tumbuhan tersebut. Pertama adalah metode seksual, sementara metode kedua yaitu dengan cara fragmentasi talus.
Habitat dan Distribusi Selada Air
Selada air tergolong sebagai tumbuhan yang kuat, sehingga tidak heran jika mampu bertahan hidup di berbagai wilayah. Benua Amerika, Eropa, Afrika, dan Karibia merupakan peta persebaran jenis alga ini.
Mereka bahkan dapat kita temukan di perairan Samudera Hindia, Asia Timur, Asia Selatan, Australia, hingga Selandia Baru. Wilayah kepulauan Indonesia juga termasuk sebagai rumah dari koloni ganggang hijau.
Kelompok flora ini umumnya melimpah di pesisir pantai wilayah tengah seperti Pantai Serangan, Pantai Sanur, Pulau Nusa Penida, Pantai Sawangan, sampai Pantai Nusa Dua di Provinsi Bali.
Sedangkan di Indonesia Barat, peta distribusinya hanya terkonsentrasi di pesisir pantai selatan saja. Salah satunya Gunung Kidul, yang mana masyarakat setempat memanfaatkan alga ini sebagai bahan pangan.
Penggunaan selada air sebagai bahan pangan sejatinya sangat lumrah di dunia. Masyarakat Jepang bahkan telah melakukannya sejak ratusan tahun silam. Menu tradisional Jepang itu dikenal dengan nama aosa.
Kandungan dan Manfaat Selada Air
Melalui uji fitokimia, diketahui bahwa ekstrak selada air mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, tokoferol dan melatonin, yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan alami dari alga.
Mengonsumsinya secara rutin bisa membantu meningkatkan imunitas dan menyeimbangkan tekanan darah. Sehingga sangat dianjurkan bagi penderita jantung koroner, hipertensi, serta kolesterol tinggi.
Berbicara soal kolesterol, jenis ganggang hijau juga kerap dimanfaatkan sebagai menu diet. Tanaman ini dikenal mempunyai kandungan serat tinggi, sehingga sangat baik untuk pencernaan dan menunda lapar.
Kandungan protein dan zat besinya juga memadai sebagai pengganti daging. Sebab dalam 100 gram selada laut, setidaknya terkandung 22,1 gram protein nabati dan 5,3 mg zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Bagi Anda yang concern terhadap kesehatan kulit, menggunakan alga ini sebagai menu makanan juga sangat direkomendasikan. Di dalamnya terkandung senyawa tokoforel, yakni salah satu jenis vitamin E.
Taksonomi Spesies Ulva Lactuta
Penulis : Yuhan al Khairi