Schizophyllum commune atau jamur grigit merupakan spesies jamur pelapuk yang tumbuh secara alami pada batang pohon maupun limbah kayu olahan. Mereka memiliki sifat yang ganas, sebab mampu menurunkan berat kayu sampai 70 %.
Nama jamur grigit sejatinya cukup populer di masyarakat. Selain populer sebagai organisme pelapuk, jenis cendawan ini juga terkenal sebagai bahan masakan maupun bahan baku obat.
Secara taksonomi, jamur grigit pakar gabungkan dalam keluarga Schizophyllaceae dan ordo Agaricales. Mereka mempunyai sejumlah sinonim nama, salah satunya Merulius communis.
Schizophyllum commune tumbuh secara soliter atau bergerombol, serta membentuk seperti gelombang. Permukaannya mirip seperti kipas dengan warna kuning krem atau putih pucat.
Morfologi dan Ciri-Ciri Schizophyllum Commune
Fitur utama pada jamur grigit adalah tudung, lamela dan tangkainya yang pendek. Diameter tudung berkisar 25 mm. Bagian atasnya rata, tapi terlihat seperti tiram pada bagian bawah.
Permukaan tudung sendiri bertepung hingga berbulu pada bagian ujungnya. Tepian tudung bergelombang dan terbelah, dengan lamela sebesar 20 mm yang menempel pada tangkai.
Berbeda dengan tudung, permukaan lamela berwarna cokelat cerah sampai cokelat merah muda. Tangkainya berukuran 5 mm, berbentuk silinder, kasar, serta berwarna putih–krem.
Tangkai Schizophyllum commune berada di tepi tudung dan tidak berkembang dengan baik. Karena tudungnya yang terbelah, spesies jamur ini banyak yang mengenal sebagai split gills mushroom.
Melansir berbagai sumber, nama Schizophyllum sendiri memiliki arti “terbelah.” Sedangkan kata commune bermakna sebagai “common” atau “communal,” atau mudah ditemukan.
Habitat dan Distribusi Schizophyllum Commune
Seperti namanya, Schizophyllum commune adalah spesies jamur pelapuk yang paling mudah kita temui. Cendawan ini terdistribusi ke berbagai dunia, kecuali wilayah kutub atau Arktika.
Sebagai organisme mesofilik, jamur grigit berkembang pada suhu lingkungan 25-37 Celsius. Selain itu habitatnya memiliki tingkat kelembapan udara yang tinggi, yakni mencapai 80 %.
Di Tanah Air, Schizophyllum commune dapat kita jumpai di seluruh wilayah. Ia pun memiliki beragam nama lokal, salah duanya supa beas (Sunda) dan ngawate (Halmahera).
Jamur grigit umumnya tumbuh saat musim penghujan berakhir. Mereka berkembang pada permukaan kayu yang telah mati, seperti pada pohon nangka, bambu, karet, serta mangga.
Di Pulau Jawa, jenis jamur ini sangat populer sebagai bahan masakan. Mereka publik kenal memiliki rasa yang nikmat, tidak memiliki bau khas, namun bertekstur kenyal dan berserat.
Kandungan dan Manfaat Jamur Grigit
Jamur grigit banyak yang mengetahui memiliki sifat antibiotik yang bisa menurunkan risiko infeksi mikroba. Ia juga menyimpan vitamin A, B-kompleks dan C yang baik untuk menjaga kekebalan tubuh.
Dalam sebuah riset, ahli menduga bahwa Schizophyllum commune mempunyai kandungan selenium tinggi. Karena itu, cendawan ini sangat cocok masyarakat konsumsi untuk mencegah kanker.
Tidak cuma kanker, jamur grigit juga bisa kita gunakan sebagai menu diet dan melancarkan pencernaan. Ini diperoleh dari kandungan serat pada dagingnya, yang ahli nilai cukup besar.
Di luar manfaatnya untuk kesehatan, Schizophyllum commune tergolong sebagai komoditas pasar yang menguntungkan. Ia mempunyai nilai ekonomi tinggi serta mudah dibudidayakan.
Jamur grigit terbilang adaptif, cepat berbiak dan tidak perlu dirawat secara khusus. Daging buahnya tidak gampang busuk dan mudah disimpan. Harga jamur per kilogramnya sekitar Rp 20.000.
Taksonomi Schizophyllum Commune
Penulis : Yuhan al Khairi