Bagi mayoritas orang Indonesia, sawo mungkin dikenal sebagai buah bercita rasa manis dan kaya manfaat. Tumbuhan dari keluarga Sapotaceae (sawo-sawoan) ini terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah sawo duren atau Chrysophyllum cainito.
Spesies C. cainito merupakan tanaman asli dataran rendah dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tumbuhan ini dikenal pula memiliki beberapa julukan seperti sawo apel dan sawo ijo.
Dari fisiknya, tampilan C. cainito memang mirip seperti buah apel. Kulitnya sendiri berwarna hijau hingga cokelat keunguan, tetapi tekstur dagingnya relatif lembek jika ditekan oleh jari.
Bahkan, sekilas daging buah sawo duren terlihat mirip dengan buah kiwi. Namanya mungkin tidak se-populer sawo Manila, tetapi banyak orang yang tertarik memelihara sawo tersebut.
Morfologi dan Ciri-Ciri Sawo Duren
Spesies C. cainito tergolong memiliki pertumbuhan yang cepat, tingginya dapat mencapai 30 meter. Pohon ini terlihat selalu hijau dengan batang berkayu, silindris, serta tumbuh tegak.
Permukaan kayu tersebut cenderung kasar, biasanya memiliki warna cokelat, abu-abu gelap hingga keputihan. Kayunya ini juga mengandung lateks, berwarna putih dan sangat lengket.
Daun sawo duren berwarna cokelat hingga keemasan. Ranting dan permukaan bawah daun umumnya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, sedangkan permukaan atas daun berwarna hijau.
Bunganya tumbuh berkelompok (5–35 kuntum) di bagian ketiak daun. Ukuran bunga sendiri cukup kecil, dengan tangkai yang panjang serta warna kekuningan sampai putih lembayung.
Buah sawo apel berbentuk bulat dengan diameter 5–10 cm. Kulitnya yang licin mengandung lateks, serta membungkus buah endokarp berwarna keputihan yang terdiri dari 4–11 ruang.
Habitat dan Distribusi Sawo Duren
Sawo duren adalah tanaman asli daerah tropis. Tumbuhan ini tersebar ke berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, sampai ke Indonesia.
Di tanah air, buah dari pohon ini dikenal masyarakat Jawa sebagai sawo ijo, kenitu, gemintu, atau manécu. Sedang orang-orang Sunda menyebutnya sebagai sawo hejo atau sawo kadu.
Tidak cuma di Indonesia, masyarakat Filipina juga memiliki panggilan khas untuk buah sawo duren. Mereka menamainya sebagai buah cainito, ataupun star apple dalam bahasa Inggris.
Selain nama-nama tersebut, flora ini dikena pula sebagai abiaba, pomme de lait, golden leaf, chicle durian, estrella, aguay, sterappel, sataa appoen, pepulut, sawu duran dan seterusnya.
Di berbagai negara, spesies C. cainito dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Tidak hanya buahnya, berbagai anatomi tumbuhan juga berguna sebagai bahan baku obat atau pangan.
Kegunaan dan Manfaat Sawo Duren
Sawo duren mempunyai buah yang manis dan kaya serat. Bagian ini akan muncul ketika usia pohon mencapai 5–6 tahun; waktu pembuahan terjadi ketika musim kemarau di Pulau Jawa.
Buahnya bisa dikonsumsi secara langsung saat sudah matang, atau diolah menjadi minuman dan es krim. Ini juga cocok dikonsumsi oleh para penderita diabetes hingga penyakit rematik.
Meski cara pengolahannya berbeda, kulit kayu, getah dan bijinya juga memiliki khasiat yang sama. Kulit kayunya bahkan dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat batuk hingga obat kuat.
Bagi pelaku industri, kayu sawo duren dinilai memiliki kualitas baik sebagai bahan bangunan. Sedangkan pohonnya terlihat cukup cantik sebagai tanaman hias hingga peneduh tepi jalan.
Cabang-cabang tua dari pohon tersebut juga berguna untuk menumbuhkan anggrek. Karena punya banyak kegunaan, jangan heran jika bibit tanaman ini dijual dengan harga yang tinggi.
Taksonomi Chrysophyllum Cainito
Penulis : Yuhan al Khairi