Tak ada api, berarti tidak ada asap. Demam Sansevieria pun melanda bukan tanpa sebab. Pamornya mulai meningkat sejak adanya publikasi hasil penelitian NASA yang menyebutkan berbagai macam khasiat Sansevieria, seperti kemampuan daunnya untuk menyerap gas beracun yang terkandung dalam asap rokok atau pun asap buangan kendaraan bermotor. Kabarnya, jika kita meniupkan asap rokok ke arah tanaman ini, maka asap tersebut akan diserap habis. Malah, NASA pun telah menanam Sansevieria di stasiun luar angkasanya untuk membersihkan udara. Dalam edisi tahun 2005, Majalah Trubus menyebutkan bahwa hasil penelitian NASA tersebut mengatakan bahwa tiap helai daun Sansevieria disinyalir dapat menyerap 0,938 ug per jam formaldehid. Artinya, untuk dapat membebaskan polutan dari ruangan 75 meter persegi cukup memerlukan empat helai daun. NASA merekomendasikan untuk menempatkan 15 – 18 tanaman dalam wadah berdiameter 6 – 8 inchi untuk setiap 1800 kaki persegi ruangan atau rumah. Penelitian serupa di Jepang memberikan hasil bahwa selain menyerap karbon monoksida, tanaman ini juga dapat menyerap benzene dan trichloroethylene. Hasil penelitian itu pun langsung populer di negeri matahari terbit tersebut.
Sumber lain menyebutkan adanya penelitian lain yang menyebutkan kemampuan Sansevieria untuk menyerap senyawa kimia yang terdapat pada mebel, pakaian dan pembersih perkakas rumah. Maka jangan heran jika tanaman hias yang satu ini kemudian dijadikan hiasan dalam rumah. Di Korea pun tanaman ini dipercaya dapat mereduksi berbagai radiasi. Akhirnya banyak warga Korea yang mencari Sansevieria ke berbagai belahan dunia, bahkan akhirnya terjun langsung ke Indonesia untuk menjadi eksportir untuk dijual kembali ke pasar di negaranya.
Lain lagi dengan kepercayaan di Cina. Mungkin tidak berhubungan erat dengan masalah kesehatan, namun sangat erat berkaitan dengan filosofi hidup mereka, yaitu keseimbangan. Pertumbuhan Sansevieria yang simetris menunjukkan keserasian dalam hidup yang disimbolkan oleh yin dan yang. Konon yang memelihara tanaman ini akan kerap didatangi keberuntungan. Itu sebabnya kepopularitasan Sansevieria telah berdengung sejak lama di Cina dan sering di tanam di vihara-vihara.
Yang lebih hebat lagi, tanaman ini dipercaya dapat mengobati wasir, diabetes bahkan hingga kanker ganas. Di Thailand, ekstrak Sansevieria bahkan sudah dikembangkan menjadi obet kanker dengan harga jual Rp 700.000 per kapsul.
Menurut Budi, beberapa tahun belakangan ini trend penelitian memang mengarah ke masalah kesehatan lingkungan, penemuan obat, bahan bakar alami, dan sebagainya. “Orang-orang ingin lebih memanfaatkan apa yang ada di alam,” ujarnya. Penelitian tentang Sansevieria yang mampu menyerap emisi ini pun mungkin merupakan salah satu contoh trend penelitian. Lepas dari semua kepercayaan mengenai khasiat Sansevieria yang luar biasa itu, ada satu hal yang pasti. Menurut Budi, daya tahan yang cukup kuat terhadap hama menyebabkan usia hidup Sansevieria tergolong lama. Selain itu, perawatannya pun tidak terlalu merepotkan, sebab Sansevieria dapat hidup di mana saja. Baik di tempat yang sangat berpolusi yang membuat tanaman lain mati, atau di tempat yang miskin cahaya, dan juga tidak memerlukan asupan air tiap hari.
Menurut Budi, merujuk pada Data Inventaris Tanaman Obat Indonesia yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan 1997, Sansevieria memang memiliki khasiat untuk menyembuhkan beberapa janis penyakit. Rimpangnya dapat digunakan sebagai obat batuk. Caranya, ambil dua sendok teh serbuk kering akar Sansevieria Trifasciata, lalu seduh dengan satu gelas air matang panas. Biarkan hingga dingin lalu minum sampai habis. Daunnya pun memiliki khasiat, yaitu untuk mengobati luka karena digigit ular.
Namun ternyata ada satu hal yang patut diperhatikan. Masih berdasarkan buku rujukan Budi, daun Sansevieria memiliki senyawa kimia saponin dan kardenolin. Menurut pria berusia 33 tahun ini, jika suatu tanaman diekstrak, diaduk, dan kemudian menimbulkan buih, berarti tanaman tersebut mengandung saponin atau racun. Kenyataan ini dapat menjadi dua hal yang berbeda. Entah tanaman Sansevieria ini sebenarnya mengurangi polusi atau justru membahayakan. ”Tapi yang perlu diingat, obat pun sebenarnya kan racun, dalam dosis tertentu,” kata Budi. Kita hanya perlu sedikit waspada dan jangan terlalu mengikuti trend. ”Takutnya malah menyerupai kejadian beberapa waktu yang lau. Waktu itu pemerintah menggalakkan untuk menanam Angsana. Setelah Angsana ditanam dimana-mana, ternyata ada penelitian lanjutan yang menyebutkan bahwa serbuk sari Angsana dapat menyebabkan alergi, bahkan dapat menyebabkan kanker, menurut kolega saya,” papar Budi panjang lebar.
Kebiasaan masyarakat untuk menggunakan tanaman sebagai obat memang sudah ada dari dulu dan secara tradisional dilakukan secara turun temurun. Misalnya saja tanaman dadap serep yang konon dapat menurunkan demam, atau jambu batu yang biasa digunakan untuk menyembuhkan demam berdarah. Setelah dilakukan penelitian terhadap kedua tanaman itu, terbukti bahwa dadap serep memang memiliki senyawa kimia yang mampu meredam demam. Namun hasil penelitian jambu batu menunjukkan fungsi yang berbeda. Jambu batu tidak dapat menyembuhkan demam berdarah. Ekstraknya hanya mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Bagi Budi, itulah gunanya penelitian. Untuk membuktikan kebenaran dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah dijalankan masyarakat secara tradisional sejak dahulu. Memang buku-buku rujukan Budi belum memasukkan penemuan NASA tentang kegunaan Sansevieria. Namun seandainya penelitian itu benar adanya, Budi mengingatkan bahwa suatu penelitian tidak dapat selesai 100 persen dalam sekali waktu. Diperlukan penelitian lanjutan yang dapat memakan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun. Contohnya tanaman Angsana tadi. Mengenai masalah Sansevieria, mungkin saja tanaman ini memang mampu menyerap polusi dan emisi, namun tetap ada kemungkinan tanaman yang sama dapat memberikan hasil yang kurang baik pula bagi lingkungan.
Memang agak mengkhawatirkan jika kita menoleh pada pengalaman tanaman Angsana. Tapi mungkin tidak ada salahnya jika menggunakan Sansevieria sebagai fungsi utamanya, yaitu sebagai tanaman hias dan pembatas taman. Yang terpenting mungkin bertindak tanpa berlebihan. Tidak perlu menanam Sansevieria di seluruh pekarangan rumah Anda demi mengurangi polusi. Salah-salah, jika daun Sansevieria termakan oleh anak Anda, dapat menyebabkan rasa mual, muntah-muntah dan sakit perut. Terlepas dari segala pro dan kontra yang ada mengenai kemampuannya, tanamlah Sansevieria sebagai fungsi utamanya, yaitu sebagai fungsi estetis di mana pun ia tumbuh.(end)