Sandworm, Umpan Pancing Favorit bagi Para Nelayan

Reading time: 3 menit
Tekstur cacing ini lunak dan kenyal. Foto: Meerwasser-lexikon

Berbeda dengan cacing biasa, tampilan sandworm sangat mirip dengan lipan. Hewan ini tergabung dalam kelas Polychaeta, sehingga dapat kita kenali dari ratusan segmen pada bagian tubuhnya. Meski agak asing, jenis cacing ini ternyata memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Tidak bisa dimungkiri, penelitian terhadap cacing pasir atau sandworm masih jarang dilakukan di Indonesia. Sejauh yang kami tahu, hewan itu tinggal di dalam pasir yang basah sampai tanah berlumpur.

Michael Sars, pakar biologi asal Norwegia adalah orang pertama yang mempublikasikan cacing tersebut. Spesies ini kemudian diberi nama Nereis virens, sebelum akhirnya berganti menjadi Alitta virens.

Alita merupakan salah satu genus dari famili Nereididae. Genus ini dulu membawahi empat spesies cacing yaitu A. virens, A grandis, A. succinea, dan A. brandti. Namun, kini spesies A. brandti pindah ke genus Neanthes.

Morfologi dan Ciri-Ciri Sandworm

Sandworm memiliki tubuh berwarna cokelat hingga cokelat kekuningan. Beberapa individu juga memiliki bintik-bintik putih atau gelap, sehingga cukup mudah dibedakan dari spesies cacing dan Polychaeta lainnya.

Diperkirakan, ada sekitar 160 segmen yang terdapat pada tubuh cacing tersebut. Masing-masing segmen punya sepasang lengan (parapodia), jumlahnya sangat banyak dan berjajar di sepanjang tubuh.

Selain itu, terdapat sekitar 3–4 lobus pada bagian parapodianya. Bagian itu tertutupi oleh rambut halus, atau biasa disebut setae. Bagian depan cacing seperti kerucut, semantara bagian belakangan menyerupai tali.

Parapodia bagian belakang umumnya berwarna kehijauan, kekuningan atau kemerahan. Kepalanya memiliki empat mata, dua palpus bulat di depan mata, serta sepasang antena dan empat pasang tentakel.

Uniknya, bagian hulu kerongkongan cacing tersebut bisa dibalikkan dan memiliki dua rahang seperti capit dan gigi-gigi kecil. Selain itu, cacing ini juga dapat kita kenali dari pita lebar dan rata pada bagian belakangnya.

Habitat dan Karakteristik Sandworm

Seperti yang telah dijelaskan, sandworm tidak dapat kita temukan pada sembarang tempat. Satwa ini bersarang pada sejumlah sedimen, mulai dari lumpur lunak, pasir berlumpur, dan sedimen kerikil atau batu kecil.

Berbeda dengan Alitta pada umumnya, sandworm juga tidak menyebar sampai ke kawasan muara atau tepian pantai. Ini membuktikan bahwa mereka tidak dapat mengatasi karakteristik air laut yang sangat encer.

Melansir berbagai sumber, sebagian besar spesies A. virens berasal dari wilayah beriklim dingin. Karena itu, mereka biasanya menyebar ke Laut Utara, Skagerrak, Kattegat, Arktik, Atlantik Utara, hingga Pasifik Utara.

Selama pemijahan, cacing pasir diketahui berkerumun secara massal di permukaan. Aktivitas berkerumunnya itu diperkirakan dipicu oleh suhu, salinitas, fotoperiode, hingga siklus cuaca yang terjadi di habitatnya.

Biasanya, waktu pemijahan terjadi pada malam hari di musim semi dan dapat berlanjut hingga musim panas. Mereka akan berkumpul di area yang disinari cahaya rembulan, lalu mati setelah proses perkawinan.

Peran dan Manfaat Sandworm

Di daerah asalnya, sandworm diburu oleh warga lokal untuk dijadikan umpan pancing. Cacing ini bahkan sangat terkenal, sehingga digunakan sebagai objek budi daya dan diperjualbelikan ke berbagai daerah.

Cacing pasir ialah salah satu umpan andalan bagi para nelayan. Tekstur cacing yang lunak dan kenyal sangat digemari ikan dan udang, sehingga banyak pula yang memanfaatkannya sebagai pakan perikanan.

Contohnya di Britania Raya, spesies A. virens sukses dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditi ekspor yang cukup besar. Cacing tersebut dimanfaatkan sebagai pakan alami budi daya ikan dan udang.

Para peneliti Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, menggunakan kelompok cacing ini sebagai bahan penelitian. Mereka aktif menggali potensi ekologi dan ekonomi cacing Polychaeta pada umumnya.

Selain dipakai untuk umpan, A. virens juga bisa digunakan sebagai biota penelitian. Jenis cacing ini mempunyai respon terhadap polutan limbah industri (Hg, Cd, Cu, Pb, Zn dan Ni) dan kontaminan organik di sedimen.

Taksonomi Spesies Alitta Virens

Penulis : Yuhan al Khairi

Top