Pemakaian bahan kimia untuk pengobatan sering menimbulkan efek samping sehingga sebagian masyarakat lebih memilih menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Semboyan “back to nature” juga membuat keingintahuan masyarakat terhadap khasiat tanaman obat semakin berkembang.
Rumput mutiara atau dalam penamaan latin disebut Hedyotis corymbose merupakan rumput liar yang banyak dijumpai di Indonesia. Rumput mutiara juga dikenal dengan nama lain, yaitu lidah ular. Dalam penamaan lokal, tanaman ini disebut juga sebagai katepan, urek-urek polo, lidah ular (Jawa), pengka (Makassar), dan bunga telor (Melayu) (Dalimartha, 2008).
Baca juga: Saga, Tanaman Tropis Antibakteri
Selain di tepi jalan, rumput mutiara dapat tumbuh subur pada tanah yang lembap, di pinggir selokan, atau di tanah terlantar. Rumput ini memiliki ciri tegak atau condong, sering bercabang mulai dari pangkal batangnya dengan tinggi 0,05 sampai 0,6 meter. Batang rumputnya berbentuk persegi empat, tanpa sisik (gundul) atau dengan sisik sangat pendek. Selain itu batangnya bercabang dengan ketebalan satu milimeter dan berwarna hijau kecoklatan sampai hijau keabu-abuan.
Daunnya relatif kecil dengan panjang daun 2 sampai 5 sentimeter, berujung runcing, dan bertulang daun satu di tengah. Ujung dan pangkal daunnya runcing, berwarna hijau pucat, dengan sisik-sisik kecil sepanjang tepi daun, ditambah dengan tangkai yang sangat pendek dan berambut pendek di ujungnya. Akar tanaman herba ini merupakan akar tunggang dengan garis tengah rata-rata 1 milimeter dengan akar cabang berbentuk benang (Anonim, 2014).
Rumput mutiara dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki rasa manis, sedikit pahit, lembut, dan agak dingin. Dalam farmakologi Cina tumbuhan ini berkhasiat menghilangkan panas, antiradang, diuretik, menyembuhkan bisul, menghilangkan panas dan racun, dan juga mengaktifkan sirkulasi darah (Liang dkk., 2009).
Baca juga: Daun Salam sebagai Penambah Aroma Masakan
Tumbuhan ini juga telah lama digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit, di antaranya tonsilis, bronkitis, gondongan, pneumonia, radang usus buntu, hepatitis, radang panggul, infeksi saluran kemih, bisul, hingga borok. Rumput mutiara adalah salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antikanker (Mishra dkk., 2009). Tanaman ini memiliki kandungan senyawa asam oleanolat dan asam ursolat yang diketahui dapat menurunkan proliferasi sel kanker payudara (Mutiara dkk., 2008).
Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat, yaitu seluruh tanaman, baik segar atau yang dikeringkan. Biasanya masyarakat menggunakan rumput mutiara dengan cara meminum air rebusannya.
Penulis: Sarah R. Megumi