Salah satu komoditas perikanan budidaya subsektor budidaya laut yang menjadi fokus pemerintah melalui Kementarian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk terus dikembangkan adalah rumput laut. Rumput laut menjadi sumber daya perairan yang bernilai ekonomi tinggi.
Selama lima tahun terakhir, volume produksi rumput laut di Indonesia, mengalami tren positif. Dilansir pada laman mediaindonesia.com, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Subiyakto mengatakan, ada pertumbuhan produksi rumput laut sekitar 11,8 persen per tahunnya. Slamet menyebutkan, produksi rumput laut nasional tercatat sebesar 10,8 juta ton pada tahun 2017. Tahun ini pemerintah meningkatkan produksi rumput laut, sekitar 13 juta ton basah.
Rumput laut (seaweed) adalah salah satu tumbuhan laut yang digolongkan dalam makroalga. Perbedaan antara makroalga dan mikroalga adalah makroalga termasuk kelompok alga yang berukuran besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar, sedangkan mikroalga merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik (diameter antara 3-30 µm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut.
Terkadang masih banyak orang yang keliru membedakan antara rumput laut dan lamun. Banyak yang menyangka rumput laut memiliki ciri fisik daun berukuran panjang. Padahal ciri tersebut merupakan ciri fisik dari tanaman lamun.
Rumput laut sendiri tidak memiliki akar, batang dan daun. Bentuk tubuh yang menyerupai akar, daun dan batangnya dinamakan thallus. Rumput laut terbagi ke dalam empat kelompok berdasarkan pigmen yang terkandung dalam rumput laut, yaitu Rhodophyceae (merah), Chlorophyceae (hijau), Phaeophyceae (coklat) dan Cyanophyceae (biru-hijau).
Rumput laut merah dan rumput laut coklat memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena merupakan penghasil hidrokoloid (agar, karagenan, alginat) yang digunakan sebagai pengental dan pembuat gel di berbagai industri terutama industri pangan. Dilansir pada laman food.detik.com, khusus untuk rumput laut merah tengah dikembangkan sebagai superfood baru oleh para peneliti di Oregon State University (OSU). Jenis rumput laut ini memiliki keunggulan cita rasa mirip bacon dan nutrisi dua kali lipat dari kale (Brassica oleracea var. palmifolia).
Rumput laut kaya sumber mineral, vitamin, protein, karbohidrat dengan kandungan lemak yang sangat sedikit. Manfaat mengkonsumsi rumput laut antara lain menurunkan tekanan darah dan kolesterol, membantu mengobati beberapa jenis kanker, menyembuhkan pembengkakan, mengurangi mucus dan melancarkan pencernaan serta sebagai antioksidan. Vitamin C pada rumput laut juga bermanfaat memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Salah satu perusahaan yang bergerak di isu lingkungan yaitu Evoware telah mengembangkan pembungkus makanan alternatif ramah lingkungan berbahan dasar rumput laut. Motivasi terciptanya inovasi ini adalah untuk mengurangi sampah plastik yang banyak ditemui di wilayah perairan. Perusahaan ini membuat kemasan makanan yang terbuat dari bahan non-plastik dan 100% dapat di-biodegradasi. Kelebihan kemasan ini adalah memiliki ketahanan selama dua tahun jika disimpan di atas rak dan dapat dijadikan pupuk tanaman alami.
Secara lebih detail, dalam artikel Greeners (24/01/2018), keunggulan kemasan berbahan rumput laut ini adalah kemasannya dapat dimakan. Jadi jika Anda sedang membungkus makanan seperti hamburger, Anda tidak perlu repot untuk mengeluarkan kemasannya terlebih dahulu karena dapat dikonsumsi langsung bersama kemasannya.
Penulis: Sarah R. Megumi