Rangkong badak (Buceros rhinoceros) termasuk dalam suku Bucerotidae yang merupakan kelompok burung berukuran besar yang mudah dikenali terutama dari cula (casque) pada pangkal paruhnya. Dalam bahasa Inggris, burung ini dikenal sebagai rhinoceros hornbill.
Burung ini berukuran sangat besar, yaitu 110 sentimeter dengan dominasi warna hitam dan putih pada bulu-bulunya. Kulit disekitar mata berwarna abu-abu gelap, bagian paruh berwarna kuning berpangkal merah dengan tanduk melengkung ke atas.
Bagian irisnya berwarna putih sampai biru pada betina dan berwarna merah pada jantan. Bagian kepala, punggung, sayap dan dadanya berwarna hitam, sedangkan bagian perut dan paha berwarna putih. Ciri lainnya yaitu bagian ekor berwarna putih mencolok dengan garis hitam lebar melintang. Bagian kaki berwarna abu-abu kehijauan.
Burung rangkong badak adalah salah satu jenis burung yang menjadi kekayaan fauna di negeri kita. Orang Dayak di Kalimantan, memberi penghargaan yang sangat tinggi terhadap burung ini.
Bagi suku Dayak, rangkong badak adalah lambang kesucian, kekuatan dan kekuasaan. Bahkan komunikasi dengan arwah leluhur terjadi melalui perantaraan burung ini. Hal ini tergambar jelas dalam seni tari budaya Dayak yang banyak dihiasi oleh bulu burung rangkong. Dalam dunia makrokosmos orang Dayak, konon roh alam yang melindungi Pulau Kalimantan dan masyarakat Dayak sering menampakkan diri dalam wujud rangkong raksasa dan dikenal dengan nama Panglima Burung.
Disamping itu, rangkong badak merupakan burung yang setia terhadap pasangannya. Jika salah satu pasangannya mati, maka burung tersebut akan tetap sendiri hingga akhir hidupnya.
Satwa ini menghabiskan waktunya di bagian atas tajuk hutan dengan memakan buah-buahan, serangga, reptil kecil, hewan pengerat, dan burung-burung kecil. Rangkong badak mempunyai perilaku yang unik, yaitu individu betina bersarang dalam lubang pohon yang kemudian ditutup dengan lumpur. Selama burung rangkong badak individu betina tinggal di dalam lubang tersebut, ia diberi makan oleh individu jantan.
Seekor rangkong badak dapat terbang dalam radius 100 km persegi. Artinya, burung ini dapat menebar biji hingga 100 km jauhnya. Menurut peneliti rangkong dan hutan tropis, rangkong badak dijuluki sebagai petani hutan karena kehebatannya menebar biji sehingga terdapat korelasi erat antara rangkong badak dengan hutan yang sehat.
Menurut Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), rangkong badak termasuk jenis burung yang hampir mengalami kelangkaan. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) juga mengklasifikasikan burung ini ke dalam kategori Appendix II, yaitu sebagai jenis yang dilarang untuk perdagangan komersial internasional karena hampir mengalami kelangkaan, kecuali jika perdagangan tersebut tunduk pada peraturan ketat, sehingga pemanfaatan yang tidak sesuai dapat dihindari.
Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography