Javan Blue-banded Kingfisher atau Raja Udang Kalung Biru adalah burung endemik yang berasal dari Pulau Jawa. Ia tergabung dalam keluarga satwa Alcedinidae bergenus Alcedo. Meski sangat cantik, populasi mereka di alam liar ahli ketahui merosot tajam.
Dalam catatan resmi, nama Javan blue-banded kingfisher pertama kali dipublikasi oleh seorang zoologist berkebangsaan Belanda, Coenraad Jacob Temminck pada tahun 1830.
Ia lantas mengukuhkan nama binomial hewan tersebut sebagai Alcedo euryzona, dengan merujuk pada corak ‘kalung’ atau ‘pita’ burung yang terlihat melebar dan kebiruan.
Kata ‘euryzona’ sendiri Coenraad ambil dari dua bahasa Yunani kuno, yakni ‘eurus’ dan ‘zone.’ ‘Eurus’ bisa kita artikan sebagai luas, sedangkan ‘zone’ bermakna pita atau sabuk.
Klasifikasi dan Jenis Raja Udang Kalung Biru
Di Tanah Air, kelompok kingfisher umum masyarakat sebut sebagai Burung Cekakak. Keluarga ini terdiri dari 114 spesies, serta terbagi dalam tiga subfamili dan 19 genera.
Raja udang kalung biru sendiri pakar sinyalir memiliki dua subspesies lain; A. e. peninsulae dan A. e. euryzona. Meski fisiknya mirip, kedua jenis tersebut berasal dari habitat berbeda.
A. e. peninsulae ahli ketahui tersebar mulai dari Semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, dan Kalimantan. Sedangkan A. e. euryzona hanya mendiami satu wilayah, yakni Pulau Jawa.
Bukan itu saja, spesies A. euryzona juga sering awam sama ratakan dengan A. coerulescens. Keduanya dijuluki sebagai ‘raja udang biru,’ meski secara morfologi ahli anggap berbeda.
Ukuran tubuh raja udang kalung biru cenderung lebih besar daripada saudaranya. Ia dapat berbiak hingga sepanjang 18 cm, sedangkan A. coerulescens hanya berkisar 13 cm saja.
Secara internasional, A. coerulescens dikenal sebagai Cerulean Kingfisher. Namun karena ia terlihat seperti versi mini A. euryzona, banyak pula yang menyebutnya Small Blue Kingfisher.
Morfologi dan Ciri-Ciri Raja Udang Kalung Biru
Berbicara soal morfologi, ciri fisik burung raja udang kalung biru dapat kita lihat melalui warna bulunya. Spesies ini mempunyai bulu kepala dan sayap berwarna hitam kebiruan.
Bulu punggung dan ekor hewan tersebut tampak berwarna biru muda. Sedangkan warna bulu tenggorokan dan perutnya cenderung putih, putih kusam, atau putih keabu-abuan.
Jika kita padankan dengan spesies small blue kingfisher, corak biru yang terdapat pada tubuh Javan blue-banded kingfisher memang terlihat lebih tua atau agak gelap.
Hal ini disebabkan, oleh tebalnya bulu hitam yang menyelimuti permukaan sayap mereka. Berbeda dengan A. coerulescens, di mana corak hitamnya hanya berupa garis-garis samar.
Menariknya, warna bulu raja udang kalung biru juga diperkaya dengan corak merah karat. Corak ini tersapu mulai dari kekang, tutup telinga, tenggorokan, hingga bagian perutnya.
Perlu Anda ketahui, spesies burung betina biasanya mempunyai corak yang sedikit berbeda dari sang jantan. Bulu perutnya berwarna jingga – merah karat dengan tenggorokan krem.
Habitat dan Populasi Raja Udang Kalung Biru
Burung raja udang kalung biru terkenal sebagai satwa yang pemalu. Ia mendiami daerah sungai berbatu di hutan hujan tropis dan hutan mangrove hingga ketinggian 1.250 mdpl.
Seperti burung raja udang pada umumnya, Javan blue-banded kingfisher bersarang di dekat kaki bukit di dalam hutan belantara, tepatnya di area tebing sekitar aliran sungai kecil.
Jangan heran, habitat satwa biasanya memang mengikuti sumber makanan mereka. Sebagai pemakan kepiting, udang dan ikan, lokasi ini sangat cocok sebagai tempat tinggal kingfisher.
Tidak cuma biota laut, raja udang kalung biru pakar sinyalir juga mengonsumsi serangga dan reptil kecil. Kendati demikian, naluri berburunya cenderung akuatik daripada terrestrial.
Merujuk IUCN Red List, status konservasi A. euryzona kini berada di level kritis (Endangered). Pemerintah bahkan memasukkannya sebagai satwa dilindungi dalam UU No. 5 tahun 1990.
Selain tingkat perjumpaan yang rendah, tren penurunan populasi spesies Javan blue-banded kingfisher sebagian besar disebabkan oleh aktivitas perburuan liar serta alih fungsi hutan.
Taksonomi Javan Blue-banded Kingfisher
Penulis: Yuhan Al Khairi