Raja-udang Biru (Alcedo coerulescens) merupakan salah satu jenis, suku dari Alcedinidae. Suku ini menurut taksonomi terbaru dipisahkan dari golongan Cekakak yang saat ini dimasukkan ke dalam suku Halcyonidae. Cekakak dan raja udang (yang keduanya dalam bahasa inggris disebut kingfisher) berada pada sub-ordo Alcedines. Perbedaan pada raja udang dan cekakak adalah, cekakak (keluarga Halcyonidae/tree kingfisher) bertubuh besar dan lebih bersifat terrestrial. Sedangkan raja udang (keluarga Alcedinidae/river kingfisher) lebih bersifat akuatik.
Raja-udang Biru memiliki tubuh berukuran sangat kecil, sekitar 14 cm. Tubuh bagian atas dan garis dada biru kehijauan mengilap. Mahkota dan penutup sayap bergaris hitam kebiruan. Kekang, tenggorokan, dan perut berwarna putih. Ciri lainnya, burung ini memiliki iris berwarna coklat, paruh hitam, dan kaki merah.
Raja-udang Biru senang bertengger di vegetasi tepi air. Burung ini terbang melayang (hovering) dengan kepakan cepat sambil bersuara. Dalam berburu hewan air kecil (seperti udang, ikan kecil atau kecebong), Raja-udang Biru meluncur menuju perairan, kemudian menangkap mangsanya yang berenang dengan sedikit menyelam. Penglihatan yang awas serta gerak yang cepat, tangkas dan tepat tentunya menjadi modal utama perburuan mangsa.
Raja-udang Biru berkembang biak pada bulan Mei hingga Agustus dengan telur berwarna keputih-putihan, berjumlah 3-5 butir.
Raja-udang Biru merupakan jenis endemik Indonesia, persebarannya ada di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Umum ditemukan di rawa pesisir, mangrove dan muara sungai. Namun sayangnya, kawasan yang menjadi habitat bagi Raja-udang Biru banyak yang sudah beralih fungsi sehingga menyebabkan hilangnya rumah bagi Raja-udang Biru.
Bila diamati, banyak burung keluarga Alcedinidae dan Halcyonidae berbulu cerah, terutama biru. warna biru pada bulu Raja-udang Biru bukan berdasarkan pigmentasi. Warna biru atau hijau cerah pada burung-burung ini muncul karena efek cahaya yang disebut dengan efek tyndall.
Seperti apakah efek tyndall itu? Warna biru yang terjadi pada efek ini adalah seperti yang terjadi pada langit. Material penyusun bulu Raja-udang Biru (yang terlihat berwarna biru) ternyata berfungsi seperti partikel berukuran koloid yang ada di langit saat intensitas cahaya matahari pada titik puncaknya.
Bulu raja udang menghamburkan cahaya yang memiliki jangkauan frekuensi di sekitaran warna biru. Hal yang sama terjadi ketika langit saat siang hari. Partikel di langit hanya menghamburkan warna biru. Sehingga mata kita hanya menangkap warna biru.
Memang mengagumkan si kecil biru ini, sehingga sayang jika keberadaan dan habitatnya hilang akibat alih fungsi lahan.
Penulis: Ady Kristanto/Indonesia Wildlife Photography