Apabila mendengar kata putri, terbayang dalam benak kita adalah seorang perempuan cantik hidup di sebuah kerajaan besar nan megah. Putri yang satu ini tidak hidup di negeri dongeng atau negeri kayangan. Putri ini sering kita temui dimana saja. Putri ini bernama Putri ‘Pudica’. Lalu, siapakah gerangan sosok putri pudica yang misterius ini?
Pudica berasal dari nama latin yang berarti malu atau menciut. Jadi, putri pudica dapat diartikan sebagai putri malu. Putri malu (Mimosa pudica) adalah flora berduri yang memiliki ciri khas terdapat pada daunnya, dimana jika disentuh daunnya akan segera menutup/menciut, seolah-olah sedang malu-malu, dan dalam beberapa saat akan membuka/bangun kembali.
Tanaman ini memiliki beragam nama di tiap negara, seperti dalam versi bahasa Inggris sendiri memiliki banyak penamaan antara lain shame plant, shy plant, humble plant, sensitive plant, sleeping grass dan ‘touch me not’ plant. Dalam bahasa Sansekerta disebut Lajja, bahasa Hindi disebut Laajvanti dan Chhui-mui, lalu dalam bahasa Filipina dinamakan makahiya.
Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah matahari terbit. Secara geografis, putri malu merupakan tanaman tropis asli Amerika dan telah ternaturalisasi di negara bagian India yang memiliki iklim tropis dan subtropis. Umumnya tanaman ini merupakan tanaman ruang terbuka, yang sering kita jumpai atau temukan seperti di pinggir jalan, tanah-tanah pertanian dan area limbah.
Meski tanaman ini memiliki keunikan yang khas, namun putri malu termasuk jenis tanaman parasit (gulma) karena memiliki duri yang menganggu. Tanaman berduri ini termasuk dalam tanaman berbiji tertutup (angiospermae) dan terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil.
Daunnya kecil-kecil tersusun majemuk, berbentuk lonjong dengan ujung lancip, warna hijau (ada yang kemerahmerahan), menyirip dan bertepi rata. Putri malu memiliki letak daun yang berhadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan. Bila daun disentuh akan menutup (sensitive). Bunganya bulat seperti bola, berwarna ungu atau kadang juga terlihat berwarna merah muda dan bertangkai.
Gerakan unik dimana putri malu menutup daunnya pada saat disentuh disebut dengan seismonati. Gerakan ini dipengaruhi oleh rangsang sentuhan (tigmonasti). Gerak tigmonasti pada daun putri malu ini akan cepat menutup tidak peduli darimana datangnya arah rangsangan. Fungsi dari gerakan ini ialah untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang ingin memakannya. Adapun cara lain dari putri malu untuk terhindar dari pemangsa, yaitu lewat warna daunnya yang berwarna lebih pucat dan terlihat layu. Hal tersebut akan membuat hewan herbivora cenderung enggan memakannya.
Dibalik kekhasan daunnya, keunggulan lain dari tanaman putri malu yaitu memiliki manfaat dan khasiat yang tinggi dibidang kesehatan/medis dan pengobatan herbal. Berdasarkan beberapa sumber, di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Meluasnya penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami atau ‘back to nature’, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Dari daun hingga ke akarnya, tanaman ini berkhasiat untuk transquilizer (penenang), ekspektoran (peluruh dahak), diuretic (peluruh air seni), antitusif (antibatuk), antipiretik (penurun panas), dan antiradang. Para ahli pengobatan mengindikasikan, bahwa putri malu bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit lain seperti radang mata akut, kencing batu, panas tinggi pada anak-anak, cacingan, insomnia, peradangan saluran napas (bronchitis), dan herpes.
Pemanfaatan untuk obat dapat dilakukan dengan cara diminum maupun sebagai obat luar. Hanya saja pemakaian akar putri malu dalam dosis yang tinggi bisa mengakibatkan keracunan dan muntah-muntah. Wanita hamil juga dilarang minum ramuan tersebut karena bisa membahayakan janin.
Salah satu khasiat putri malu sebagai penenang yaitu dapat mengobati orang yang terkena gejala insomnia (kesulitan untuk tidur). Menurut beberapa ahli dan peneliti, di duga bahwa zat dalam tumbuhan putri malu mampu menimbulkan efek relaksasi saraf di otak. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air rebusan putri malu dapat menurunkan kecepatan waktu tidur secara signifikan dan memperpanjang waktu tidur secara signifikan.
Penulis: Sarah R. Megumi