Purwaceng merupakan tanaman asli Indonesia yang hidup secara endemik di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, Gunung Pangrango, Jawa Barat, dan area pegunungan di Jawa Timur. Populasi tanaman herbal ini sudah langka karena mengalami erosi genetik secara besar-besaran. Bahkan di Gunung Pangrango dan area pegunungan di Jawa Timur populasinya dilaporkan sudah musnah (Buletin Plasma Nutfah, 2006).
Penyebab kelangkaan tersebut karena purwaceng tidak dibudidayakan kembali. Eksploitasi yang berlebihan tanpa diimbangi upaya konservasi membuatnya kian langka di Indonesia.
Baca juga: Lempuyang Gajah yang Mengandung Analgesik
Purwaceng atau Pimpinella pruatjan Molk. Merupakan tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman herbal komersial ini berkhasiat sebagai penambah gairah seksual (afrodisiak), pelancar saluran air seni (diuretik), dan mampu meningkatkan stamina tubuh (tonik).
Dalam buku Budidaya Purwaceng, tanaman ini merupakan sejenis tumbuhan berbatang lunak (terna) dan berbentuk roset atau berimpit serta melingkar. Tangkai daunnya berada di atas permukaan tanah sehingga tajuk tanaman menutupi hampir seperti bulatan dengan diameter ± 3.645 sentimeter (Rahardjo et al., 2006). Purwaceng termasuk tanaman berumah satu dan dapat menyerbuk silang.
Bunga purwaceng akan muncul pada usia lima hingga enam bulan setelah masa tanam. Tangkai bunganya keluar di bagian ujung tanaman. Setiap tandan bunga yang berbentuk payung terdapat 8 sampai 15 mahkota bunga yang selanjutnya membentuk biji. Satu tanaman mampu menghasilkan 1.500 hingga 2.500 biji (Rahardjo et al., 2006).
Purwaceng termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae dan berakar tunggang. Ukuran akar di bagian pangkal akan bertambah besar seiring meningkatnya usia tanaman. Meski terlihat seperti ginseng, tetapi ukurannya tidak sama. Akar-akar berambut keluar di ujung-ujung akar tunggang.
Baca juga: Pasak Bumi, Tanaman Obat Tradisional Penambah Stamina
Secara turun temurun, tanaman ini telah digunakan oleh nenek moyang kita dan secara ilmiah terbukti mampu meningkatkan testosteron pada mencit (Taufiqurrachman dan Wibowo, 2005). Sebagian besar perusahaan obat tradisional memanen bahan tanaman purwaceng secara langsung dari habitatnya tanpa usaha peremajaan.
Mengingat bahan utama tanaman yang dipanen adalah akarnya, maka tindakan tersebut secara langsung merusak spesiesnya secara keseluruhan. Krisis tanaman obat ini juga disebabkan oleh rusaknya hutan konservasi yang menjadi habitat asli purwaceng (Buletin Plasma Nutfah, 2006).
Penulis: Sarah R. Megumi