Bandung (Greeners) – Bertepatan dengan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-60, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya melakukan aksi pelepasliaran Owa Jawa dengan disaksikan oleh beberapa delegasi peserta KAA di Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, pelepasliaran Owa Jawa kali ini dilakukan untuk dua pasang (empat ekor) owa jawa, yaitu pasangan Robin-Moni dan pasangan Moli-Nancy. Menteri KLHK, Siti Nurbaya, menerangkan, kedua pasang owa jawa tersebut telah menjalani proses rehabilitasi selama tujuh sampai sebelas tahun di Javan Gibon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
“Sebelum dilepasliarkan, mereka ini (Owa Jawa) telah menjalani proses habituasi kurang lebih dua setengah bulan di lokasi pelepasliaran Gunung Puntang,” terangnya, Bandung, Jumat (24/04).
Siti menuturkan, menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, owa jawa termasuk dalam jenis satwa yang dilindungi dan merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi salah satu target startegis KLHK.
Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk program penyelamatan dan rehabilitasi owa jawa di Indonesia. JGC, lanjutnya, juga baru saja menyambut kelahiran bayi owa jawa betina pada tanggal 9 Februari 2015 lalu.
“Upaya pelepasliaran ini bukan perkara mudah. Oleh sebab itu kemitraan dan dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan,” tandasnya.
Sebagai informasi, owa jawa atau yang dikenal dengan nama latin Hylobates moloch ini adalah satwa primata endemik pulau Jawa. Sebagian besar populasinya saat ini mendiami hutan-hutan dataran rendah dan tinggi di Jawa bagian barat dan hanya sebagian kecil ditemukan di Jawa bagian tengah.
Survei terakhir pada tahun 2010 mencatat sebanyak 2.140 sampai 5.310 individu owa jawa hidup terisolasi di hutan konservasi dan hutan lindung. Seperti di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon serta Cagar Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu.
Penulis: Danny Kosasih