Pohon Pule atau Pulai (Alstonia scholaris L) merupakan sejenis tanaman obat yang termasuk dalam kategori langka. Tumbuhan ini tergolong sebagai spesies yang tumbuh dengan cepat (fast growing species), serta banyak tumbuh di sekitar Pulau Jawa dan Sumatra.
Secara garis besar, pulai sejatinya masuk dalam kelompok tanaman keras. Namun, kontraktor bangunan kurang menyukai karakteristik kayu pohon ini karena lebih ringkih daripada varietas lainnya.
Kayu pule atau Kayu Susu memang lebih mudah melengkung jika lembap. Karena itu, flora ini justru lebih banyak awam manfaatkan sebagai tanaman obat dan penghijauan.
Dalam fungsinya sebagai tanaman obat, pohon pule terbilang unggul karena memiliki segudang khasiat. Bahan kimia yang terkandung di dalamnya ahli percaya bermanfaat bagi kesehatan.
Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Pule
Bila kita lihat dari morfologinya, salah satu flora dari keluarga Apocynaceae ini dapat tumbuh hingga ketinggian 15 – 50 m. Mereka mempunyai batang lurus dengan karakteristik kulit yang tebal.
Corak kulit batang berwarna cokelat keabu-abuan. Bagian ini kerap mengeluarkan getah berwarna putih yang tampak seperti susu. Daun pohon pule tergolong tunggal dengan dominasi warna hijau.
Bentuk daun tersebut lonjong – bulat telur, dengan permukaan atas licin dan permukaan bawah yang buram. Bagian tepi daun terlihat rata dengan pertulangan menyirip sepanjang 10 – 23 cm.
Lebar daun pulai mencapai 3 – 7,5 cm, tersusun secara melingkar antara 4 – 9 helai. Ada pula bagian bunga pada pohon tersebut. Ukurannya kecil, beraroma kuat, serta memiliki warna putih kehijauan.
Bagian buah pohon pule berbentuk polong dengan panjang antara 30 – 50 cm. Biji buah tersebut biasanya cukup banyak, yakni berkisar 357.000 butir per kilonya.
Uniknya biji yang telah dijemur selama dua hari, serta disimpan kurang lebih dua bulan di dalam kaleng masih mampu berkecambah hingga 90%. Persentase tumbuhnya bahkan mencapai 80%.
Baca juga: Trenggiling, Hewan Darat Bersisik yang Semakin Terancam
Karakterisitik, Habitat dan Persebaran Pule
Peta persebaran tanaman kayu susu sebenarnya sangat luas, mereka terdistribusi mulai dari dataran Cina, sub benua India, Asia Tenggara, Australia sampai dengan kawasan Pasifik.
Di Asia Tenggara sendiri, pohon pule ditemukan di hampir seluruh wilayah meliputi Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, Papua Nugini, Filipina dan tentunya Indonesia.
Mereka tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian antara 0 – 1.000 mdpl. Flora ini juga banyak hidup di hutan sekunder bercurah hujan 1.000 – 3.800 mm per tahunnya.
Sebagian spesies bahkan tumbuh di area hutan hujan tropis. Mereka mampu berkembang biak pada kondisi tanah apapun, meliputi tanah liat, tanah berpasir yang kering, hingga lereng bukit berbatu.
Berkat keunggulannya tersebut, pohon pule sering ahli manfaatkan sebagai tanaman vegetasi. Ia juga populer sebagai tanaman peneduh dan penghijau pada taman-taman serta hutan kota.
Khasiat dan Manfaat Pohon Pule bagi Kesehatan
Melansir laporan penelitian Chelviana A.C., dkk. dari Universitas Pelita Harapan, bagian yang kerap awam olah sebagai olahan obat pada pohon pulai atau pule adalah daun dan kulitnya.
Daun pule sendiri memilik sifat andenergik, antipiretik, antimalaria, dan antihipertensi. Kulitnya yang pahit berkhasit sebagai peluruh dahak, haid, stomatik, serta menurunkan gula darah.
Pada penelitian berbeda, kulit pohon pule juga awam percaya ampuh sebagai Pereda kejang. Bagian ini bahkan kerap bermanfaat sebagai pakan kuda karena berkhasit sebagai obat cacing.
Berdasarkan buku “Tanaman Obat Tradisional Papua” (2016), air rendaman kulit kayu susu sering warga lokal manfaatkan sebagai obat malaria dan juga demam.
Ada pula yang memanfaatkan flora ini dengan cara mengonsumsi secara langsung. Kulit batangnya dikunyah dan cairannya ditelan, dengan tujuan serupa yakni mengobati demam dan malaria.
Mitos Pohon Pule yang Berkembang di Masyarakat
Mitos agaknya sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang Indonesia. Sehingga ke manapun kaki melangkah, kita akan menemukan cerita-cerita rakyat yang turut menyelimuti suatu kawasan.
Termasuk mitos pohon pule yang berkembang di sejumlah daerah. Merujuk berbagai sumber, tanaman ini dikenal sebagai pohon yang angker karena menjadi tempat tinggal makhluk halus.
Di Desa Tekorejo, Kecamatan Buay Madang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, mitos soal tanaman ini terbilang cukup “heroic” sebab dipercaya masyarakat sebagai penangkal bala.
Warga sekitar sangat mengistimewakan pohon yang satu ini. Dalam waktu-waktu tertentu, acara adat kerap dilaksanakan sebagai ritual penghormatan kepada leluhur penjaga desa.
Taksonomi Pohon Pule
Referensi:
Budi Daya Pulai untuk Bahan Barang Kerajinan
Bayu Wisnanda, Universitas Muhammadiyah Malang
Yulinawati, Universitas Negeri Raden Intan Lampung
Yesica Rhenata, Universitas Pelita Harapan
Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah R. Megumi