Kayu meranti merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari tumbuhan bersuku Dipterocarpaceae. Di Tanah Air, flora dari kelompok ini dikenal dengan sebutan Pohon Meranti. Mereka banyak dijumpai di Pulau Kalimantan, bahkan 91 spesies di antaranya bersifat endemik.
Dilihat dari persebarannya, flora bergenus Shorea ini bisa kita temukan di sebagian kawasan Asia. Mereka menyebar mulai dari barat Srilanka, utara India, timur Filipina sampai ke Pulau Maluku.
Hingga saat ini, ditemukan sebanyak 163 spesies shorea di kawasan Malesia. Tanaman ini umumnya tumbuh di sekitar hutan hujan tropika, serta menjadi flora dominan yang ada di area tersebut.
Perlu diketahui, pohon meranti tertinggi yang sempat ahli dokumentasi adalah Shorea faguetiana. Flora berordo Malvales ini tumbuh hingga 88,3 m, serta tertanam di Nasional Perbukitan Tawau.
Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Meranti
Secara taksonomi, pohon meranti tergolong sebagai tanaman berkayu keras. Sehingga sebagian besar dari jenisnya biasanya tumbuh sangat lambat dengan kecambah yang menyukai naungan.
Dibanding jenis kayu lain, meranti juga termasuk kelompok kayu berat. Mereka dapat dicirikan dari habitusnya yang berupa pohon, terdapat saluran resin pada empulur, kayu, dan kulit batangnya.
Saluran musilase terkadang bisa kita temukan pada korteks dan empulur meranti. Selain itu, sebagian spesies juga mengandung zat tanin, serta memiliki daun yang tunggal.
Duduk daun berseling sebanyak dua deret, serta mempunyai tepian rata dan pertulangan yang menyirip. Bunga pohon meranti tergolong bunga biseksual, miliki simetri radial tanpa epikaliks.
Biasanya, daun mahkota dipterocarpaceae berjumlah lima helai. Buahnya berisi satu biji dan tidak memiliki endosperm. Salah satu keunikan suku meranti terletak dari buahnya yang bersayap dua.
Apabila tertiup angin, buah tersebut biasanya akan melayang-layang dan berputar seperti baling-baling. Meski begitu, buah ini umumnya tidak akan mendarat jauh dari induk pohonnya.
Jenis-Jenis Kayu Meranti di Pasaran
Berbicara soal pohon meranti, tentu tak bisa dilepaskan dari kayunya. Namun, tahukah Anda bahwa ada tiga jenis kayu meranti yang paling terkenal di pasaran? Agar tidak salah, berikut selengkapnya.
- Pohon Meranti Merah
Secara umum, pohon atau kayu meranti merah berasal dari 22 spesies dipterocarpaceae. Sebagian besar dari pohon tersebut biasanya banyak ditemukan di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Maluku.Mereka tumbuh hingga setinggi 5 m dengan diameter batang mencapai 100 cm. Cabang batangnya bebas, serta mampu berbiak sekitar 30 m. Kulit pohon ini berwarna kelabu cokelat setebal 0,5 cm. - Pohon Meranti Putih
Mirip seperti kayu meranti merah, meranti putih juga banyak ditemukan di kawasan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Ia miliki batang yang lurus, silindris dan berbanit setinggi 3,5 m.Pohonnya sendiri dapat berbiak hingga 12 – 55 m, dengan diameter batang berkisar 180 cm. Cabang dari pohon ini juga tumbuh secara bebas, ia mampu berkembang biak antara 8 – 37 m. - Pohon Meranti Kuning
Sebagian besar spesies pohon meranti kuning tertanam di wilayah Pulau Sumatera, seperti Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara hingga Jambi, tapi ada pula yang ditemukan di Pulau Kalimantan.Jenis pohon ini dapat tumbuh berkisar 20 – 60 m, dengan diameter batang yang mencapai 150 cm. Cabang batang sendiri bebas, tumbuh antara 10 – 45 m. Bentuknya silindris lurus berbinar 3 – 6 m.
Status Konservasi dan Manfaat Pohon Meranti
Seperti yang kita ketahui, sebagian besar keluarga pohon meranti mampu menghasilkan kayu berkualitas dengan karakteristik yang kokoh, keras namun cukup ringan.
Misalnya saja seperti Pohon Merawan (Hopea odorata Roxb.), kayunya memiliki kualitas tinggi sehingga sering dipakai untuk konstruksi berat dan ringan, mebel, vinir dan lain-lain.
Selain itu, ia juga banyak digunakan sebagai bantalan kereta api, tanaman hias dan penaung. Walau demikian, tak bisa dipungkiri jika populasinya terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
Aktivitas illegal logging dan kebakaran hutan membuat beberapa anggota penting suku ini masuk ke dalam International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Redlist.
Seperti pada jenis Dryobalanops camphora Colebr atau tumbuhan kapur, status konservasi tanaman ini menurut IUCN berada di level Critically Endangered atau nyaris punah.
Di samping aktivitas pembalakan liar dan kebakaran hutan, beberapa faktor internal yang mungkin menjadi penyebab merosotnya populasi tanaman ini di antaranya:
- Struktur sayap di buah yang tidak efektif untuk disebarkan oleh angin, sehingga sebarannya tidak jauh dari induknya;
- Sistem pembungaan yang relatif cukup lama, sehingga proses kelangsungan regenerasi berlangsung sangat lambat;
- Jenis serangga yang membantu proses penyerbukan marga ini tidak mampu terbang jauh, karena itu anakan yang tumbuh tidak jauh dari induknya; serta
- Sistem pembuahan mast fruiting menyebabkan sedikit anakan yang mampu berbiak.
Referensi:
- Inventarisasi Permudaan Meranti (Shorea spp.) Pada Arboretum Kawasan Universitas Riau Kota Pekanbaru Provinsi Riau
- Silvikultur Jenis Meranti Merah (Shorea leprosula Miq)
- Kemampuan Tanaman Meranti (Shorea leprosula) dalam Menyerap Emisi Karbon (CO2) di Kawasan Hutan IUPHHK-HA PT ITCIKU Kalimantan Timur