Jika sedang berkunjung atau berwisata ke suatu pulau, flora apa yang paling sering dijadikan ikon? Bisa jadi flora itu adalah pohon kelapa atau dalam nama ilmiahnya disebut Cocos nucifera (L.).
Persebaran pohon kelapa sering sekali dijumpai di pulau-pulau kecil atau sepanjang pesisir karena tanaman ini dapat tumbuh optimal pada wilayah dataran rendah tropis dengan ketinggian optimal 0-450 meter di bawah permukaan laut (mdpl). Tanaman ini memiliki toleransi tinggi terhadap tanah bersalinitas tinggi, maka tak heran jika tanaman ini banyak dijumpai tumbuh di wilayah pesisir pantai. Meskipun begitu, pohon kelapa dapat juga tumbuh di dataran tinggi namun perkembangannya lebih lambat dan produksinya sedikit.
Berdasarkan penelitian Kriswiyanti dalam Jurnal Biologi, Universitas Udayana, tumbuhan kelapa merupakan tanaman serba guna karena setiap bagian tanaman bermanfaat bagi manusia. Karena keistimewaannya tersebut maka tanaman kelapa juga dijuluki sebagai “Tree of Life” atau pohon kehidupan.
Di beberapa negara berkembang, banyak masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada tanaman kelapa. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai sumber makanan, minuman, bahan bangunan, rumah, obat-obatan, hingga kerajinan tangan. Kelapa juga dijadikan sebagai bahan baku pada sejumlah industri penting seperti kosmetik, sabun, dan lain-lain. Umumnya bagian tanaman kelapa yang paling bernilai ekonomi sampai saat ini adalah daging buahnya (Tenda dan Kumaunang, 2007).
Kelapa adalah tumbuhan penting dari famili Arecaceae atau palem-paleman. Kelapa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut coconut, merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara terutama di Indonesia, Malaysia dan Filipina, serta di wilayah kepulauan sekitar Samudra Hindia dan Pasifik.
Kelapa merupakan tanaman budidaya dengan areal tanam terluas ketiga setelah padi dan kelapa sawit, tetapi penyebarannya nomor dua terbesar setelah padi. Pertanaman kelapa tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan informasi yang didapat, sebanyak 34,5% pertanaman kelapa berada di Pulau Sumatera, 23,3% di Pulau Jawa, 27,6% di Bali, NTB, NTT dan Sulawesi, 7,2% di Kalimantan, serta 7,5% di Papua dan Maluku.
Tinggi pohon kelapa berkisar antara 20 – 22 meter pada umur 40 tahun sedangkan pada umur 80 tahun berkisar 35 – 40 meter. Pada umumnya bunga kelapa jantan dan betina terdapat pada satu tangkai bunga, dimana bunga jantan terletak diatas dan bunga betina pada bagian bawah. Biasanya kelapa berbunga pada umur 4 – 5 tahun setelah ditanam (Chan and Elevitch, 2006).
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas kelapa yaitu kelapa genjah (Dwarf coconut) dan kelapa dalam (Tall coconut). Selain kedua varietas tersebut, dikenal juga kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan kedua varietas ini (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2007).
Dikutip dari laman jurnalbumi.com, buah kelapa berbentuk bulat pada beberapa sisinya agak menyudut, berukuran kira-kira sebesar kepala manusia. Warna buah kelapa ada yang hijau dan ada yang kuning tergantung varietasnya. Daging buah kelapa terbungkus kulit bagian luar berupa serabut yang tebal dan bagian dalam berupa kayu keras atau tempurung.
Tempurung kelapa membungkus daging buah berwarna putih bersih dan air buah. Air yang terdapat dalam buah berwarna bening sedikit keruh, rasanya manis menyegarkan. Pada awalnya air kelapa kebanyakan hanya digunakan untuk membuat kecap dan gula kelapa. Seiring dengan berjalannya waktu ternyata air kelapa dapat dijadikan menjadi makanan ringan yang disebut nata de coco.
Selain itu, kelebihan lain kelapa adalah minyaknya dapat didayagunakan sebagai sumber bioethanol dan biodiesel. Daun dan buah kelapa (nyuh = kelapa dalam Bahasa Bali), digunakan sebagai sarana upacara atau peribadatan bagi umat beragama Hindu.
Seiring banyaknya penggunaan lahan disuatu pulau untuk dijadikan bangunan penginapan ‘homestay’ sebagai penunjang aktifitas pariwisata, lambat laun keberadaan pohon kelapa semakin lama semakin berkurang bahkan bisa dikatakan mulai terancam.
Seperti yang terjadi pada masyarakat di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil pengamatan, sudah lama masyarakat asli pulau tersebut memperoleh buah kelapa dengan cara harus menyeberang ke darat dan membeli buah kelapa tersebut di pasar-pasar tradisional.
Tentu fenomena ini sangat miris, dimana seharusnya suatu pulau menjadi komoditi atau penghasil langsung dari buah kelapa. Ancaman berkurangnya pohon kelapa nyatanya bukanlah sebuah isu belaka. Pada tahun 2014, beberapa media berita nasional memberitakan terjadi ancaman kepunahan pohon kelapa jenis kelapa Tengatuel asal Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Banyaknya penebangan pohon kelapa jenis ini menjadi salah satu faktor pendukung kepunahan. Disamping itu tidak adanya proses peremajaan menjadikan kelapa jenis ini semakin berkurang di habitatnya. Diketahui kelapa jenis kelapa Tengatuel merupakan kelapa terbaik di dunia. Mengapa demikian? Jenis kelapa tengatuel selain bisa bertahan hingga di atas 100 tahun juga memiliki kadar minyak tinggi, ukurannya besar serta produktifitasnya sangat baik. Kelapa jenis tengatuel diperkirakan tinggal sekitar seribu pohon, jika tidak dilakukan peremajaan akan terancam punah.
Penulis: Sarah R. Megumi