Pohon karet adalah tumbuhan penghasil getah atau lateks yang sampai saat ini masih menjadi komoditas utama perkebunan nasional. Tidak cuma satu, setidaknya ada dua tanaman penghasil lateks yang paling terkenal di dunia, yakni Hevea basilensis dan Ficus elastica.
Hevea basilensis atau Karet Para merupakan tanaman karet yang berasal dari Amerika Selatan. Tumbuhan ini terkenal sebagai sumber utama bahan tanaman getah alami yang ada di dunia.
Jauh sebelum popularitas para meningkat, masyarakat Amerika, Asia dan Amerika Selatan sejatinya sudah mengenal “pohon karet” lain yang berasal dari kelompok beringin atau ara-araan.
Salah satu yang paling populer dari suku tersebut adalah Ficus elastica atau Karet Merah. Spesies ini dulunya sangat menarik minat para pembudi daya. Perlahan tapi pasti, petani meninggalkan jenis ini karena mereka nilai kurang produktif.
Beda Pohon Karet Merah dan Para berdasarkan Morfologinya
Secara morfologi, perbedaan karet para dan merah (atau karet kebo) sebenarnya jelas terlihat. Agar tidak salah dalam membedakan ciri fisik keduanya, berikut Greeners jabarkan untuk Anda.
Ciri-Ciri Pohon Karet Kebo
Karet kebo umumnya memiliki akar tunggang dan akar udara berwarna cokelat. Batangnya tegak, berbentuk bulat dengan percabangan simpodial, bepermukaan kasar serta berwarna cokelat tua.
Daun pohon karet kebo tunggal dan berseling. Bentuknya lonjong dengan tepian rata, serta memiliki ujung dan pangkal yang meruncing. Panjang daun mencapai 15-20 cm, dengan lebar antara 8-15 cm.
Seperti daunnya, kelopak dan kelamin bunga karet merah juga tunggal. Ia memiliki bentuk seperti mangkuk dengan dominasi warna hijau. Benang sarinya berwarna putih dengan panjang 7 mm.
Kepala sarinya berwarna hitam dan berbentuk bulat. Putiknya memiliki panjang 1-2 cm dengan kepala putik berbentuk bulat. Warnanya hitam dengan mahkota berbentuk pita, halus, dan kuning.
Tidak sampai di situ, buah dari pohon karet kebo umumnya berbentuk bulat dan tampak seperti buni. Diameternya 1-2 cm, berwarna hijau kehitaman dengan biji bulat berwarna putih.
Baca juga: Karet Merah, Dulu Penghasil Karet Kini Jadi Tanaman Hias
Ciri-Ciri Pohon Karet Para
Hevea basilensis merupakan pohon yang tumbuh tinggi. Mereka memiliki ciri batang yang besar, serta dapat tumbuh hingga ketinggian 15-25 m pada usia dewasa.
Pohon ini tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Batangnya mempunyai kandungan getah (lateks). Daun karet para terdiri dari tangkai utama dan tangkai anak.
Panjang tangkai daun utamanya mencapai 3-20 cm, dengan panjang tangkai anakan antara 3-10 cm. Anak daunnya berbentuk eliptis memanjang dengan ujung runcing, memiliki tepian rata dan gundul.
Biji pohon karet ini terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar 3-6 butir sesuai dengan jumlah ruang. Ukurannya cukup besar dengan permukaan kulit yang agak keras.
Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak berpola yang tampak khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman tersebut tergolong sebagai akar tunggal.
Habitat dan Peta Persebaran Pohon Karet
Bila kita lihat dari habitat dan peta persebarannya, pohon karet kebo dan para juga memiliki sejumlah perbedaan. Para berasal dari lembah Amazon dengan curah hujan rerata 2.000-3.000 mm per tahun.
Tumbuhan ini mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1864, lalu menjadi tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor. Mulanya, flora satu ini memang bukanlah komoditas perkebunan.
Justru spesies Ficus elastica lah yang pertama kali menjadi tumbuhan komersil di Ciasem dan Pamanukan, Jawa Barat. Para baru menjadi komoditas di bawah pemerintah Belanda pada 1902.
Lantas, mengapa penanaman tanaman karet merah digantikan oleh karet para? Hal ini bermula dari penemuan teknik penyadapan baru oleh peneliti dan juga masyarakat.
Dengan teknik tersebut, jumlah produksi karet para jauh melampaui karet merah. Sehingga, lambat laun publik mulai tertarik untuk menanam karet tersebut ketimbang jenis karet kebo atau merah.
Untuk habitatnya sendiri, karet kebo merupakan flora asli dari timur laut India, Nepal, Bhutan, Myanmar, China, Malaysia, dan Indonesia. Mereka bisa tumbuh di dataran berketinggian 500 mdpl.
Cara Menanam Karet agar Getahnya Banyak
Tahukah Anda, Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar yang ada di dunia? Ya, produksi karet kita sangat tinggi, kontribusinya mencapai 26% dari total produksi karet alam dunia.
Namun, hal tersebut tentu tidak terjadi begitu saja. Melansir laman Pusat Penyuluhan Pertanian RI, setidaknya ada beberapa cara menanam karet agar getahnya banyak yang bisa kita lakukan, yakni:
1. Syarat Tumbuh
Pohon karet biasanya lebih mudah berbiak pada wilayah bertemperatur 24-18 C. Flora ini membutuhkan curah hujan rerata 1.500-2.000 mm per tahun. Paparan sinar matahari harian harus berkisar 5-7 jam.
Tumbuhan ini juga senang dengan karakter tanah yang lembap. Mereka tumbuh subur di tanah dengan tingkat keasaman pH 5-6, dengan ketinggian maksimal antara 200-500 mpdl.
2. Pembibitan
Ada beberapa langkah pembibitan yang bisa kita lakukan dalam menghasilkan bibit karet unggul, yakni tahap persemaian perkecambahan (pertama) dan tahap persemaian bibit (kedua).
Selain itu, bibit tersebut juga perlu penyiraman secara teratur. Bibit dalam tahap persemaian perlu dipupuk selama 3 bulan sekali, lalu penyiraman dengan POC NASA setiap 1-2 minggu sekali.
3. Pengolahan Tanah
Langkah pengolahan tanah merupakan salah satu cara menanam karet agar getahnya banyak. Tanah dibersihkan dari pohon dan alang-alang dengan metode penebangan serta menggunakan herbisida.
4. Penanaman dan Penyulaman Karet
Waktu yang tepat untuk budidaya karet adalah saat musim penghujan. Sedang, bibit yang sudah siap ditanam biasanya memiliki ciri-ciri berpayung daun terakhir dan sudah tua.
Setiap satu sampai dua minggu sekali memerlukan pemeriksaan terhadap bibit agar bibit yang mati bisa segera diganti untuk tetap mempertahankan populasi pohon karet.
5. Perawatan dan Pemeliharaan
Langkah perawatan dan pemeliharaan juga penting pada tanaman karet. Caranya cukup mudah, yakni dengan membuang tunas dan tunas cabang sebelum tunas tersebut tampak berkayu.
6. Pemupukan
Terakhir, cara menanam karet agar getahnya banyak adalah dengan melakukan pemupukan. Berikan pupuk urea, SP 36, dan KCl dengan perbandingan serta frekuensi sesuai usia pohon karet tersebut.
Referensi
Laman Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Mhd. Hadi, Universitas Islam Negeri Suska Riau
Zulfikardy Bardani, Universitas 17 Agustus 1945
Penulis: Yuhan Al Khairi