Pohon Jati merupakan salah satu jenis flora penghasil kayu berkualitas tinggi. Selain sangat populer, jenis kayu tersebut tergolong sebagai komoditas mewah serta memiliki nilai ekonomis menjanjikan.
Di pasar internasional harga kayu jati bisa mencapai US$640 per m3 (untuk kualitas unggul). Selain bahan mentah, olahan kayu ini juga berharga cukup tinggi ketimbang material lainnya.
Lihat saja toko-toko penjual perabotan mewah, rata-rata produk yang mereka pasarkan pasti berasal dari kayu jati. Harganya pun sangat fantastis, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Namun, perlu kita pahami bahwa budidaya pohon jati sebenarnya tidak mudah. Tanaman yang satu ini memiliki pertumbuhan yang lambat, dengan germinasi yang rendah (biasanya kurang dari 50%).
Oleh sebab itu, proses propagasi alami Tectona grandis L.f. (nama ilmiah jati) terbilang sangat sulit, sehingga kerap kali tidak mencukupi tingginya permintaan kayu tersebut di pasaran.
Habitat dan Persebaran Pohon Jati
Pakar percaya, pohon jati merupakan tanaman endemik dataran Asia. Sebab, mulanya tumbuhan tersebut hanya bisa kita temukan di sekitar kawasan Asia Selatan sampai dengan Asia Tenggara.
Di Indonesia, flora yang satu ini tumbuh di sebagian besar Pulau Jawa, Madura, Kepulauan Kangean, serta Pulau Muna dan Pulau Buton di Sulawesi Tenggara.
Ciri khas habitat teak (jati dalam bahasa Inggris) di berbagai daerah juga mirip, yakni bermusim kering 3-6 bulan, curah hujan 1.250-2.500 mm per tahun, tekstur tanah sedang dan pH netral hingga asam.
Selain itu, untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman ini membutuhkan suhu rerata 22-26 Celsius per tahunnya. Jika semua kriteria terlaksana, pohon tersebut bisa tumbuh hingga ketinggan 30-40 m.
Namun seiring berkembang ilmu pengetahuan, pengembangbiakkan pohon jati pun semakin meluas.
Saat ini, kita bisa menemukan pohon tersebut tersebar dari benua Afrika (Sudan, Kenya, Tanzania, dan lain-lain), Australia (Queensland, New Zealand, Kepulauan Fiji, dan lain-lain), hingga Amerika Selatan.
Morfologi dan Ciri-Ciri Tumbuhan Jati
Berbicara soal morfologi pohon jati, tumbuhan tersebut bisa kita identifikasi berdasarkan jenis-jenisnya. Tetapi, tetap saja ada ciri-ciri umum yang bisa kita temukan di setiap jenis tumbuhan tersebut, seperti:
- Ketinggian pohon bisa mencapai 30-40 m.
- Tajuk terlihat membulat, berbatang silindris, dengan tinggi batang bebas antara 10-20 cm.
- Kulit batang setebal 3 mm pada tanaman muda, lalu tumbuh sekitar 0,5-0,7 mm saat usia tua.
- Warna kulit batang terlihat cokelat muda keputihan atau putih kekuningan.
- Memiliki daun tunggal, bertangkai pendek, memiliki duduk daun berseling berhadapan, bentuk duduk daun elips hingga bulat telur, panjang daun 23-40 cm, sedang lebarnya 11-21 cm.
- Warna daun terlihat cokelat kemerahan saat muda, serta akan gugur saat musim kemarau untuk mengurangi penguapan.
Pohon jati umumnya mulai berbunga pada umur 6-8 tahun, namun pembungaan sendiri bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat, antara 3-4 tahun atau 20-25 tahun.
Pertumbuhan jati yang sangat lambat inilah, yang membuat regenerasi pohon cukup minim. Bahkan menurut beberapa sumber, pohon tersebut baru bisa kita manfaatkan kayunya saat berusia 50 tahun.
Jenis-Jenis Pohon Jati yang Paling Populer
Terdapat banyak sekali spesies atau jenis jati yang terus pakar temukan hingga saat ini. Berbagai jenis tersebut bahkan memiliki ciri khusus, serta karakteristik tersendiri pada setiap bagian tubuhnya.
Meski begitu, hanya ada empat jenis jati yang cukup populer di masyarakat, serta bermanfaat untuk berbagai macam kebutuhan. Agar lebih jelas, simak uraian lengkapnya berikut ini:
-
Tectona grandis
Tectona grandis adalah jenis jati yang paling populer dan umum kita temukan, tanaman ini biasanya tumbuh di wilayah India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand hingga Indonesia.
Ciri-ciri pohon ini dapat terlihat dari tingginya yang mencapai 30-35 m, tajuk membulat, berbatang silindris, buah bertipe batu, memiliki bulu halus, inti yang tebal, serta memiliki empat ruang biji.
-
Tectona hamiltoniana
Tectona hamiltoniana merupakan tumbuhan endemik dari Myanmar. Ciri dari flora ini bisa dibedakan dari tingginya (10-15 m2), mempunyai tiga daun pada tiap pasang duduk, serta berbatang lurus.
Selain itu, tanaman yang satu ini juga dikenal memiliki biji kecil berdiameter 1-1,5 mm, dengan panjang biji antara 0,2-0,5 cm, serta mempunyai ujung malai berbulus halus dengan ukuran 15-30 cm.
-
Tectona phillipinensis
Seperti namanya, jenis teak ini tumbuh di kawasan Filipina yakni di sekitar Pulau Luzon serta Pulau Iling. Dibanding jenis lain, Tectona phillipinensis terbilang kecil karena tumbuh hingga 15 m saja.
Bunga dari pohon ini biasanya mempunyai panjang 8 mm dengan diameter 10 mm, calyx berbentuk corong, buah yang tidak menggelembung, serta drupe berukuran 8 mm.
-
Tectona abludens
Jika ingin menemukan pohon jati asli lokal, maka pilihannya jatuh pada Tectona Aaludens. Jenis jati yang satu ini memang bisa kita temukan di kawasan Pulau Jawa, seperti Bantul dan Yogyakarta.
Ditinjau dari morfologinya, tanaman ini diketahui memiliki daun mirip tumbuhan Kluwih atau Sukun, tumbuh hingga 10-20 m, memiliki tajuk bercabang serta berbentuk payung hingga membulat.
Baca juga: Banteng, Fauna Pengembara yang Senang Berkelompok
Taksonomi Jati
Referensi:
Bahidin Laode Mpapa dalam Jurnal Universitas Muhammadiyah Luwuk
Dinas Kehutanan dan Perkebunan DI Yogyakarta
Diena Ahsana Universitas Airlangga
Liliana Baskorowati dan M. Aniz Fauzi
Penulis: Yuhan Al Khairi
Editor: Ixora Devi