Pohon Bayur, Bayor atau Wadang adalah penghasil kayu berkualitas yang sering publik manfaatkan sebagai bahan baku pertukangan. Memiliki nama ilmiah Pterospermum javanicum, tumbuhan ini ahli sinyalir berasal dari suku kapas-kapasan (Sterculiaceae).
Bayur merupakan flora asli kawasan tropis, ia menyebar mulai dari benua Asia sampai dengan Amerika Tengah. Di Indonesia peta persebaran bayur terbilang cukup merata.
Bahkan pohon jenis ini memiliki dua kerabat lain yang acap pemerintah jadikan sebagai komoditas pasar, yakni Bayur Jantan (P. diversifolium) dan Bayur Sulawesi (P. celebicum).
Pohon bayur P. javanicum sendiri sebagian besar mendiami kawasan Pulau Jawa. Ia tergolong sebagai pohon berukuran besar, sebab dapat tumbuh hingga setinggi 45 m.
Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Bayur
Gemang batang bayur mampu berkembang biak hingga satu meter. Kulit jaringan kayunya (pepagan) tampak berwarna keabu-abuan, bertekstur halus hingga memecah dangkal.
Ranting pohonnya terlihat berambut halus, ia mempunyai daun tunggal berseling dengan tangkai berukuran 3 – 6 mm. Helaian daun berbentuk bundar telur sampai melanset.
Biasanya, helaian tersebut berukuran 4 – 14 x 2,5 – 7 cm dengan ujung meluncip dan pangkal asimetris, yakni sebelah membundar sedang sisi lainnya menyempit runcing.
Sisi atas daun pohon bayur berwarna hijau terang, sedangkan sisi bawahnya berambut halus kecokelatan. Daun-daun ini tumbuh di bagian pangkal serta memiliki tiga ruas tulang.
Jenis perbungaan P. javanicum adalah malai terminal, ia berbiak hingga enam sentimeter dan tumbuh di bagian ketiak. Bunga bayur sendiri umumnya kuning dan berambut halus.
Sedangkan buahnya kotak silindris dengan ukuran 5 – 13 x 2 – 5 cm. Buah pohon bayur mulanya berambut halus, namun berangsur-angsur gundul dan menghasilkan biji bersayap.
Baca juga: Rosella, Tangkal Radikal Bebas dengan Si Merah yang Penuh Khasiat
Habitat dan Sifat Kayu Pohon Bayur
Bila ingin menemukan bayur di alam liar, datanglah ke kawasan hutan dataran rendah, hutan-hutan sekunder, atau hutan tepi sungai dengan ketinggian di bawah 1.000 mdpl.
Meskipun umum ahli temukan tertanam pada tanah lembap yang tidak tergenang air, pohon bayur juga tumbuh pada lahan-lahan kering di dalam hutan gugur daun tropika.
Di daerah ini spesies P. javanicum berbiak di atas tanah liat dan tanah pasir. Ia menyukai iklim basah hingga kemarau kering, sehingga dapat pula tumbuh di kawasan hutan pantai.
Tak bisa kita pungkiri, salah satu pendongkrak popularitas tanaman bayur adalah kayunya. Material ini pakar golongkan dalam kelas kuat III dengan berat jenis berkisar 0,35 – 0,70.
Kayu bayur termasuk mudah awam olah, walau bertekstur agak kasar. Permukaan kayu tersebut licin dan berkilap, serta mudah untuk kita pelitur maupun dijadikan sebagai veneer.
Dari segi kekuatan, sayangnya kayu pohon bayur cenderung kurang kokoh. Namun daya tahannya terhadap jamur terbilang moncer, sehingga relatif mudah untuk kita awetkan.
Manfaat Pohon Bayur bagi Manusia
Bayor atau wadang kerap masyarakat manfaatkan untuk beragam kebutuhan. Ia sengaja dibiarkan hidup di kebun-kebun wanatani, agar kayunya bisa warga panen setelah dewasa.
Perkembangbiakkan pohon ini juga terhitung unik. Bijinya yang bersayap acap tertiup angin ke lahan-lahan sekitarnya, sehingga biji tadi menyebar lalu tumbuh menjadi individu baru.
Bagi dunia konstruksi, kayu pohon bayur adalah material utama pengganti jati dan kayu dipterokarpa. Ia jamak publik gunakan dalam pembangunan rumah, perahu, serta jebatan.
Di masa lalu, kulit kayu ini juga khalayak perdagangkan sebagai pengganti kulit kayu soga. Pemanfaatannya sebagai bahan baku mebel, masih masyarakat praktikkan hingga sekarang.
Sebagai informasi, kulit kayu Timor (nama kulit pohon bayur di pasaran) biasanya berwarna merah pucat, merah-cokelat muda, hingga keungu-unguan atau semu lembayungan.
Melansir IUCN Red List, status konservasinya berada di level risiko rendah (Least Concern). Sehingga pemanfaatan flora tersebut untuk kebutuhan komersil masih pemerintah izinkan.
Baca juga: Tengkawang, Pohon dengan Buah Bersayap yang Kaya Guna
Taksonomi Pterospermum Javanicum
Penulis: Yuhan Al Khairi