Salah satu tradisi yang ada di Indonesia adalah berbalas pantun. Kebiasaan ini tak hanya ada di acara adat seperti palang pintu dari masyarakat Betawi dan berebut lawang dari masyarakat Belitung, tetapi juga sering kita lihat untuk meramaikan suasana acara atau sekadar bermain dengan teman-teman. Ketika berbalas pantun, ada satu hewan yang kerap hadir dalam kalimat pembuka pantun, yaitu burung perkutut. Kali ini, Greeners membahas perkutut dari benua seberang. Perkutut Eropa.
Deskripsi Burung Perkutut Eropa
Burung perkutut eropa adalah salah satu jenis merpati. Dalam bahasa inggris, dia disebut turtle dove, sedangkan nama ilmiah burung perkutut eropa adalah Streptopelia turtur. Perkutut eropa bertubuh kecil dan ramping memiliki panjang sekitar 26-28 cm dan berat 130-180 gram. Kepalanya kecil dan kakinya pendek. Lebar sayapnya 47-53 cm dengan umur rata-rata 2 tahun.
Habitat burung perkutut eropa bermacam-macam. Mulai dari daerah berhutan, tanah pertanian, padang rumput, lahan luas yang biasanya ada di dataran tinggi, sampai perkotaan atau pinggir kota. Ia dapat kita temukan di Afrika, Asia, dan Eropa.
Makanan Burung Perkutut Eropa
Sama seperti burung merpati pada umumnya, perkutut gemar memakan rumput dan biji-bijian, tetapi beberapa juga memakan buah-buahan.
Identifikasi Burung Perkutut Eropa
Ia lebih berwarna daripada burung puter. Burung ini memiliki punggung bermotif oranye-coklat dan hitam, kepala biru abu-abu, dada merah muda dan tiga atau empat garis hitam dan putih seperti tempelan di sisi leher. Ada variasi warna bulu pada tubuhnya, yaitu hitam, biru, cokelat, krim, abu-abu, oranye, merah muda atau ungu, dan putih. Warna kakinya cokelat, merah jambu atau merah. Paruhnya hitam dengan ukuran sedang dan tipis. Suara burung perkutut seperti bunyi dengkuran ‘turrr turrr turrr’.
Baca juga: Kuau Raja, Burung Raksasa Berbulu Indah
Jenis-jenis Turtle Dove
1. Perkutut Eropa (Streptopelia turtur)
Burung ini berwarna abu-abu merah muda dengan bercak dan garis hitam serta putih di lehernya. Ia juga memiliki cincin merah muda di sekitar matanya dan ujung putih pada bulu ekornya yang paling terlihat selama terbang. Mereka adalah satu-satunya spesies merpati migran jarak jauh yang ditemukan di Eropa. Fauna ini melakukan migrasi tahunan dari tempat berkembang biaknya. Mereka berangkat pada pertengahan akhir musim panas, melalui Eropa barat ke tempat musim dingin mereka di Afrika Barat, di mana mereka tinggal sampai musim semi berikutnya. Mereka biasanya kembali ke tempat berkembang biak mereka selama bulan April.
2. Perkutut Kehitaman (Streptopelia lugens)
Burung ini memiliki bulu berwarna gelap dan tanda hitam di lehernya. Bulu sayapnya memiliki tepi kemerahan. Ia dapat kita temukan di berbagai habitat, termasuk tepi hutan, hutan, taman, dan area pertanian, tepatnya di Afrika bagian timur, dengan populasi di Ethiopia, Kenya, Tanzania, dan Mozambik serta di Yaman di Timur Tengah.
3. Perkutut Adamawa (Streptopelia hypopyrrha)
Ia memiliki perut bermerah muda. Burung ini berasal dari Kamerun, Nigeria, dan Chad barat daya, dan lebih jauh ke barat di Gambia, Senegal, dan Mali. Ia bisa kita temukan di berbagai habitat, termasuk hutan, taman, dan lahan pertanian.
4. Perkutut Oriental (Streptopelia orientalis)
Umumnya ada di Siberia dan sebagian Asia Timur. Mereka sering berada di daerah pertanian, di mana mereka memakan gandum dan biji-bijian. Di musim panas, mereka berkembang biak di daerah hutan. Populasi di selatan mungkin menjadi penduduk sepanjang tahun, tetapi yang pengamat temukan, mereka yang di utara akan bermigrasi ke selatan selama musim dingin.
Kembang Biak Burung Perkutut Eropa
Fauna ini monogami dan berpasangan seumur hidup. Setelah betina memilih pejantan, mereka bekerja sama untuk membangun sarang dengan tinggi lebih dari 4 m yang terbuat dari tumbuhan. Keduanya bergantian mengerami telur, yang menetas dua hingga tiga minggu kemudian. Perkutut eropa berkembang biak di hutan, kebun buah-buahan, dan taman dengan pepohonan yang sehat; terutama di selatan dan timur Inggris yang lebih hangat dan lebih kering.
Populasi
Bunyinya semakin jarang terdengar karena penurunan populasi yang cepat secara terus-menerus. Ancaman utama terhadap spesies ini adalah berkurangnya tempat berkembang biak karena perkembangan manusia, perubahan praktik pertanian yang telah mengurangi ketersediaan makanan, dan perburuan liar. Selain itu, kurangnya benih dan biji-bijian sebagai makanan selama musim kawin, juga membuat jangka waktu musim kawin semakin pendek dengan usaha bersarang yang semakin sedikit. Hal ini menyebabkan mereka masuk dalam daftar merah masalah konservasi.
Perkutut eropa terkenal dengan migrasi panjangnya, sering melakukan perjalanan lebih dari 6.800 mil (sekitar 11.000 km) antara Eropa dan Afrika. Kecepatan maksimumnya adalah 37 mil per jam (60 km per jam), dan perjalanannya memakan waktu satu bulan. Setelah enam bulan di Afrika, mereka kembali ke tempat berkembang biaknya di Inggris. Dalam perjalanan pulang, dia mengambil rute berbeda, menghabiskan dua minggu menyeberangi Prancis. Mereka ditembak dalam jumlah besar selama migrasi mereka ke seluruh Eropa. Perkiraannya dua sampai empat juta menjadi korban buruan dan dijebak saat mereka bermigrasi.
Penulis: Agnes Marpaung
Editor: Ixora Devi