Siapa sih yang enggak tahu perkutut? Fauna asli Indonesia ini terkenal berkat kemerduan suaranya serta cukup jinak dengan manusia, sehingga tak heran jika banyak orang tertarik memeliharanya.
Secara umum, burung perkutut (Geopelia striata) atau Merbuk tergolong sebagai Family Columbidae. Hewan jenis ini biasanya hidup di wilayah tropis, khususnya di area hutan hujan tropis.
Di dunia, persebaran burung ini sebenarnya cukup luas, mulai dari Asia, Eropa serta Australia. Namun, hanya ada dua jenis merbuk yang populer di masyarakat Tanah Air, yakni Merbuk Lokal dan Merbuk Bangkok.
Masyarakat Indonesia sendiri mengenal perkutut lokal sebagai perkutut Jawa. Selain mahir berkicau, daya tarik burung ini terletak pada ciri fisik serta mitos yang tersimpan di dalamnya.
Morfologi dan Ciri Burung Perkutut
Seperti yang telah saya sebutkan, salah satu daya pikat burung perkutut adalah ciri fisiknya. Hewan yang satu ini memiliki ukuran tubuh kecil, dengan panjang badan berkisar 22 cm.
Selayaknya badan, kepala burung tersebut juga kecil dan berbentuk bulat. Umumnya, corak kepala merbuk berwarna abu-abu, dengan paruh yang runcing serta berwarna biru keabu-abuan.
Begitu pula dengan matanya, merbuk mempunyai mata yang bulat dengan warna biru keabu-abuan. Lehernya terlihat panjang, serta dengan bulu halus yang membentuk pola garis hingga ke dada.
Secara keseluruhan, badan perkutut tertutup bulu berwarna kecokelatan. Memiliki ekor yang pendek, tubuh burung tersebut berhias corak melintang yang cantik dan berwarna cokelat tua.
Setiap kaki burung perkutut terdiri dari empat jari, di mana satu jari terdapat di belakang sedang tiga jari lainnya berada di depan. Sehingga, total jari yang ada pada kaki burung ini berjumlah delapan.
Sebagai informasi, hewan yang satu ini memiliki mekanisme perlindungan diri yang unik. Jika merasa terancam, ia akan terbang ke batang pohon atau area lain yang tak jauh dari lokasi semula.
Oleh sebab itu, selain terkenal dengan sifatnya yang bersahabat burung ini tergolong mudah untuk tertangkap. Bahkan, pengembangbiakan merbuk sendiri cukup gampang karena bisa hidup di dalam kandang yang kecil.
Persebaran dan Habitat Merbuk di Indonesia
Burung merbuk umumnya hidup secara berkelompok, mereka terbang di sekitar area tepian hutan, ladang, serta area persawahan di daerah dataran rendah hingga ketinggian 900 m.
Di tanah air, spesies burung ini terbilang sangat banyak. Untuk mempermudah identifikasinya, para ahli hewan lantas membedakan jenis-jenis tersebut berdasarkan daerah asalnya.
Misal, jenis merbuk atau Perkutut Jawa berarti berasal dari Pulau Jawa, Merbuk Sumatra, Merbuk Nusa Tenggara hingga Merbuk Bali yang banyak ditemukan di kawasan Pulau Dewata.
Bahkan jenis perkutut Jawa masih bisa kita bedakan sesuai peta persebarannya, seperti Perkutut Mataram, Tuban, Madura, Pajajaran serta Perkutut Majapahit.
Jenis Geopelia striata Jawa merupakan spesies favorit para pecinta burung. Pasalnya, tubuh hewan yang satu ini kerap masyarakat anggap paling cantik, serta mempunyai kicauan paling merdu di antara jenis lainnya.
Spesies perkutut dari Bangkok dan Hawaii juga banyak ikut lomba. Meski terdengar seperti jenis impor, nyatanya kedua burung ini masih berasal dari wilayah Pulau Jawa, lho!
Mitos Burung Perkutut yang Populer
Bagi masyarakat Jawa, perkutut merupakan satwa sakral karena erat kaitannya dengan perkembangan budaya. Bahkan, Priyayi Jawa menjadikan burung sebagai sapta brata yang harus setiap orang miliki.
Kisah ini bermula dari zaman kerajaan Majapahit. Konon, Prabu Brawijaya V memiliki seekor merbuk yang awam percayai sebagai jelmaan Pangeran Padjadjaran bernama Joko Mangu.
Tidak cuma itu, masyarakat Bali juga menganggap hewan ini cukup penting. Perkutut Songgo Ratu awam percayai sebagai titisan seorang putra Raja Bali di zaman Majapahit yang dikejar oleh musuhnya.
Ia kemudian melarikan diri ke Desa Tutul di Blambangan dan terbunuh di sana. Setelah mati, konon jasad dari putera mahkota tersebut berubah menjadi merbuk yang diberi nama Songgo Ratu.
Uniknya, ciri khas dari jenis marbuk ini memang mirip seperti raja atau ratu. Sebab, terdapat sebuah jambul yang mirip seperti mahkota berwarna putih di bagian kepalanya.
Bagaimana, cukup unik ‘kan mitos-mitos yang melekat pada burung perkutut? Semoga ulasan ini bisa membuka cakrawala kita terhadap fauna yang satu ini, ya!
Referensi:
Rahmadina dalam Jurnal Universitas Islam Negeri Sumatra Utara
Abda Lucky Sanjaya, dkk., dalam Katurangganing Kutut
Penulis: Yuhan Al Khairi
Editor: Ixora Devi