Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara. Salah satu jenis penyu yakni, penyu sisik atau Eretmochelys imbricata. Hewan ini dikenal dengan nama penyu genteng, penyu kembang, penyu katungkara, wau atau kadang sisik saja. Dalam istilah Bahasa Inggris, hewan ini disebut hawksbill turtle yang artinya penyu berparuh elang.
Seperti penyu lain pada umumnya, hanya penyu sisik betina yang naik ke daratan untuk bertelur di waktu musimnya. Meski penyu sisik bertelur di malam hari, mereka selalu waspada melindungi telurnya. Sebelum bertelur, para betina akan memantau keadaan sekeliling dengan gerakan kecil. Bahkan setitik cahaya akan membuat penyu membatalkan niatnya untuk naik ke darat.
Baca juga: Burung Puyuh Tegalan Loreng yang Gemar Bertarung
Penyu sisik memerlukan waktu sekitar 45 menit untuk menggali sarang dan 10 sampai 20 menit untuk meletakkan telurnya. Dalam satu kali bertelur, penyu sisik dapat menghasilkan hingga 250 butir.
Pada tempurungnya, terdapat empat pasang sisik samping. Sementara di sekeliling matanya terdapat dua pasang sisik. Kepalanya mempunyai paruh yang kuat seperti burung elang. Kaki penyu (Flipper) berbentuk dayung dan masing-masing dilengkapi dengan dua buah kuku (cakar). Permukaan atas flipper berwarna coklat kehitaman dan bagian bawah kepala serta plastornya berwarna kuning.
Dengan paruhnya yang kuat, penyu sisik mudah mendapatkan makanan yang bersembunyi di sela-sela batu karang. Jenis makanannya berupa belukar laut, ubur-ubur, kerang, dan kepiting. Penyu sisik hidup di daerah berterumbu karang atau daerah pasang surut yang berbatu-batu.
Penyu sisik bersifat karnivora, tetapi setelah dewasa mereka berubah menjadi omnivora. Penyu sisik memakan moluska, krustase, ubur- ubur, rumput laut. Rahang paruh merupakan alat yang kuat untuk memecah cangkang moluska maupun kepiting yang didapat di sekitar karang. (Yusri, Safran. 2009).
Hewan laut bercangkang ini membutuhkan tiga macam habitat dalam siklus hidupnya, yaitu habitat makan, habitat kawin, dan habitat peneluran. Habitat makan dan kawin berada di perairan yang memiliki karang. Sedangkan habitat bertelur berada pada daerah pantai (Nuitja dan Uchida, 1983).
Baca juga: Macan Dahan, Predator Hutan yang Terancam Punah
Keberadaan penyu secara umum telah lama terancam, baik oleh alam maupun kegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung dan tidak langsung. Secara internasional, penyu masuk ke dalam daftar merah (Red List) menurut IUCN dan Appendix I CITES.
Karena statusnya yang terancam punah, segala bentuk pemanfaatan dan peredaran penyu harus mendapat perhatian secara serius. Konservasi penyu secara internasional mulai bergaung saat The First World Conference on the Conservation of Turtles di Washington DC, pada 26 sampai 30 November 1979.
Penulis: Sarah R. Megumi