Pasak bumi sering terdengar sebagai obat tradisional yang biasa dihidangkan sebagai minuman jamu. Bernama ilmiah Eurycoma longifolia Jack, pasak bumi merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang telah lama dimanfaatkan oleh berbagai etnis di Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di Sumatera maupun Kalimantan (De Padua, 1999). Kedua pulau tersebut juga menjadi pusat penyebaran tanaman ini.
Persebaran pasak bumi meliputi wilayah Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya, Burma Selatan, Laos, Kamboja, dan Vietnam (Rifai, 1975). Nama lokal pasak bumi berbeda-beda pada setiap etnis, di antaranya bidara pahit (Melayu), tungkek ali (Minangkabau), petola bumi (Riau), empedu tanah (Jambi), dan merule (Kalimantan Timur) (Achmad et al., 2009).
Baca juga: Secang, Tanaman Obat Penghasil Warna Alami
Eurycoma longifolia merupakan salah satu tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan Indonesia. Pada umumnya berbentuk semak atau pohon dengan tinggi dapat mencapai 10 meter. Daunnya berbentuk majemuk menyirip ganjil, batang berwarna kuning, kulit batang keras, dan terasa sangat pahit. Tingginya bisa mencapai 15 meter dengan diameter pohon mencapai 20 sentimeter. Pasak bumi jarang sekali mencapai daerah yang terletak di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (Anonim, 2003:1).
Pasak bumi memiliki tipe daun majemuk berbentuk lanset atau bundar telur dengan ujung sedikit meruncing. Corak perbungaannya bertipe malai dengan warna merah dan seluruh bagian bunga berbulu halus. Buahnya berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi kuning kemerahan saat masak (Supriadi, 2001:91). Akarnya tunggang dan tumbuh tegak lurus menusuk ke dalam tanah.
Seluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam, radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Daunnya dipakai sebagai obat disentri, sariawan, dan peningkat napsu makan. Batang dan akar pasak bumi yang telah diperdagangkan sampai ke Malaysia berkhasiat untuk meningkatkan stamina. Di samping bermanfaat sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis.
Baca juga: Bangle, Kerabat Jahe yang Tak Kalah Berkhasiat
Akar pasak bumi secara tradisional dikonsumsi masyarakat sebagai tonikum pascapartum, antimikroba, antihipertensi, antiinflamasi, antipiretik, antitumor, mengobati sakit perut, ulkus, malaria, disentri. Manfaat lainnya yakni sebagai zat kimia yang digunakan untuk merangsang daya seksual (afrodisiak). Pamor pasak bumi sebagai afrodisiak sudah dikenal masyarakat mancanegara.
Sayangnya, pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat semakin tertinggal. Hal ini disebabkan oleh menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari atau memanfaatkannya (Suryadarma, 2005; Silalahi dan Nisyawati, 2015). Pasak bumi adalah satu dari 41 jenis tanaman obat yang perlu mendapatkan prioritas utama dalam program penelitian, penangkaran, pengembangan, dan pemanfaatan (Buletin Plasma Nutfah, 2006).
Penulis: Sarah R. Megumi