Seperti namanya, paku laut adalah sejenis tanaman paku-pakuan yang berasal dari subfamili Polypodiaceae. Kelompok tumbuhan ini memiliki ukuran yang cukup besar, mereka tersebar ke sejumlah daerah sehingga mempunyai julukan yang beragam
Acrostichum aureum merupakan nama ilmiah paku laut. Dalam bahasa Inggris, flora berordo Pteridales ini awam sebut juga sebagai golden leather fern, swamp fern, atau mangrove fern.
Bagi masyarakat Melayu, spesies A. aureum populer dengan julukan paku hata diuk. Sedang di Indonesia, jenis paku ini dikenal sebagai larat, papah, warakas, krakas dan kakakeok.
Secara penampilan, paku A. aureum sering publik sama ratakan dengan jenis A. speciosum. Keduanya memang berasal dari genus yang sama, tetapi mempunyai ciri fisik yang berbeda.
Morfologi dan Ciri-Ciri Paku Laut
Paku laut dapat kita identifikasi dari anak daunnya yang berujung tumpul atau membulat, sedangkan A. speciosum memiliki anak daun yang steril dengan ujung yang agak meruncing.
Bukan cuma itu, ciri fisik A. aureum bahkan dianggap mirip dengan A. danaefolium. Namun A. danaefolium memiliki anak daun yang fertile, serta tidak dapat kita jumpai di Indonesia.
Golden leather fern tumbuh dalam rumpun besar dengan tinggi dan lebar 4 m. Batangnya pendek, kekar dan terlihat tegak, serta tertutupi oleh sisik-sisik besar berwarna kecokelatan.
Daun-daun paku laut umumnya majemuk, menyirip, serta liat seperti kulit. Bagian ini dapat tumbuh hingga 3 m, dengan tak lebih dari 30 pasang anak daun yang terletak secara acak.
Beberapa pasang anak daun di ujung berbentuk fertil dan berwarna karat. Sedangkan anak-anak daun yang steril berada di bawah, tampak lebih panjang namun dengan ujung tumpul.
Ekologi dan Habitat Paku Laut
Meski tidak tidak diketahui pasti, paku laut umumnya tumbuh hingga bertahun-tahun. Mereka hidup di lingkungan hutan bakau, rawa pantai, tampak, hingga di sepanjang tepian sungai.
Di beberapa tempat, spesies tanaman paku ini ahli temukan pula di sekitar parit dan kanal dekat laut. Meski begitu, mereka tidak hidup di daerah bersalinitas tinggi atau air tergenang.
Secara ilmiah, spesies A. aureum sebenarnya adalah tumbuhan halofit. Kendati demikian, ia juga memerlukan pasokan air tawar yang cukup untuk berkembang biak secara sempurna.
Di tempat-tempat dengan frekuensi penggenangan pasang laut yang cukup tinggi (10-28 kali per bulan), spesies paku laut umumnya berukuran kerdil atau bahkan tidak dapat tumbuh.
Mereka bisa menginvasi lahan-lahan bekas tebangan pohon serta cukup toleran terhadap paparan sinar matahari, sehingga dapat berkembang biak di lokasi berkanopi atau terbuka.
Konservasi dan Manfaat Paku Laut
Pemanfaatan tanaman paku sebenarnya cukup lazim di masyarakat. Mereka dibudidayakan atau khalayak panen secara liar untuk diambil batang, daun, sampai ke bagian akarnya.
Di sejumlah wilayah, daun-daun dan batang paku laut jamak publik manfaatkan sebagai atap rumah. Bagian ini juga berguna untuk keperluan konstruksi lain, terutama skala ringan.
Bagi-bagi ibu rumah tangga, pucuk daun paku bermanfaat sebagai bahan baku masakan. Ini kerap awam konsumsi sebagai olahan sayur, lalapan, serta bagian pelengkap menu lainnya.
Tidak cuma itu, menariknya daun tua dan akar paku laut disinyalir berkhasiat sebagai obat tradisional. Meski begitu, klaim ini memerlukan uji klinis serta penelitian ahli lebih lanjut.
Merujuk IUCN Red List, status konservasi A. aureum berada di level risiko rendah atau ‘least concern.’ Trennya pun cukup stabil, sehingga tidak pakar daftarkan sebagai flora dilindungi.
Taksonomi Spesies Acrostichum Aureum
Penulis : Yuhan al Khairi