Pernahkah kamu bertemu dengan owa kelawat? Primata ini merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan yang berasal dari famili Hylobatidae.
Owa kelawat (Hylobates muelleri) memiliki 9 kerabat, yang 8 jenisnya dapat kita temukan di Indonesia. Di antaranya Hylobates lar, H. agilis, H. klossii, H. muelleri, H. albibarbis, H. abotti, H. funereus, H. moloch. Sedangkan satu spesies lainnya, yakni H. pileatus dapat kita jumpai di Thailand.
Owa kelawat, Muller’s atau Bornean Gibbon dikenal juga dengan nama lokal wau wau, kelempiau, penguak (Dayak), atau owa kalimantan. Owa kelawat jantan biasanya akan bersuara dipagi hari (morning call) sesaat sebelum ia dan kelompoknya turun dari pohon tidur. Selain itu, betina juga turut serta mengeluarkan nyanyian mereka yang dapat terdengar hingga jarak 2 km. Mereka juga mampu berayun sejauh tiga meter di antara batang pohon.
Owa Kelawat Memiliki Alis Pita Berwarna Putih
Warna tubuhnya bervariasi dari abu-abu hingga cokelat, tetapi umumnya terlihat cokelat kehijauan. Ciri khasnya mereka memiliki alis seperti pita berwarna putih. Bagian tubuh atas seperti kepala dan dada berwarna lebih gelap dari bagian tubuh lainnya.
Panjang tubuh antara 44 hingga 63 cm dengan bobot tubuh sekitar 5 hingga 6,4 kg. Satwa ini memiliki bagian seperti bantalan di bokongnya serta tak memiliki ekor.
Di samping itu, antara jantan dan betina tidak terlihat adanya dimorfisme seksual. Artinya, mereka memiliki morfologi yang mirip satu sama lain. Namun, biasanya para betina memiliki suara nyanyian yang lebih nyaring atau seperti terompet.
Owa kelawat aktif di siang hari dan banyak menghabiskan waktunya di atas pohon (arboreal). Mereka menyukai buah yang berukuran sedang, berwarna kuning-oranye, daging buah mengandung air, dan berkulit tipis. Umumnya mereka cenderung mengindari buah yang berwarna ungu kehitaman hingga kemerahan dan berdaging kering serta banyak mengandung biji.
BACA JUGA: Plethodon cinereus, Salamander Bioindikator Ekosistem Hutan
Sama halnya dengan owa jenis lain, H. muelleri juga cenderung mempertahankan teritorinya dengan nyanyian tiap pagi (morning call). Dalam satu kelompok, biasanya terdiri dari dua hingga enam anggota keluarga, yakni jantan dewasa, betina dewasa, remaja, hingga bayi (infant).
Owa Kelawat Endemik Kalimantan
Primata endemik ini dapat kita jumpai di Kalimantan Selatan, tepatnya di hutan bagian selatan dari Sungai Mahakam dan bagian barat dari Sungai Barito. Mereka dapat ditemukan hingga ketinggian 1700 mdpl.
Populasinya Terancam di Habitat Aslinya
Melansir IUCN, status konservasi owa kelawat ialah terancam bahaya (endangered). Sementara, CITES mengkategorikannya ke dalam apendiks 1, yang artinya dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Di samping itu, populasi primata endemik ini telah berkurang lebih dari 50% dalam rentang waktu 45 tahun terakhir ini. Penyebabnya adalah kerusakan habitat dan maraknya perburuan liar untuk diperjualbelikan secara ilegal. Oleh karena itu, kita harus bersama-sama menjaga kelestarian habitat owa kelawat agar populasinya terus terjaga hingga nanti.
Penulis: Anisa Putri
Editor: Indiana Malia