Apabila kamu tinggal di area persawahan, maka akan sering melihat binatang kecil bernama orong-orong. Orong-orong adalah organisme pengganggu tumbuhan tanah yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan tanah.
Orong-orong (Gryllotalpa hirsuta) juga termasuk hama yang biasa dijumpai pada fase awal pertumbuhan vegetatif tanaman padi (mengutip tulisan uksw.edu). Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang dan merusak akar. Pertanaman padi muda yang diserang orong-orong akan terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.
Berdasarkan kajian ilmiah Setiawati et al, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, orong-orong atau juga dikenal dengan nama lain anjing tanah (mole cricket) merupakan salah satu organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman seperti kentang, jagung, gandum, barley, sorgum, sayuran (bawang merah, kentang, kubis, tomat, wortel, kubis bunga, lettuce, bayam, terung, paprika, dan kacang – kacangan), buah-buahan, tanaman hias, dan berbagai jenis rumput. Benih yang disebar di pembibitan juga dapat dimakannya.
OPT dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi suatu tanaman. OPT tanah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan tanah. Akibat serangan serangga ini membuat tanaman layu dan mati.
Meninjau dari bioekologi orong-orong, telur hama ini terdiri dari 30-50 butir telur/kelompok telur. Siklus hidupnya 6 bulan stadium telur berlangsung 7-21 hari. Stadium nimfa berlangsung 3 – 5 bulan. Imago orong-orong memiliki tungkai depan lebih besar, berguna untuk menggali. Pada luas toraks pertama lebih besar, fungsinya untuk membantu mendorong tanah yang digali. Hama ini juga memiliki tungkai depan yang besar.
Penyebaran orong-orong adalah dengan cara terbang. Serangga ini dapat terbang kuat meskipun bersayap pendek. Serangga jantan dapat mengeluarkan bunyi. Orong-orong termasuk hewan kanibal. Mereka aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya lampu. Mereka akan beristirahat pada siang hari.
Pengendalian Hama Orong-orong
Upaya pengendalian hama ini salah satunya dengan menggunakan insektisida nabati. Keunggulan insektisida ini adalah caranya mudah, dan biayanya relatif murah. Cara pengendaliannya bersumber dari kalbar.litbang.pertanian.go.id, memanfaatkan bahan baku seperti kulit jengkol, tembakau, dan akar tuba.
Cara pembuatannya adalah:
- Kulit jengkol sebanyak 2 kg ditumbuk lalu tambahkan air 2 liter. Larutan kulit jengkol ini selanjutnya dipanaskan hanya sampai mendidih lalu diperas dan disaring untuk dipisahkan ampasnya.
- Siapkan tembakau tepek sebanyak 2 ons lalu tambahkan air 2 liter. Larutan tembakau ini juga dipanaskan lalu diperas dan disaring untuk dipisahkan ampasnya.
- Ambillah akar tuba sebanyak 2 ons lalu ditumbuk dan tambahkan air 2 liter. Larutan ini direbut hingga mendidih saja lalu diperas dan disaring untuk memisahkan ampasnya.
- Selanjutnya ketiga larutan tersebut dicampur menjadi satu dan siap untuk digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama orong-orong.
Sedangkan untuk cara penggunaannya dalam mengendalikan hama orong-orong ialah gunakan dosis 50-100 cc/liter air. Semprotkan secara merata di lahan sawah yang mengalami masalah serangan hama orong-orong. Selain itu, menurut laman kalbar.litbang.pertanian.go.id, ramuan ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama ulat tetapi dosis yang digunakan cukup 20-40 c/liter air.
Penulis : Sarah Megumi
Sumber: https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17065/2/T1_512013016_BAB%20II.pdf
Setiawati, W, Hudayya, A, dan Jayanti, H. 2014. Distribusi dan Kelimpahan Populasi Orong – orong (Gryllotalpa hirsuta Burmeister.), Uret (Phyllophaga javana Brenske.), dan Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel.) di Sentra Produksi Kentang di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. J. Hort