Orangutan Kalimantan / Borneo (Pongo pygmaeus) atau Bornean orangutan merupakan salah satu jenis primata endemik Kalimantan. Selain orangutan Kalimantan, Indonesia juga memiliki orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Berdasarkan studi genetika, orangutan Kalimantan terbagi menjadi tiga sub-spesies, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang ditemukan di barat laut Borneo, Pongo pygmaeus wurmbii di Borneo bagian tengah, dan Pongo pygmaeus morio di timur laut Borneo.
Dari ketiga sub-spesies orangutan Borneo tersebut, P.p. wurmbii merupakan sub-spesies dengan ukuran tubuh relatif paling besar, sementara P.p. morio adalah sub-spesies dengan ukuran tubuh relatif paling kecil.
Orangutan Borneo merupakan mamalia arboreal terbesar diurnal (aktif pada siang hari) yang memiliki tubuh gemuk dan berleher besar, lengan yang panjang dan kuat untuk meraih makanan (buah-buahan) dan berayun dari pohon ke pohon yang lain serta tidak memiliki ekor.
Tubuh orangutan Borneo ditutupi rambut panjang dan kusut berwarna merah gelap kecoklatan dengan warna pada bagian wajah mulai dari merah muda, merah, hingga hitam. Pada individu jantan, biasanya memiliki benjolan dari jaringan lemak pada kedua sisi wajah yang mulai berkembang di masa dewasa setelah perkawinan pertama.
Orangutan Borneo juga memiliki indera yang sama dengan manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap dan peraba. Jakun yang dimiliki primata endemik Kalimantan ini dapat digelembungkan untuk menghasilkan suara keras, yang digunakan untuk memanggil dan memberitahu keberadaan mereka.
Berat orangutan Borneo individu jantan dewasa dapat mencapai 90 kg dan tinggi badan berukuran 1,25 hingga 1,5 meter, sedangkan pada individu betina memiliki berat berkisar 30 – 50 kg dan tinggi 1 meter. Masa hidup primata ini diperkirakan dapat mencapai hingga 56 tahun jika dalam perlindungan ataupun perawatan dan 35-45 tahun jika di alam bebas.
Orangutan Borneo lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah (dibawah 500 mdpl) dibandingkan di dataran tinggi. Hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari daerah jelajah orangutan, karena lebih banyak menghasilkan tanaman berbuah besar dan banyak mempunyai pohon-pohon tinggi berkayu besar. Orangutan Borneo sangat rentan dengan gangguan-gangguan di habitatnya.
Ada beberapa hal menarik terkait primata ini. Orangutan adalah mamalia terbesar yang hidup di pohon. Selain itu, makanan orangutan Borneo mencakup lebih dari 400 jenis makanan. Sayangnya, orangutan Borneo merupakan spesies mamalia yang paling lambat berkembang biak karena rata-rata orangutan betina melahirkan setiap delapan tahun.
Semua sub-spesies orangutan Borneo adalah spesies langka dan sepenuhnya dilindungi oleh perundang-undangan Indonesia. Berdasarkan status keterancaman menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature), orangutan Borneo masuk dalam kategori Endengared (terancam punah) sedangkan berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species od Wild Fauna and Flora) masuk ke dalam kategori Appendix I (spesies yang dilarang untuk perdagangan komersial internasional karena sangat rentan terhadap kepunahan).
Keberadaan orangutan di alam bebas sangat penting, diantaranya sebagai pemencar biji di hutan dan pengendali hama rayap. Beberapa ancaman utama yang dihadapi oleh orangutan Borneo adalah kehilangan habitat, pembalakan liar, kebakaran hutan, perburuan dan perdagangan orangutan untuk menjadi satwa peliharaan. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh fenomena iklim seperti badai El Nino dan musim kering yang berkepanjangan juga mengakibatkan berkurangnya populasi orangutan.
Mengingat pentingnya keberadaan orangutan di alam, bersama-sama menjaga dan melestarikan orangutan beserta habitatnya adalah langkah terbaik demi keseimbangan ekosistem.
Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography