Habitat dan rantai makanan
Kodok sangat mudah ditemukan di wilayah tropis seperti wilayah belantara, hutan, padang pasir, tepian sungai, kolam, telaga, rawa, perkebunan, dan sawah, bahkan ada yang terbiasa dengan lingkungan pemukiman manusia.
Mereka kurang suka tempat-tempat beriklim dingin seperti wilayah bersalju atau puncak-puncak pegunungan karena hewan ini berdarah dingin sehingga sangat membutuhkan tambahan panas dari lingkungan sekitarnya. Jika tidak, ia akan kehilangan keseimbangan metabolisme tubuh. Dan itu sangat mematikan baginya.
Kodok merupakan amfibi pemakan serangga, mulai dari nyamuk, lalat, jangkrik, hingga kecoa. Dalam berburu kodok tergolong sabar, ia tidak mengandalkan kecepatan lari atau kelincahan untuk menangkap mangsanya. Senjata mematikannya adalah lidah yang sangat mematikan, karena bisa menjerat mangsa dengan sangat cepat. Setelah kodok mengintai mangsanya beberapa lama, dengan penuh perhitungan, kodok akan menembakkan lidahnya yang lengket dan panjang pada mangsa yang lengah.
Di sisi lain, kodok justru menjadi mangsa empuk bagi predator yang menggantungkan hidupnya pada hewan ini. Pemburu kodok yang handal adalah ular, jenis kadal besar, bangau, elang, beberapa jenis hewan pengerat, bahkan manusia. Beberapa tahapan hidup binatang ini, dari telur, kecebong hingga fase dewasa, memang menyediakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh para predator tersebut. Pada tahapan hidup di air, beberapa jenis ikan adalah pemangsa tetapnya.
Sistem pertahanan diri kodok mengandalkan lompatan jauh atau pada beberapa spesies punya lendir beracun yang mematikan dari kelenjar kulitnya. Kodok beracun biasanya yang hidup di pedalaman hutan hujan tropis yang punya warna menarik, cemerlang dan mencolok. Racun-racun ini juga beragam, umumnya berwujud lendir berperekat kuat. Karena kekuatan racunnya, beberapa suku pedalaman memakainya untuk senjata.
Sebagai makanan manusia
Kodok sebagai makanan manusia telah dikenal sejak dulu. Di rumah-rumah makan Cina, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee (swie: air, kee: ayam). Sebutan ayam air ini karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mirip daging ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.
”Meski daging kodok mengandung protein hewani yang cukup tinggi, namun tidak semua kodok bisa dimakan, bahkan ada pula yang tidak boleh disentuh karena beracun”
Meski daging kodok mengandung protein hewani yang cukup tinggi, namun tidak semua kodok bisa dimakan, bahkan ada pula yang tidak boleh disentuh karena beracun. Di Indonesia terdapat empat jenis yang dapat diburu atau diperdagangkan, bahkan diekspor, yaitu, kodok rawa atau kodok totol, kodok hijau, kodok raksasa dan kodok sawah. Limbah kodok yang tidak digunakan untuk bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum ternak seperti itik dan ayam.
Kodok memiliki peran penting terhadap lingkungan, baik kedudukannya sebagai penyedia makanan bagi predator, atau posisinya sebagai predator yang mengendalikan populasi serangga. Kodok juga memiliki perjalanan hidup yang menakjubkan. Namun, populasinya kini sangat terancam sebab ulah manusia, misalnya lewat penggunaan pestisida yang sangat mematikan bagi kodok, bahkan bisa menyebabkan mutasi. (end)