Berdasarkan buku “Melestarikan Alam Indonesia” karya Jatna Supriatna, salah seorang peneliti keanekaragaman hayati kawakan di Indonesia (kutipan Greeners, 18 November 2015), disebutkan bahwa sejak tahun 1984 sebanyak 12 spesies yang telah berhasil dikembangbiakan termasuk buaya, ikan arwana dari Kalimantan dan Papua, dan beberapa jenis primata yang salah satunya yaitu monyet ekor panjang.
Monyet atau kera ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah fauna primata yang berjalan dengan empat kaki ‘quadrupedalism’ dan sering kita temui di lingkungan sekitar. Ya, memang monyet yang memiliki ekor lebih panjang dari panjang kepala dan badan ini merupakan jenis paling populer dikalangan primata, dikarenakan populasinya yang cenderung masih banyak.
Keunikan mereka yang mudah beradaptasi serta terbiasa dengan kehadiran manusia membuat monyet ini banyak dipelihara. Hewan berekor panjang ini kadang kala meresahkan manusia karena sifat mereka yang agak “usil”. Karena sifatnya tersebut maka monyet ini tergolong spesies yang sangat cerdas atau ‘agile spesies’.
Monyet ekor panjang biasanya mengambil makanan dengan kedua tangannya atau langsung menggunakan giginya. Apabila mereka dalam keadaan tergesa-gesa, biasanya monyet ini akan memasukan makanan ke dalam kantong pipi. Jika keadaan sudah aman, maka makanan yang tadi disembunyikan dikeluarkan kembali lalu dikunyah dan ditelan.
Berdasarkan beberapa sumber ilmiah mengenai monyet ekor panjang, fauna ini dapat bertahan hidup di berbagai jenis habitat tropis sehingga disebut sebagai ‘ecologically diverse’. Habitat alami monyet ekor panjang adalah rawa-rawa bakau, hutan primer dan sekunder, yang berdekatan dengan pertanian dan habitat riparian (tepi danau, tepi sungai atau sepanjang pantai).
Monyet ekor panjang dapat ditemukan pada kawasan dengan ketinggian 0-1200 meter dibawah permukaan laut (dpl), meskipun jenis ini sangat mungkin berada lebih tinggi lagi. Kehidupan monyet ekor panjang dapat aktif secara teratur, mulai dari fajar hingga petang (Diurnal).
Monyet ekor panjang memiliki 10 subspesies. Adapun sumber lain menyatakan bahwa monyet ini juga berkerabat dekat dengan Beruk Mentawai dan Monyet Hitam Sulawesi. Lama hidup mereka antara 25-30 tahun dan umur mulai kawin adalah 36-48 bulan.
Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok yang terdiri atas banyak jantan dan banyak betina. Suatu kelompok monyet ekor panjang dapat terdiri lebih dari 100 individu dan betina yang sedang menyusui dapat hamil kembali. Hal ini mengarah ke perkembangan populasi yang terus meningkat.
Monyet jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih panjang dan berat dibandingkan dengan monyet betina, sedangkan ekor moyet jantan lebih panjang dibandingkan monyet betina. Monyet ekor panjang jantan dewasa memiliki kumis, sedangkan pada betina dewasa ditemukan jenggot.
Meskipun populasi monyet ekor panjang tidak dilindungi dan belum berstatus terancam, sayangnya hewan ini sering dijumpai dan digunakan oleh manusia sebagai objek dalam atraksi/pertunjukan hiburan “topeng monyet”.
Ironi memang apabila melihat kesenjangan ekonomi yang terjadi hampir diseluruh belahan negara. Masalah ekonomi menjadikan manusia harus mengeksploitasi tenaga seekor fauna yang seharusnya dapat hidup bebas bersama habitatnya di alam. Selain itu, yang lebih memprihatinkan lagi jika aktifitas tersebut dikerjakan sudah sejak lama dan berlangsung secara turun-temurun.
Oleh karena itu melihat dari permasalahan tersebut, maka sudah sepatutnya kita tanam etika dan rasa kecintaan pada lingkungan alam yang mulai diterapkan dalam diri sendiri, serta pemahaman peduli lingkungan yang mulai diberikan sejak dini.
Penulis: Sarah R. Megumi