Microsporum Gypseum, Jamur Dermatofita Penyebab Kurap

Reading time: 2 menit
Infeksi jamur ini paling banyak ditemukan di Asia dan Amerika Selatan. Foto: Shutterstock

Ringworm, dermatofitosis, atau biasa disebut kurap adalah penyakit kulit infeksius yang bisa menyerang hewan dan juga manusia. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofita, salah satu spesiesnya ialah Microsporum gypseum.

Spesies Microsporum gypseum tergabung ke dalam keluarga Arthrodermataceae dan genus Microsporum. Ia merupakan satu dari tujuh Microsporum yang dapat menginfeksi penyakit.

Secara klasifikasi, genus Microsporum sejatinya membawahi 41 spesies fungi. Mereka pakar golongkan dalam ordo Onygenales, sebab memiliki kemampuan mengonsumsi keratin kulit.

Tidak cuma itu, spesies Microsporum juga mampu mengurai zat tanduk, serta merusak kuku dan rambut. Meski tidak tergolong berbahaya, infeksi jamur ini dapat mengganggu aktivitas.

Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Microsporum Gypseum

Koloni Microsporum gypseum digambarkan sebagai kapas atau tepung. Ini menyebar secara cepat, dengan permukaan yang mendatar dan sedikit beserbuk merah cokelat hingga hitam.

Terkadang, ada kalanya permukaan jamur terlihat berwarna ungu. Tepung atau serbuk yang terdapat di permukaan koloni mengandung makrokonidia, biasanya berjumlah cukup besar.

Ukuran makrokonidia rerata antara 2,5–3,0 x 4–6 makro. Bagian ini bisa saja terlihat, bahkan ia dapat berkembang pada subkultur setelah beberapa kali berganti media di laboratorium.

Secara mikroskopik, ketebalan dinding jamur Microsporum gypseum hanya mencapai 8–16 x 20 mikro. Karakteristiknya tipis tetapi agak kasar, serta terdiri dari 4–6 septa atau sekat hifa.

Iklim lembap dan hangat merupakan faktor penunjang pembiakkan kelompok Microsporum. Saat menginfeksi, konidianya tumbuh berangsur-angsur hingga membentuk suatu lingkaran.

Habitat dan Faktor Penularan Microsporum Gypseum

Microsporum gypseum tergolong sebagai fungi geofilik; habitat terbesarnya berada di dalam tanah. Kemampuan adaptasinya juga sangat tinggi, meski jarang ditemukan di wilayah sejuk.

Di negara-negara Asia dan Amerika Selatan, kasus infeksi jamur ini cukup umum ditemukan. Orang-orang yang terinfeksi biasanya berkaitan erat dengan habitat mereka, seperti petani.

Meski begitu, ada pula faktor lain yang bisa memicu penularan infeksi jamur Microsporum. Faktor risiko ini bahkan dapat berasal dari diri sendiri atau lingkungan sosial kita, misalnya:

  • Suhu dan kelembapan
  • Kurangnya kebersihan tempat tinggal
  • Usia dan jenis kelamin
  • Kontak langsung dengan penderita.

Melansir berbagai sumber, anak-anak adalah kelompok paling rentan terjangkit infeksi kulit. Ini disebabkan oleh aktivitas serta minimnya pengetahuan terkait cara menjaga kebersihan.

Selain itu, ciri penularan jamur ini dapat kita lihat dari lokasi infeksinya. Bila berada di sekitar lipat paha atau sela-sela jari, besar kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh faktor suhu.

Gejala dan Mengobati Infeksi Jamur Microsporum

Gejala infeksi Microsporum gypseum biasanya berupa ruam merah bersisik pada kulit. Ruam ini dapat meluas bahkan bisa menyebabkan kebotakan permanen jika berada di kulit kepala.

Jangan heran, gejala yang terjadi pada masing-masing penderita mungkin saja berbeda. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, seperti gender, suhu, hingga imunitas tubuh.

Untuk mencegah penularan, sebaiknya batasi kontak langsung dengan penderita infeksi ini. Hindari pemakaian barang pribadi dengan para penderita, seperti baju, bantal atau handuk.

Pastikan Anda menjaga kebersihan tubuh dengan mandi, mencuci rambut, serta mengganti pakaian setiap hari. Jika cuaca sekitar relatif panas, sebaiknya ganti baju setelah berkeringat.

Penggunaan antijamur efektif mengobati infeksi Microsporum gypseum, seperti clotrimazole atau miconazole. Bila tidak membaik setelah 2 minggu, segera berkonsultasi dengan dokter.

Taksonomi Jamur Microsporum Gypseum

Penulis : Yuhan al Khairi

Top