Salah satu tumbuhan liar yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional adalah meniran. Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di tempat yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan, ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah. Pada umumnya tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput biasa, padahal meniran memiliki banyak kandungan senyawa antara lain alkaloid, damar, flavonoid, kalium, lignan, saponin, dan tanin.
Spesies meniran yang biasa digunakan untuk pengobatan hanya ada dua spesies yaitu meniran hijau dan meniran merah. Khusus untuk pengobatan, Phyllanthus niruri L. (meniran hijau) lebih dominan digunakan dibandingkan dengan Phyllanthus urinaria L. (meniran merah) (Oktavidiati, 2012).
Di Indonesia meniran memiliki nama lokal yang berbeda-beda. Misalnya di Sulawesi, meniran dinamakan sidukung anak. Di Maluku, tanaman ini biasa disebut gosau ma dungi. Negara luar juga mengenal meniran dengan berbagai nama, misal di Cina meniran disebut zheb chu cao atau ye xia xhu. Di Inggris meniran diberi nama child a back.
Meniran merupakan tanaman herba dan tumbuh tegak, batangnya bulat tidak bergetah, bercabang dan berwarna hijau. Tinggi batangnya kurang dari 50 cm. Daunnya bersirip dengan jumlah genap. Setiap tangkai terdiri dari daun majemuk berukuran kecil yang berbentuk bulat telur. Panjang daun sekitar 5 mm, sedangkan lebarnya 3 mm, dibagian bawah daun terdapat bintik berwarna kemerahan. Bunganya berwarna putih kehijauan, melekat pada ketiak daun dan menghadap kebawah.
Buah meniran berbentuk bulat pipih, berdiameter 2 – 2,5 cm dan bertekstur licin, bijinya seperti bentuk ginjal, keras, dan berwarna coklat, akarnya berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan. Meniran mempunyai bunga jantan dan betina yang berwarna putih, bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun.
Sebagai tanaman berkhasiat obat, manfaat tanaman ini antara lain melancarkan air seni (diuretik), meningkatkan daya tahan tubuh (immunomodulator), menurunkan demam, mengobati sakit maag, menghilangkan nyeri haid, mengobati sakit malaria, menyembuhkan sakit gigi, menurunkan berat badan, menyembuhkan luka bakar dan mengobati epilepsi. Selain itu, meniran juga dapat digunakan sebagai obat anti diare, pelindung hati dari racun (hepatotoksik) dan menurunkan kadar glukosa darah (Noorhamdani, 2006).
Seluruh bagian tanaman ini dapat dipakai menjadi obat. Ekstrak daun meniran merupakan salah satu obat herbal yang dimanfaatkan sebagai obat anti radang dan penghambat pembusukan luka. Daun meniran segar telah dimanfaatkan sebagai obat batuk, dan diaphoretik, sedangkan buahnya dimanfaatkan sebagai karminatif, obat pencahar, astringent, diuretik, diaphoretik dan obat liver.
Oleh masyarakat Sarmi dan beberapa daerah lainnya di Papua, tanaman ini digunakan untuk penyakit gangguan ginjal dan malaria. Cara penggunaannya adalah dengan memanfaatkan akar tanaman ini, kemudian cuci hingga bersih. Rebus akar tanaman meniran dengan menggunakan 3 gelas air dibiarkan mendidih sampai menyusut hingga 1 gelas. Air rebusan tersebut diminum hangat-hangat dua kali sehari, pagi dan sore hari sampai sembuh.
Meski memiliki banyak khasiat, dalam buku “Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia” (1996) karya H.M. Hembing Wijayakusuma, diingatkan bahwa terlalu banyak mengonsumsi meniran dapat menyebabkan impotensi (lemah syahwat).
Penulis: Sarah R. Megumi