Apakah kamu tahu ada berapa spesies lumba-lumba yang dilindungi di Indonesia? Jika belum, simak ulasan berikut, ya. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi menyebutkan terdapat 10 spesies lumba-lumba yang dilindungi di Indonesia. Salah satunya ialah lumba-lumba hitam tak bersirip (Neophocaena phocaenoides) dari Famili Phocoenidae.
N. phocaenoides berkerabat dengan lumba-lumba tak bersirip Yangtze (N. asiaeorientalis). Dulunya, kedua spesies tersebut dianggap sama. Namun, kini keduanya adalah spesies yang berbeda. Hal ini terlihat dari morfologi tubuhnya secara umum serta ukuran tengkorak kepalanya yang berbeda.
Kedua spesies ini terpisah sejak 1700-1800 tahun yang lalu. WoRMS melansir bahwa lumba-lumba ini memiliki tiga subspesies, yakni Neophocaena phocaenoides asiaeorientalis Pilleri & Gihr, 1972, Neophocaena phocaenoides phocaenoides G. Cuvier, 1829, dan Neophocaena phocaenoides sunameri Pilleri & Gihr, 1975.
Neophocaena phocaenoides Tidak Memiliki Sirip di Punggungnya
Ukuran tubuh N. phocaenoides cenderung lebih kecil dari kerabatnya. Panjang tubuhnya sekitar 170 cm dengan bobot 70 kg. Biasanyam jantan berukuran tubuh lebih besar dari betina. Kepalanya bulat dan pendek dengan moncong yang tak terlalu jelas. Tubuhnya berwarna abu-abu gelap dan sedikit lebih terang di bagian ventralnya, dengan individu dewasa terlihat berwarna hitam.
Mereka juga memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya yang akan berkurang seiring bertambahnya usia. Bentuk giginya spasial berjumlah 15 hingga 21 gigi, hampir sama dengan lumba-lumba lain dari familinya. Ciri khas dari lumba-lumba ini adalah tidak memiliki sirip punggung. Namun, memiliki suatu garis tengah di punggungnya yang berisikan papila bertanduk.
Mamalia air ini biasanya berpasangan ataupun dalam kawanan besar. Berbeda dengan lumba-lumba pada umumnya, N. phocaenoides bisanya berenang dengan tenang tanpa melompat atau membuat cipratan.
Terdistribusi Cukup Luas
N. phocaenoides memiliki distribusi yang cukup luas, mulai dari Teluk Persia, sepanjang pantai India, Semenanjung Indocina, hingga Selat Taiwan di pesisir timur Tiongkok. Mereka hidup di habitat air tawar dan air asin.
Selain itu, mereka juga menyukai kawasan hutan bakau di perairan tropis. Umumnya, pada kedalaman <50 meter dengan dasar pasir yang lunak. Terkadang mereka juga berada di danau yang terputus dari lautan, namun masih berair asin.
Penulis: Anisa Putri S
Editor: Indiana Malia