Agaricus campestris atau jamur kompos adalah sejenis jamur konsumsi yang berasal dari keluarga Agaricaceae. Mereka pakar golongkan ke dalam ordo fungi Agaricales, sehingga berkerabat dekat dengan spesies jamur kancing atau Agaricus bisporus.
Secara penampilan, ciri fisik Agaricus campestris dengan Agaricus bisporus memang terlihat sangat mirip. Keduanya berbentuk bulat seperti kancing dengan dominasi warna keputihan.
Distribusinya pun tak kalah luas. Walau Agaricus bisporus lebih populer, jamur ini tetap bisa kita temukan di hampir seluruh benua meliputi Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia.
Jamur kompos biasanya lebih cepat membusuk atau berumur pendek. Meskipun layak kita jadikan sebagai olahan pangan, sangat sedikit orang yang membudidayakan fungi tersebut.
Morfologi dan Ciri-Ciri Agaricus Campestris
Masyarakat global menyebut Agaricus campestris sebagai Field Mushroom atau Meadow Mushroom. Ia mempunyai topi putih selebar 3 – 12 cm dengan permukaan bersisik halus.
Saat pertama kali tumbuh, bentuk jamur ini terlihat seperti setengah bola. Tampilannya berubah menjadi agak datar dan berbatang, ketika memasuki usia pertumbuhan dewasa.
Bagian lamela (bilah jamur) yang semulanya berwarna merah muda berubah jadi merah kecokelatan. Warna ini kemudian menjadi lebih gelap, seiring pertumbuhan spora jamur.
Stipe atau tangkai buah jamur kompos mempunyai panjang 3 – 10 cm dan lebar 1 – 2 cm. Bagian ini juga didominasi oleh warna putih, serta dihiasi cincin tunggal yang cukup tipis.
Daging buah Agaricus campestris bercorak cokelat kemerahan. Permukaan dindingnya tebal, berbentuk elips, berwarna cokelat tua dengan spora antara 5,5 – 8,0 mikrometer.
Baca juga: Jamur Lingzhi, Ganoderma yang Berguna bagi Dunia Medis
Habitat dan Manfaat Agaricus Campestris
Di penghujung musim panas, spesies Agaricus campestris biasanya tumbuh setelah hujan turun. Ia bisa kita jumpai di daerah perkebunan, ladang, hingga padang rumput yang luas.
Jamur kompos muncul dalam kelompok kecil atau soliter (tunggal). Mereka sangat jarang pakar temukan di dalam hutan, sebab spesiesnya lebih menyukai area-area yang terbuka.
Pemanfaatan field mushroom sebagai bahan masakan sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Ia umumnya masyarakat tumis atau goreng, dijadikan saus atau campuran salad.
Menurut orang yang pernah mengonsumsinya, cita rasa Agaricus campestris mirip seperti jamur kancing biasa. Teksturnya menyerupai daging, namun dengan rasa yang lebih ringan.
Merujuk IUCN Red List, status konservasi jamur kompos berada pada level ‘Least Concern.’ Karena itu, pemanfaatannya sebagai komoditas pasar masih para ilmuwan perbolehkan.
Ciri-Ciri Jamur Beracun (Inedible Fungi)
Dengan penampilan yang cukup “umum,” banyak orang merasa kesulitan mengidentifikasi Agaricus campestris. Karena itu, ia awam sering samaratakan dengan spesies fungi lainnya.
Perlu kita ingat, memetik jamur liar sebagai bahan makanan sejatinya tidak ahli anjurkan. Terlebih jika Anda tidak mempunyai pengetahuan mumpuni terkait jenis-jenis jamur.
Mengonsumsi jamur beracun atau inedible fungi dapat berisiko bagi kesehatan manusia. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ciri-ciri jamur beracun yang patut Anda ketahui.
- Warnanya terlihat sangat mencolok
- Memiliki bau menyengat atau kurang sedap
- Mampu merubah warna nasi jika kita campurkan
- Sebagian spesies jamur beracun juga mampu merubah warna perak menjadi kehitaman atau kebiruan saat kita gesekkan, seperti spesies Lactarius torminosus
- Permukaannya cukup ringkih dan mudah hancur bila kita raba
- Tidak ada serangga yang mau mendekati dan mengonsumsinya.
Spesies Agaricus campestris memang awam sebut-sebut menyimpan segudang manfaat. Akan tetapi, khasiatnya bagi kesehatan masih perlu ahli teliti dan buktikan lebih lanjut.
Baca juga: Amanita Phalloides Alias Death Cap, Jamur Beracun yang Mematikan
Taksonomi Jamur Agaricus Campestris
Penulis: Yuhan Al Khairi