Macan Tutul atau dalam istilah asing dikenal dengan nama Leopard atau Panther, seperti halnya pada kucing, pada macan tutul terdapat dimorphisme seksual. Dimana jantan lebih besar daripada betina. Tetapi berbeda dengan kebanyakan kucing, mereka juga dimorphisme dalam warna rambut dan kulit. Dengan bentuk berotot serta hitam terdapat pada suatu perindukkan (Hasil penelitian Harrison 1974; Lekagul 1977; Delsman 1951).
Panthera pardus istilah latin dari macan tutul memiliki dua jenis yang berlainan. Yaitu macan tutul itu sendiri dan macan kumbang. Macan tutul mempunyai warna dasar kuning tua, dengan sisi badan dan punggungnya terdapat bercak-bercak hitam berbentuk seperti bunga (roset) dimana bagian tengahnya lebih gelap daripada warna dasarnya. Bercak-bercak ini terbatas pada punggung dan rusuk. Sedangkan totol tunggal terdapat pada kepala, kaki, telapak kaki dan bagian bawah tubuh dengan warna dasar putih atau abu-abu. Macan kumbang memiliki pola bercak yang sama tetapi dengan warna dasar hitam. Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa macan tutul lebih dominan diketemukan dibandingkan macan kumbang. Bentuk yang umum adalah yang kekuning-kuningan atau kuning cokelat dengan sejumlah besar totol-totol hitam yang teratur.
Macan tutul gerakannya sangatlah gesit. Tulang belulang macan tutul menunjukkan bahwa mamalia ini memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk melompat dengan cepat. Sedangkan struktur tulangnya memungkinkan untuk dapat menahan bantingan jika sewaku-waktu jatuh dari dataran tinggi. Bobot rata-rata macan tutul sekitar 45 kg dengan berat badan maksimal dewasa tidak lebih dari 90 kg.
Macan tutul terdapat di berbagai macam lingkungan. Dari hutan sampai padang rumput, dan dari setengah gurun pasir sampai dataran tinggi yang tertutup salju. Penyebarannya tersebar di Afrika, Asia Selatan dari Turki melintasi Rusia dan Cina sampai Korea. Ke Selatan terdapat di Arab Saudi, Sri Langka, Malaysia.
“Kadang Macan Tutul ditemukan juga di sekitar perkampungan walaupun satwa ini adalah penghuni hutan. Hal ini biasa terjadi jika hutan sebagai tempat tinggal mereka rusak dan semakin sempit sehingga sedikitlah satwa lain sebagai makanannya.”
Di Indonesia macan tutul hanya terdapat di Pulau Jawa. Satwa ini pernah ditemukan di puncak Gede Pangrango dengan ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut (Hoogerwerf, 1970). Kadang mereka juga ditemukan di sekitar perkampungan walaupun satwa ini adalah penghuni hutan. Hal ini biasa terjadi jika hutan sebagai tempat tinggal mereka rusak dan semakin sempit sehingga sedikitlah satwa lain sebagai makanannya.
Jika dalam kurungan macan tutul pernah mencapai umur sampai 23 tahun. Tapi jika di alam bebas umur maksimumnya lebih pendek, mungkin hanya 12-15 tahun. Hal ini dikarenakan semakin tua macan tutul, maka dia akan semakin susah untuk mendapatkan makanan. Karena pergerakannya menjadi lambat sehingga tak bisa lagi memangsa satwa-satwa yang mempunyai kecekatan sebagai makanannya sampai akhirnya mereka akan mati kelaparan. Pernah dilakukan suatu percobaan perkawinan silang antara singa dan macan tutul. Hasilnya adalah Leopon, dimana saat itu pejantannya adalah macan tutul.
Si Penyendiri Yang Pandai Menipu
Macan tutul hewan soliter, artinya mereka hidup sendirian kecuali pada masa kawin. Anak-anaknya dilahirkan sesudah masa hamil 90-100 hari, ketika dilahirkan akan terlihat berbulu lebat. Jumlah anak sekali lahir biasanya dua atau tiga ekor tetapi kadang juga lima. Induk dan anak terus berkumpul sampai anak tersebut hampir dewasa, yaitu pada umur kira-kira 2 tahun.
Macan tutul akan memangsa segala satwa yang dijumpainya. Termasuk diantaranya babi hutan, rusa, kera, burung, bahkan anjing hutan sekalipun. Macan tutul menggunakan sejumlah tipu muslihat untuk mendapatkan mangsanya. Seperti ketika macan tutul bergulingan di tanah dengan maksud untuk menarik perhatian sekawanan rusa, dengan demikian menggoda beberapa ekor rusa untuk mendekat. Di saat rusa-rusa tersebut terlihat lengah dengan jarak yang cukup dekat, maka saatnya sang macan tutul menyergap sampai akhirnya dia dapat santapan siang.
Di India macan tutul suka akan Rusa Dam, dan di Afrika satwa kornivor ini sekali-sekali menangkap kera sebagai mangsanya. Itupun hanya kera yang sendirian, sebab segerombolan kera dapat menimbulkan kematian bagi si pemangsa atau sedikitnya cedera berat. Macan tutul sering melompati mangsanya dari atas pohon. Selain itu mereka mempunyai kebiasaan membawa mangsanya ke atas pohon. Belum diketahui secara pasti kenapa hal ini dilakukan. Mungkin sesuai dari sifatnya yang suka sendiri, agar tidak ada yang mengganggu ketika dia menikmati hasil buruannya. Berbeda dengan harimau loreng yang mulai memakan mangsa dari bagian belakang. Macan tutul memakan mangsanya mulai dari bagian antara rusuk dan pinggul.