Ada tumbuhan yang mirip seperti sepatu, ada pula yang memiliki kantung untuk menjerat serangga. Namun, pernahkah Anda melihat tumbuhan yang berbentuk persis seperti batu? Inilah living stone, atau biasa awam sebut sebagai tanaman lithops.
Living stone merupakan spesies tanaman sukulen yang tergabung ke dalam genus Lithops. Ia ahli kenal dengan nama ilmiah Lithops otzeniana, serta berasal dari keluarga Aizoaceae.
Dari klasifikasinya, bisa kita ketahui bahwa living stone tergolong dalam ordo Caryophyllales. Ia merupakan flora asli Afrika Selatan, yang kini telah publik budi dayakan di banyak negara.
Living stone memang sangat unik. Bentuknya seperti batu kali, namun dengan corak yang beragam. Ia sering dijadikan tanaman hias, sebab mampu menghasilkan bunga yang indah.
Morfologi dan Ciri-Ciri Living Stone
Tinggi L. otzeniana hanya berkisar setengah sampai satu inci dengan lebar 1-3 inci. Tanaman ini mempunyai berbagai macam corak mulai dari abu-abu, cokelat, hijau, serta merah muda.
Pada dasarnya, living stone tidak mempunyai akar tunggang yang menyatu dengan pangkal daun. Ia juga hanya memiliki dua helai daun yang tebal, yang berguna untuk menyimpan air.
Selama musim kemarau, daun lithops akan menciut dan masuk ke dalam permukaan tanah. Terdapat windowed cells pada daun tersebut, yang membantu proses fotosintesis tanaman.
Bunga-bunga L. otzeniana mekar melalui celah daun saat siang, lalu menguncup pada waktu sore hari. Tampilannya mirip seperti bunga aster, dengan dua warna yakni putih dan kuning.
Menanam living stone memang perlu kesabaran, sebab bunganya baru tumbuh sekitar 3-5 tahun. Namun usia tanaman ini relatif sangat panjang, yakni dapat mencapai 50 tahunan.
Habitat dan Peta Persebaran Lithops
Living stone ditemukan di daerah semi kering sampai gersang, dengan curah hujan kurang dari 20 inci. Mereka membutuhkan kelembapan, walaupun cukup dari resapan kabut saja.
Namibia, Botswa, Angola dan selatan Afrika merupakan wilayah distribusi tanaman lithops. Ia dapat kita temukan di berbagai tempat, mulai dari pasir kuarsa hingga dataran berbatu.
Di beberapa wilayah, tumbuhan ini juga pakar jumpai di pegunungan, bukit berpasir, sampai kawasan batu kapur. Ia memang tergolong adaptif, sehingga mudah dibiakkan di mana saja.
Budi daya living stone bisa kita mulai dari biji atau buahnya. Mereka memerlukan bantuan kelompok serangga untuk penyerbukan, sehingga sangat cocok kita tempatkan di luar ruangan.
Tidak hanya cantik sebagai tanaman hias, lithops juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Di Indonesia, tanaman berjenis sukulen ini bisa kita jual seharga Rp 75.000 -150.000 per potnya.
Cara Memelihara Tanaman Lithops
Merawat atau memelihara tanaman living stone sejatinya tidak sulit. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita perhatikan, yakni asupan sinar matahari, air, serta tanah atau media tanam.
Pastikan tanaman lithops terkena sinar matahari langsung selama 3-4 jam sehari, mulai dari waktu pagi. Saat sore tempatkan di lokasi yang teduh, namun tidak sama sekali tertutup.
Meskipun sedikit, asupan air sangat penting bagi pertumbuhan living stone. Siram tanaman sekali setiap dua hari, atau saat media tanaman dan daun terlihat kering atau mengkerut.
Tidak cuma itu, tempatkan living stone di atas tanah yang sudah kita keringkan. Tambahkan sharp sand, perlit, atau granit terurai untuk membantu drainase dan kelembapan tanaman.
Lithops membutuhkan pot yang lebih besar dari ukuran tumbuhan aslinya. Kedalaman pot berkisar 3-5 inci, dengan lubang di bagian bawah agar akar memiliki ruang untuk berbiak.
Taksonomi Lithops Otzeniana
Penulis : Yuhan al Khairi